01. The Wedding Party

12K 997 55
                                    

"Cinta itu sehidup semati."

Jawaban seorang pemuda yang sedang duduk di salah satu meja tamu pernikahan itu membuat para teman pemuda itu langsung menggodanya.

"Hahaha, emang lo dah pernah mencintai seseorang, Jef?" tanya Teno,  meletakkan sisa kulit kacang pada bungkus kertas yang disediakan.

Pemuda yang ditanya oleh temannya itu hanya dapat mengusap tengkuknya.

"Jeffian mah sudah mati rasa, mana ada dia pacaran. Sudah sejak kuliah," ucap Yudha yang duduk tak jauh dari Jeffian, pemuda yang menjadi pusat atensi meja itu saat ini.

"Lagian lo jangan ambis gitu lah, oke lo emang cakep dan bisa cari cewek kapan pun, tapi bro, lo tuh belum kelihatan hilal sama sekali loh," sambung Johnny.

"Nah, lo lihat tuh Pak Chandra," ujar Teno kemudian menunjuk mempelai pria yang kini sedang berdansa bersama sang istri.

"Dia gak cuma ambis kerjaan, dia juga ambis ngejar cinta Bu Wendy, dia berhasil terus nikah deh."

"Tapi yang lebih penting, di divisi kita nih, cuma lo aja yang belum punya pasangan, bukannya apa tapi kalau lagi gathering divisi kita itu jadi kasihan sama lo," ucap Johnny.

Jeffian menghela nafasnya kemudian bertanya, "emang kelihatannya gue itu menyedihkan banget kalau gak punya cewek?"

Yudha, Teno dan Johnny saling bertukar tatap sebelum pandangan ketiga pemuda itu jatuh kembali pada Jeffian dan mengangguk bersamaan.

Jeffian mengusap wajahnya kemudian berusaha meluruskan, "gue gak ada niat untuk cari pacar, menurut gue buang waktu doang sih, gue mau fokus kerja sambil nabung."

"Tapi nyokap bokap lo kaya? Aman lah ada warisan," ucap Teno dengan santainya, kini menikmati puding yang baru ia terima dari pelayan.

Jeffian menggelengkan kepala, "gak ada jaminan sih, Bang, gue juga mau punya tabungan sendiri yang bisa menghidupi gue sampai tua."

Johnny pun menepuk bahu Jeffian, "Jef, sorry banget, kita bertiga bukan nya mau ngatur kehidupan lo, tapi sih ada baiknya lo sedikit membuka pintu hati lo?"

"Lo gak mungkin bisa hidup sendiri, Jef, at least ada satu orang aja yang bisa menemani lo di kehidupan lo, seperti yang lo bilang tadi, sehidup semati," sambung Yudha.

Jeffian terdiam setelah mendengar ucapan Yudha. Kini pemuda itu telah berusia 27 tahun, umur yang sangat cukup untuk menjalin hubungan, setidaknya bertunangan dan lalu menikah.

Tapi hei, mengapa harus buru-buru? Apa ketiga teman satu divisinya lupa bahwa sepasang pengantin di depan menikah di usia yang matang?

Pak Chandra berusia 32 tahun dan Bu Wendy berusia 30 tahun. Tapi kenapa ketiga teman Jeffian seolah memaksa agar Jeffian menikah dalam waktu dekat? Kenapa tidak mereka dulu?

"Ya, tapi setidaknya kita kan dah punya cewek Jeff, lo gak ada sama sekali," jawab Teno saat Jeffian mengutarakan unek-uneknya.

Lagi dan lagi, Jeffian kalah beradu argumen dengan Teno. Apa ini karena ia yang paling muda di grup pertemanan ini?

"Ya udah, kalau gitu lo kenalin cewek gitu ke gue," ujar Jeffian setengah kesal, intonasi bicara dingin.

Teno melirik Yudha dan Johnny kemudian ia memajukan badannya, "serius lo mau?" tanya Teno memastikan sekali lagi.

Jeffian mengangguk.

Teno tampak berpikir kemudian ia pun menjawab dengan berhati-hati, "aduh, bukannya gimana ya Jeff, tapi gue cuma takut lo bakal nyakitin hati mereka, hehe, apalagi selera cewek lo tuh ribet bener, lo juga gampang ill feel."

Self Forced MarriageWhere stories live. Discover now