05. Would You?

2.8K 619 92
                                    

Jeffian kira hari ini akan berakhir indah (karena pertemuannya dengan Roseanne siang hari tadi) tetapi ia salah besar saat sepulang kerja ia justru mendapat telpon dari sang ibu yang menangis histeris dikarenakan sang ayah masuk rumah sakit.

Kini Jeffian sudah tiba di rumah sakit, menenangkan sang ibu yang terus menangis sementara dokter sedang memeriksa ayah Jeffian di dalam ruang rawat inap VVIP itu.

"Ma, tenang dulu, papa pasti baik-baik aja kok, mungkin kecapekan," ucap Jeffian sembari mengusap bahu mama Yuna.

"Kamu gak tahu betapa kagetnya Mama waktu lihat papa tiba-tiba pingsan di depan mama?!"

Jeffian memutuskan untuk diam dan kembali menenangkan sang ibu. Tak lama, dokter keluar dari dalam ruang inap itu. Sejak masuk UGD hingga akhirnya dimasukkan ke dalam ruang inap, dokter benar-benar menangani papa Sion hingga tidak ada celah untuk mama Yuna mengecek kondisi sang suami.

"Ibu Yuna, kabar baik, bapak Sion sudah kembali siuman. Baru saja ia mengalami kondisi hilang kesadaran vasovagal karena stres dan dehidrasi, kami sudah memberikan infus sebagai pengganti cairan tubuh dan bapak Sion dapat pulih setelah bed rest sekitar dua hari," jelas dokter yang menangani papa Sion itu.

"Syukurlah Dok, jika begitu bisa saya temui suami saya?" tanya mama Yuna.

"Silahkan," jawab dokter itu yang kemudian membukakan pintu untuk mama Yuna dan Jeffian sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan VVIP itu.

Mama Yuna segera menghampiri papa Sion yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sementara Jeffian sedikit menjaga jarak. Kejadian ini sungguh tiba-tiba membuat Jeffian berpikir apakah ia sanggup jika ia ... sungguh kehilangan ayahnya?

"Gimana keadaan kamu?" tanya mama Yuna.

"Agak baikan sih, Ma," jawab papa Sion.

Pria itu kemudian menoleh pada sang anak yang berdiri cukup jauh dari dirinya itu, ia lalu mengisyarakatkan agar Jeffian mendekat pada dirinya. Jeffian yang melihat isyarat ayahnya segera mendekat ke ranjang rumah sakit.

"Jeff," panggil papa Sion.

"Pa, Jeffian belum siap," ucap Jeffian dengan segera sekalipun ayahnya itu belum berucap apapun, tapi pemuda itu sangat tahu arah pembicaraan ayahnya akan berakhir di mana.

"Papa belum bilang-"

"Papa mau suruh Jeffian segera nikah kan?" sela Jeffian.

Suasana di dalam ruangan itu hening untuk sejenak. Jeffian merasa sedikit menyesal ia menyela ucapan sang ayah seolah ia adalah anak pembangkang yang durhaka.

"Kamu sudah lihat sendiri, umur manusia tidak ada yang tahu kecuali Tuhan, Papa merasa fisik Papa baik-baik saja, tapi Tuhan berkehendak lain, ini masih musibah kecil yang kita rasakan, bagaimana jika suatu hari nanti Papa meninggal dan gak bisa lihat kamu menikah?" tanya papa Sion dengan tutur kata yang jelas, tetapi terdengar lemah karena ia tidak memiliki cukup tenaga.

"Pa, Jeffian mohon, berhenti bilang seperti itu," balas Jeffian sedih.

"Jeff, penyesalan terbesar Papa adalah menunda pernikahan sama mama, kakek dan nenek kamu sudah tidak ada saat Papa menikah, Papa gak mau penyesalan itu terjadi sama kamu, terlebih kamu anak Papa satu-satunya."

Jeffian terdiam mendengar balasan sang ayah.

Berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam otaknya, bahkan membuat kepalanya kini terasa sedikit sakit dan pusing. Jeffian mengambil langkah mundur sebelum akhirnya ia melangkah keluar dari kamar rawat inap itu untuk menenangkan dirinya di kursi lorong rumah sakit.

"Apa gue akan menyesal kalau gak mendengarkan ucapan papa?"

♒♒♒

Roseanne memeras kain kompres dan kembali meletakkan kain kompres di atas kening ibunya.

Self Forced MarriageWhere stories live. Discover now