26. Sang Moirai

82.5K 12.7K 1.2K
                                    

Jiwa Riona seperti terpanggil untuk bangun dengan suara nyanyian burung-burung merpati yang begitu indah di telinganya. Ia merasa asing.

Riona merasa asing kala pertama kali membuka mata, suasana yang tak pernah ia lihat sebelumnya kini terlukis di depannya. Padang rumput indah yang berada di tengah-tengah tebing yang menjulang indah.

Entah kenapa, Riona merasakan kakinya berjalan dengan sendiri mengikuti sumber kicauan burung-burung itu. Hingga, tubuhnya terhenti ketika berada di mulut gua yang cukup besar.

Tiga orang wanita tua yang tengah memintal benang bersama-sama dikelilingi burung merpati yang berkicau indah. Gaya ketiga wanita itu membuat kening Riona mengernyit, seperti wanita-wanita dalam lukisan Yunani kuno yang berada di pameran.

Kegiatan ketiga wanita itu terhenti kala melihat kedatangan Riona, ah lebih tepatnya jiwa Riona.

"Selamat datang di kediaman kami, sang jiwa yang dihidupkan kembali," ucap salah satu dari ketiga wanita itu.

"Kalian siapa? Ini aku lagi mimpi, ya?" tanya Riona seraya berusaha mencubit wajahnya sendiri. "Aw!" pekik Riona kala merasakan sakit di bagian pipinya.

Ketiga wanita tua itu tersenyum hangat melihat tingkah Riona yang bisa dimaklumi. "Kamu berada di kediaman kami. Singkatnya jiwamu datang ke sini atas panggilan kami."

"Kalian siapa?" tanya Riona lagi.

Walaupun dalam hati ia merasa was-was dan tak percaya dengan semua ini. Namun, mengingat dengan jelas bagaimana ia mati dan bisa hidup kembali di masa lalu, Riona menjadi sedikit percaya tak percaya ucapan wanita itu.

"Kami Sang Moirai, pengatur takdir setiap manusia di dunia ini. Apa kamu percaya kalau aku berkata bahwa kami yang menghidupkan kamu kembali? Kami membawa jiwa kamu untuk kembali hidup pada masa lalu," ucap salah satu dari ketiga wanita itu.

"Aku Klotho, yang termuda dari kami bertiga dan mereka adalah kedua saudariku, Lakhesis dan Atropos."

Sang Moirai.

Sang pengatur takdir setiap manusia di dunia ini, dilambangkan dengan merpati, pemintal dan benang. Ketiganya memang tak seterkenal Ares, Zeus atau Hera. Namun, kekuasaan mereka bisa lebih besar dari Zeus.

Moirai hadir setelah malam ketiga bayi terlahir. Mereka memintal benang kehidupan dan menentukan nasib hingga akhir hayat.

"Tapi kenapa? Kenapa kalian membawa jiwaku untuk kembali hidup?" tanya Riona penasaran.

Sejujurnya selama ini ia memang sangat penasaran, mengapa ia bisa kembali ke masa lalu. Walaupun memang ia sangat senang, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa ia juga takut.

Bukankah setiap hal akan memiliki risiko?

Atropos tersenyum. "Benang yang menjadi jalan takdirmu menjadi kusut akibat penyesalan yang dihadapi jiwamu, ini membuat kami kesulitan menuntun jiwamu untuk menentukan kehidupan selanjutnya."

Kepala Riona mengangguk kecil menandakan ia paham.

"Mengapa kalian tidak menghidupkan aku kembali saja ke waktu yang sama? Mengapa harus masa lalu?" tanya Riona lagi.

"Benang kehidupanmu sudah terlanjur digunting dengan gunting kebencian milik Atropos, sebab itu kamu sudah tidak bisa melanjutkan kehidupan lagi. Karena pada dasarnya waktumu telah berakhir. Kami hanya bisa membawa jiwamu kembali ke masa lalu dan membiarkanmu mengubah takdir," sahut Lakhesis kini.

Riona mematung, menatap ketiga wanita tua yang tak lain adalah para dewi itu secara bergantian.

"Artinya ... kehidupanku yang sekarang juga akan berakhir di umur yang sama seperti kehidupan pertamaku?" tebak Riona ragu-ragu.

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now