04. 45 Minutes Into You

3K 653 85
                                    

Dua chapter sebelumnya sepi komentar, apa ceritanya gak menarik?

♒♒♒

Jeffian cukup terkejut dengan dirinya sendiri.

Dapat dikatakan ini kali pertama ia menghabiskan waktunya berdua dengan lawan jenis tanpa ada kegiatan spesifik seperti bekerja atau lainnya, benar-benar hanya duduk bersama untuk makan siang.

Bukan kah ini sebuah pencapaian?

"Lo kenapa belum mau nikah?" tanya Roseanne sembari menikmati soto ayam yang ia pesan, Jeffian juga memesan hal serupa dengan gadis itu.

"Menurut gue nikah tuh repot, iya kan?"

Roseanne menganggukkan kepala, "setuju."

Keduanya lalu menikmati soto ayam mereka masing-masing hingga Jeffian kembali bersuara, "menikah itu bukan perkara mudah, kita akan menghabiskan sisa waktu hidup dengan orang yang menikah dengan kita, menurut gue, itu tanggung jawab yang besar banget, terlebih gue sebagai pihak laki-laki, ada beban tersendiri bagi gue buat minang anak orang."

"Oh, gue gak tahu kalau dari sisi cowok sih, tapi dari sisi gue sendiri, kalau gue sudah nikah gue tuh juga harus patuh sama suami dan gue anti banget sama cowok patriarki apalagi misogini, gue akan patuh asal apa yang dia perintahkan ke gue itu masuk akal dan berdasar. Dan selama ini gue gak pernah ketemu cowok yang benar-benar sesuai dengan kriteria gue itu, kebanyakan masih kolot," jelas Roseanne.

"Oh, alasan kita lumayan beda ya,  tapi intinya sama, buat apa coba buru-buru nikah," ucap Jeffian sembari menggelengkan kepalanya itu.

Keduanya pun terdiam dan fokus menikmati makanan mereka.

Roseanne dan Jeffian memang baru saling mengenal, kurang dari seminggu bahkan, tapi karena sebuah kebetulan konsep pemikiran tentang pernikahan membuat kedua orang itu tiba-tiba saja menjadi dekat bahkan dalam hitungan menit.

"Lo lulusan mana?" tanya Jeffian.

"Gue dari UI, kalau lo?" tanya Roseanne balik.

"Gue ... dari Yale University," jawab Jeffian.

"Wah, jauh juga."

"Iya, awalnya gue keterima ITB terus iseng daftar lagi di tahun berikutnya dan gue keterima," jelas Jeffian, Roseanne cukup kagum dengan pencapaian Jeffian itu, menurut Roseanne cowok pintar tuh lebih mempesona daripada cowok ganteng. Dan tampaknya Jeffian berhasil menyabet keduanya, paket lengkap lah ya.

"Keren, kenapa gak kerja di sana?" tanya Roseanne.

"Nyokap gak mau gue kerja jauh, karena gue anak tunggal," jawab Jeffian.

"Oh, bisa paham sih, ibu gue juga gak kasih izin gue waktu gue keterima kerja di perusahaan Singapore, apalagi katanya gue anak perempuan, bapak sudah gak ada, kalau ada apa-apa sama gue gak ada yang bisa nyusul gue ke sana," jelas Roseanne.

Jeffian terdiam sejenak mendengar penjelasan Roseanne.

"Maaf, turut berduka buat bokap lo," ucap Jeffian.

Roseanne tersenyum, "terima kasih tapi santai aja, gue sudah ikhlas."

Jeffian menganggukkan kepala, ia lalu memakan suapan terakhir soto ayam-nya kemudian menikmati jus jeruk yang ia pesan.

"Anyway, juga ada baiknya lo tetap di Jakarta, lo kan jadi bisa nemanin nyokap lo kan?" tanya Jeffian berusaha membangun topik obrolan lagi.

"Iya sih, tapi ibu gue tinggal di Bekasi, gue gak sanggup kalau harus bolak-balik sekalipun gak terlalu jauh ya, jadinya gue prefer nge-kost di Jakarta," jawab Roseanne.

Self Forced MarriageWhere stories live. Discover now