Sixteen || important business.

130 15 15
                                    

'Ara's POV'

Sering kali kita keliru, tentang apa yang terjadi pada kita di muka bumi ini. Kadang kita tidak sadar, kita suka membuat banyak kesalahan dan ada dinding pembatas yang ku bangun, lalu ku hancurkan sendiri.

Sejujurnya, ini bukan takdir yang ku mau. Aku sama sekali tidak pernah berkhayal akan menjadi seorang idol solois wanita, sungguh. Karena angan angan ku hanyalah... bekerja di perusahaan, punya keluarga yang harmonis dan punya kehidupan yang normal.

Kegiatan ku tentang pemotretan dan rekaman pembuatan MV terbaru sudah aku selesaikan, aku sengaja ngebut dalam pengerjaan nya, karena aku ingin pihak agensi yang mengikuti ku ke Belanda bisa pulang lebih dulu, dan meninggalkan aku sendiri di sini.

Manager Eunsa, orang yang sudah ku anggap sebagai kakak ku sendiri, sempat marah dan bersikukuh akan tinggal di sini bersama ku, karena katanya tidak aman jika aku sendiri di sini. Haha, rasanya tidak mungkin. Karena aku masih punya keluarga di sini, kakek dan nenek ku juga keluarga ayah yang lain ada di negara ini.

Pada akhirnya dia pun mengalah, dan setelah nya dia juga ikut pulang bersama staff yang lain, kembali ke Korea.

Tahun ini terasa sangat menyedihkan untuk ku, ini pertama kali nya aku merasa kurang bahagia di dalam satu tahun. Puncak dari segala lara kali ini muncul tepat saat salju turun di akhir tahun.

Bolehkah aku mengatakan bahwa penutup tahun ini sedikit memberi kesan jelek pada ku?

Aku menghela nafas sedih, sambil berbaring aku mencoba memikirkan apa yang aku lakukan setelah ini. Ngomong ngomong, ini sudah dua hari sejak aku meminta Seokjin datang menyusul ku ke Belanda. Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan nya.

Entahlah, tapi aku merasa apa yang akan ku sampaikan nanti terkesan seperti kekanak kanakan. Bahwa aku egois karena dia kembali berhubungan dengan mantan nya. Tapi rasanya itu normal. Perempuan mana memang nya yang rela pasangan nya kembali dekat dengan mantan nya?

Jika ada, pasti dia adalah perempuan yang otak nya miring.

Baru beberapa hari aku di sini, dan aku merasa sedikit tenang dari sebelum nya. Masalah yang menimpa ku di Seoul, sedang berusaha ku lupakan. Walau nyatanya tidak bisa sama sekali.

Sharon Eonnie, Ahreum Eonnie dan juga Seokjung oppa terus saja mengirimi ku pesan. Mereka sangat khawatir karena aku pergi sambil menangis saat sedang makan bersama waktu itu.

Seokjin juga sama, setelah aku menyuruh nya datang ke sini, dia tak henti henti nya mengirimi ku pesan. Rata rata berisi permintaan maaf. Sebenarnya aku tidak butuh maaf, hanya sebuah pelukan, dan juga mungkin kita berdua butuh waktu bicara empat mata.

Getaran yang berasal dari ponsel ku membuat lamunan ku terputus begitu saja, saat aku mengambil nya, nama Seokjin tertera di display penelpon.

Panjang umur.

Baru saja aku bicarakan dia dengan diri ku sendiri, eh orang nya menelpon ku hihi.

Tombol hijau pun ku geser, dan aku menunggu dia menyapa. Kenapa seperti rusuh sekali? Apa dia masih di dorm?

"Annyeong, chagiyaaa~"

Seokjin menyapa ku dengan lembut, aku tersenyum kecil mendengar sapaan itu.

"Noona! Noona! Kau tau? Jin hyung ngambek! Dia tidak menegur ku dan member lain katena takut Noona marah dengan nya! Ya ampun, selama beberapa hari selalu aku yang memasak sarapan pagi"

Aku tertawa terbahak bahak mendengar nya, Jungkook mengadu, dan di dekat anak itu Seokjin pasti menggeram kesal karena aib nya di bongkar begitu saja.

"Jangan lupakan aku yang selalu membantu mu membuat makan malam ya"

My StarWhere stories live. Discover now