24. Matahari Saat Badai

2.9K 508 34
                                    

Malam hari di kamar hotel Jeffian dan Roseanne suasana terasa begitu dingin.

Lampu kamar telah padam, di luar sedang hujan deras, AC berhembus dengan suhu rendah, Jeffian dan Roseanne sudah berada di ranjang, berbaring di balik selimut yang tebal.

"Aku naikkan suhu AC ya," ucap Roseanne.

"Hm," respon Jeffian.

Roseanne menyibakkan selimut yang ia pakai dan berjalan menuju remote AC yang menempel di dinding, dekat dengan televisi.

Dari suhu 21 derajat Roseanne menaikkan suhu menjadi 25 derajat, sebelum akhirnya ia berjalan menuju kopernya untuk mencari hoodie yang dapat ia pakai. Tetapi sialnya, ia baru ingat jika pakaian yang ia kemas adalah pakaian untuk suhu tinggi.

Siapa yang kepikiran pergi ke Bali dan membawa hoodie tebal?

"Jeff?" panggil Roseanne sambil melihat punggung pemuda yang sudah berbaring di ranjang.

"Apa?" balas Jeffian cukup ketus.

"Kamu ada hoodie gak? Aku kedinginan."

"Gak ada, mana ada orang yang pergi ke Bali bawa hoodie?"

Roseanne menghela nafasnya, ia sempat meraih sebuah kain Bali yang sempat ia beli di airport tetapi kain itu kini terasa dingin.

Dengan sedikit kecewa, Roseanne beranjak kembali ke ranjang dan merebahkan dirinya di samping Jeffian. Oh jangan lupakan tumpukan guling dan bantal yang dijadikan batas di antara mereka kedua.

Roseanne pun memunggungi Jeffian dan menggulung dirinya karena kedinginan, tindakan gadis itu membuat Jeffian menoleh dan menatap punggung Roseanne yang tampak menyedihkan.

"Dingin banget ya? Aku telpon pawang hujan buat pindahkan hujannya mau?" tanya Jeffian.

"Gak usah mengada-ada," balas Roseanne kesal.

Mendengar balasan kesal dari Roseanne membuat Jeffian tersenyum kecil kemudian bertanya, "kalau pelukan mau gak?"

Dan kali ini pertanyaan Jeffian membuat Roseanne memutar tubuhnya secara otomatis dan menatap Jeffian tajam, "telpon pawang hujan aja!"

Jeffian pun tertawa, pemuda itu pun beranjak duduk kemudian meraih ponselnya.

"Eh, atau kita beli online aja sekarang," ucap Jeffian.

"Jeff, ini jam 1 pagi, mana bisa, lagian kalo beli sekarang ada gitu toko yang buka?"

"Ya udah, pesan teh panas biar badan kamu hangat, mau?" tawar Jeffian.

"Kasihan pegawai hotelnya harus antar hujan-hujan gini, gak deh, biarin mereka istirahat," tolak Roseanne yang akhirnya ikut duduk.

"Opsi terakhir cuma pelukan, mau gak?"

"Gua jitak kepala lo," gumam Roseanne yang kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya serta memeluk kakinya di balik selimut. Sementara Jeffian tertawa kecil sebelum akhirnya tawa itu mereda dan pemuda itu memperhatikan profil samping wajah istrinya itu.

"Kamu tahu gak, setelah menikah sama kamu, ternyata ketakutan-ketakutan yang aku bayangkan sebelumnya gak begitu terasa buruk sekarang," ucap Jeffian.

Gadis itu mengangkat alisnya, "kita baru nikah kurang dari seminggu, ya belum kerasa lah."

"Iya sih, tapi serius aku merasa jauh lebih mantap buat menjalaninya," jelas Jeffian.

Akhirnya kedua pandangan mereka bertemu, "kenapa?"

"I don't know the reasons, tapi yakin aja," jawab Jeffian.

"You're being weird, Jeff," balas Roseanne.

Self Forced MarriageWhere stories live. Discover now