Chapter 04 - Fever

7.5K 715 68
                                    

"Lukamu akan sakit, kalau aku tidak menutupnya," monolog pelan Jungkook menatap pintu yang kini terbuka selepas Taehyung meninggalkan tempat itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lukamu akan sakit, kalau aku tidak menutupnya," monolog pelan Jungkook menatap pintu yang kini terbuka selepas Taehyung meninggalkan tempat itu. "Kenapa kau membuatku khawatir...V?!"

Jungkook menghela napasnya pelan, dia menatap stetoskop yang kini berada di atas ranjang. Dia pun kembali teringat kata-kata yang Taehyung ucapkan lewat alat itu. Masing terngiang, dan kembali menggema dalam pikirannya.

I love you

Jungkook tampak merapikan beberapa alat di sana, perban, plester, gunting. Hingga pikirannya kembali teringat luka Taehyung yang belum dia tutup. Kembali wajahnya tampak cemas. Tak lama seseorang datang dan menghampirinya. Hanya menatap Jungkook yang kini terdiam dan menjatuhkan kepalanya pada sisi ranjang.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya seseorang. Jungkook tak menjawab, dia hanya menghela napasnya pelan. "Aku melihat orang itu berlari, seperti terburu-buru. Kalian bertengkar?"

"Huuuh! Ada panggilan tugas penting. Itulah yang dia katakan. Bahkan aku belum sempat menutup lukanya, Bam. Bagaimana kalau infeksi? Bagaimana kalau tiba-tiba berdarah? Bagaimana kalau jahitannya luka? Aku baru menjahitnya kemarin dan dia bilang semalam sakit itulah kenapa dia datang," ucap Jungkook lemas.

Bambam yang telah mengenal Jungkook lama, dia baru melihat Jungkook khawatir pada orang lain. Ah, maksudnya khawatir pada orang yang baru saja dia kenal. Karena dia akan selalu khawatir pada orang lain, tapi dengan seseorang yang baru dia kenal apalagi dengan wajah yang tampak cemas dan kesal? Ini adalah kali pertama Bambam melihatnya.

"Orang itu menyukaimu? Mingyu menyukaimu, dan dokter Lee Jaehyun juga menyukaimu. Sekarang, apa yang akan kau lakukan, Jeon?" Bambam menarik kursi kecil dan duduk di samping Jungkook. "Aku dengar Lisa juga sering menerima pesan dan semuanya menanyakan tentangmu. Teman dia ataupun dokter di rumah sakit ini. Kalau kau tidak segera memutuskannya, akan semakin banyak hati yang menunggumu dan berharap padamu."

"Mingyu sahabatku, sama sepertimu. Dokter Lee, dia lebih senior dariku, aku hanya menganggapnya rekan kerja tidak lebih," balas Jungkook.

"Uhm, lalu?" Bambam menyidik. "Orang itu? Kau belum menyebutkannya. Pasienmu! Kata Mingyu dia yang menjadikanmu tawanan? Tawanan...hati...?"

Jungkook tak menjawab, dia mengalihkan pandangannya kemanapun asal jangan ke arah Bambam yang tengah menyidiknya. Dia pun tampak berdehem, saat Bambam kembali menatapnya, seolah menunggu jawaban dari Jungkook.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Jeon! Dokter Jeon?"

"Orang itu melantur, halusinasi karena anestesi yang kuberikan!" sangkal Jungkook.

"Anestesi? Kau bahkan tidak mengoperasinya ataupun membius total tubuhnya? Halusinasi?" Bambam menahan senyumnya. Dia tahu sahabatnya itu sedang salah tinggal dan tengah malu, pipinya saja tampak memerah. "Aku tidak akan memaksamu mengatakannya, jangan khawatir. Kalau kau menyukainya, aku pun tidak akan berbicara apapun. Tapi, Mingyu dan dokter Lee, aku harap kau segera mengatakan padanya. Setidaknya pada Mingyu... kita bersahabat, aku tidak ingin semuanya salah paham ataupun rusak hanya karena perasaan," pesan Bambam.

LOVE VIRUSWhere stories live. Discover now