54. Oppa-oppa Ganteng

63.2K 10.3K 2K
                                    

"Iel, iel!"

Suara cempreng diikuti seorang anak perempuan dengan rambut dikepang dua yang berlari itu memecah fokus Zadkiel yang tadinya tengah mengetik di laptop.

Senyumannya langsung merekah sempurna kala anak perempuan itu memeluk kakinya, ia langsung mengangkat tubuh adiknya dan menaikkannya ke atas pangkuan.

"Illy dari mana aja? Kok gak ajak-ajak Abang sih perginya," ucap Zadkiel seraya menghujani wajah bocah perempuan itu dengan ciuman kecil.

Sontak saja Lyora yang menjadi korban hanya bisa tertawa geli dengan perlakuan Zadkiel. Ia berusaha mendorong wajah sang kakak agar menjauhkan bibir itu dari wajahnya.

"Iel! Nda boleh nakal!" tegur Lyora dengan wajah yang dibuat galak, tetapi jatuhnya malah lucu dan menggemaskan.

Zadkiel terkekeh kecil. "Iya, iya. Abang gak cium lagi, tapi cerita dong tadi Illy habis kemana sama Al?" tanya Zadkiel.

Ia membiarkan Lyora duduk tenang di atas pangkuannya dengan tangan yang bergerak mematikan laptop di atas meja belajarnya.

Tak terasa waktu sudah berjalan begitu cepat, bayi perempuan yang dulunya masih sangat kecil itu kini telah tumbuh pesat dan bertambah besar. Empat tahun sudah sejak kelahiran Lyora dan Nalan, menambah ramai keluarga kecil itu.

"Illy tadi abis pelgi jalan-jalan sama Al, Mama dan Papa. Illy beli cokelat banyak sekali, sama pelmen juga. Illy juga beli yupi buat Iel, Bang Liel, Kak Mauleen, Bang Peo sama Bang Pian," cerita Lyora dengan bahasanya yang masih cadel.

Di umurnya yang keempat tahun, Lyora dan Nalan terhitung anak yang cerdas. Terbukti dengan mereka yang lancar berbicara walaupun masih cadel dan sudah bisa berlari kecil.

"Sekarang Al di mana?" tanya Zadkiel lagi.

"Al ada di bawah sama Kak Mauleen," ucap Lyora. Beberapa detik kemudian, kedua mata bocah itu membulat sempurna.

Ia buru-buru turun dari pangkuan Zadkiel, membuat pria itu sendiri menjadi bingung dengan tingkah adiknya. "Kenapa Illy? Kamu mau pipis?"

Lyora menggelengkan kepala lucu, membuat pipinya yang berisi juga ikut bergoyang dan menambah kadar kegemasannya. "Nda! Illy harus bulu-bulu tulun, Iel. Nanti Kak Mauleen ambil semua cokelat sama pelmennya Illy."

"Yuk, sini turunnya sambil digendong sama Iel. Mau?" tawar Zadkiel seraya menghampiri Lyora.

Sontak saja anak itu mengangguk bersemangat seraya merentangkan tangannya ke arah Zadkiel dengan lebar. Zadkiel sendiri langsung menangkap tubuh adiknya dan menggendong Lyora tanpa ragu.

Ia berjalan keluar dari kamar dan menuruni satu persatu anak tangga, terlalu malas rasanya untuk menggunakan lift jika hanya turun satu lantai.

Begitu ia sampai di ruang keluarga, Zadkiel bisa melihat keluarganya berkumpul di sana. Tawa hangat tak pernah hilang dari balik wajah mereka dan tak pernah tak terdengar di rumah itu.

"KAK MAULEEN! ITU COKELAT ILLY!"

Buru-buru Zadkiel menurunkan Lyora seraya mengusap telinganya yang berdengung karena ulah bocah itu. Tak kira-kira juga kalau berteriak.

Sepertinya sifat Azriel yang selalu berteriak kini menurun pada adik perempuan mereka.

"IHH KAK MAULEEN! KOK MAKAN COKELAT ILLY NDA IZIN DULU? DOSA LOH, DOSA!" protes Lyora dengan wajah cemberut.

Kedua matanya sudah berkaca-kaca menatap bungkus cokelat berwarna ungu itu sudah berserakan di lantai, sementara Maureen yang menjadi pelaku sendiri hanya tertawa puas melihat adiknya merajuk.

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now