Twenty seven || letter about him

113 14 24
                                    

Sejauh ini, sosok nya masih belum berani mendekat pada gadis itu, dia masih bingung dengan diri nya sendiri, harus melupa atau kembali pada masa lalu. Nyatanya memang seharusnya ia kembali pada masa lalu, karena ada kisah yang belum usai di sana.

Langit senja kali ini sangat cantik, cahaya terbenam matahari dengan langit cerah yang masih menguning menjadi salah satu objek yang ia tatap dengan lamat dari dalam mobil.

Kepala nya menyandar pada badan kursi mobil dan kedua tangan nya bergerak menulis kan sesuatu di sana. Perkataan sang leader tentang, "Inspirasi bisa di temukan di mana saja" benar ada nya.

Seokjin, sosok itu menepikan sejenak mobil nya di pinggir jembatan besar sungai han, sambil melihat terbenam nya matahari, dia menulis sesuatu di atas kertas yang ia bawa selalu di dalam dashboard mobil nya.

you used to be my moon, but now you're my sunset. anyway the sunset is beautiful isn't it? Yeah, i love you but i'm letting go, see you in another time.. or another life i guess? Thank you for being part of my life, and remember this, if loving you was a mistake then you're the most beautiful mistake i had..

Dia menghela nafas nya setelah membaca sepucuk surat yang baru saja ia tulis sendiri, sadar atau tidak, Seokjin malah menitikkan air mata di kedua pipi nya yang menirus akhir akhir ini.

Selesai dengan surat, ia menyimpan tulisan itu setelah di lipat rapi dan kemudian termenung dalam keheningan. Seokjin jadi sangat hening sekarang, dia tidak seribut dulu, dan itu lah yang ia sedihkan dari diri nya sendiri.

Apa patah hati memang seperti ini? Rasanya saat ia masih remaja dulu, patah hati tidak seperti ini. Dia bahkan tidak kehilangan diri nya sendiri.

Benarkah.. Seokjin benar benar mencintai Ara?

Nguungg.. nguungg..

Ponsel lipat itu berdengung, Seokjin mengambil ponsel nya, ada panggilan masuk dari nomor asing. Hati nya menyuruh nya mengangkat telpon itu, tapi kedua tangan nya menolak keras.

Baru saja ia meletakkan ponsel nya ke atas dashboard, lagi lagi benda pipih itu berdengung. Seokjin akhirnya menyerah. Dia pun mengangkat telpon itu.

"Halo, Seokjin? Kau di sana kah?"

Kedua mata Seokjin melebar sempurna saat mendengar suara yang ia kenal betul itu, "Halo? Ara? Ini benar kau?"

"Hiks.. Iya, ini aku.. Bisa kah kau kesini? Aku benar benar kacau, obat ku habis... tolong.. karena Yoongi dan yang lain sibuk"

Seokjin akhirnya menghela nafas dan mengangguk tanpa sadar, "Aku kesana sekarang, bertahan lah"

"Jangan lama.. Tolong"

Sambungan telpon pun terputus, Seokjin meletakkan ponsel nya dan bergerak menuju lokasi yang Ara kirimkan pada nya.

Walau Ara melupakan nya, Seokjin percaya suatu saat nanti Ara pasti akan mengingat nya lagi. Karena itu, kesempatan seperti ini sangat ia manfaatkan dengan baik, apapun hasil nya nanti, Seokjin pasti siap menerima.

**

Sejak malam kemarin, sakit di kepala ku tidak pernah berhenti untuk tidak berdenyut. Aku sengaja mengambil jam lembur di agensi dan benar benar menghabiskan waktu di sana.

Bahkan aku juga akan lupa minum obat jika Manager Eunsa tidak mati matian mengingatkan ku. Aku merasa bersalah. Kali ini pada diri ku sendiri yang terlalu ambisius pada sesuatu.

Sore ini aku berniat pergi ke rumah sakit, untuk melakukan cek up rutin sekaligus terapi, tadi nya aku ingin meminta Yoongi atau Namjoon agar menemani ku, tapi aku baru ingat kalau Namjoon sedang berkunjung ke rumah kerabat nya di Gwacheon, sementara Yoongi masih di Daegu bersama Taehyung.

Satu satu nya orang yang ada di benak ku hanyalah Seokjin, susah sekali mendapat nomor ponsel nya pria itu, tapi beruntung manager Sejin mau memberikan nya pada ku secara cuma cuma.

Tapi sepertinya takdir berkata lain, ketika aku sudah bersiap ke rumah sakit, aku baru ingat jika obat ku habis dan aku malah terduduk di sudut ruangan karena sangat pusing sekarang.

Saat sisa tenaga ku yang terakhir hampir saja ikut melayang bersama kesadaran yang ku punya, Seokjin datang. Dia tepat waktu.

Pintu studio ku di dobrak paksa oleh nya, dan dia terlihat sangat panik juga terkejut melihat keadaan ku yang mengenaskan.

"Ara! Jangan terpejam! Bertahanlah!" pinta Seokjin sambil menggendong ku dengan berlari, dia membawa ku ke mobil nya.

Telat sebelum kesadaran ku menghilang dengan sempurna, aku sempat melihat foto polaroid yang tergantung di mobil Seokjin, ada foto Seokjin dan seorang gadis di sana. Sementara satu sisi lain nya adalah foto Seokjin bersama dengan member Bangtan.

Dan setelah nya aku tak tahu apa apa karena aku sudah terpejam sepenuh nya. Kesadaran ku hilang.

**

Seokjin mondar mandir di depan pintu UGD, Rasa panik, dan khawatir benar benar mendominasi isi kepalanya yang mendadak ingin sekali mendobrak pintu berwarna tembus pandang itu.

Ini pertama kali nya setelah sekian lama ia melihat Ara jatuh sakit bahkan pingsan seperti tadi, terakhir saat... mereka baru pertama kali kenal.

Ceklek.

Pintu akhirnya terbuka dan seorang dokter dengan name tag 'Lee Ralea' segera melangkah kan kaki nya mendekat pada Seokjin. Yang ia kira adalah wali pasien.

"Wali Nona Ara?"

Seokjin berhenti mondar mandir, lalu dia berbalik menatap gadis yang tak lain adalah dokter yang memeriksa kekasih nya. Iya, Ara masih kekasih hati nya Seokjin kan.

"Bagaimana keadaan Ara?"

Gadis dengan nama panggilan Ralea itu tersenyum dengan begitu manis, dia membenarkan posisi kacamata nya yang kian melorot dari hidung mancung nya.

"Keadaan gadis mu baik, hal seperti itu biasa terjadi pada orang yang menderita amnesia ringan." jawab Ralea sambil menatap Seokjin lamat, dia kenal baik dengan Seokjin melalui banyak narasumber alias orang dalam Bighit yang mengenal Ralea dengan baik.

Seokjin sedikit kaget saat Ralea menyebut Ara dengan sebutan 'gadis mu' tapi dia mengangguk setelah nya, "Maksud nya apa.. tentang biasa terjadi?"

"Ya, biasa terjadi.. Jika seseorang yang menderita amnesia.. Terlalu memaksakan untuk mengingat sesuatu yang ia lupakan saat ia amnesia.. Hasil akhirnya kemungkinan ada dua, dia bisa kembali mengingat sesuatu itu, atau dia tidak akan pernah bisa mengingat nya sama sekali sampai kapan pun"

Jantung Seokjin rasanya hampir merosot dari tempat nya, tidak akan pernah mengingat nya sampai kapan pun? Apa ia bisa hidup tanpa gadis nya? Orang yang membuat nya berhenti untuk punya trauma dengan seorang perempuan.

"Jangan khawatir, asal orang di sekitar nya juga membantu nya, ingatan Ara akan segera kembali seperti semula. Aku akan memberikan resep obat nya, dan kau bisa menebus nya di apotek rumah sakit nanti" jelas Ralea lagi.

Seokjin mengatur nafas nya, dan dia lagi lagi mengangguk, "Baiklah.. Terima kasih, dokter"

"Ralea, panggil aku begitu. Aku seumuran dengan adik adik mu" ralat Ralea lagi.

"Adik adik ku?" tanya Seokjin.

Ralea tersenyum manis, dia mengangguk sopan, "Ya.. Aku seumuran dengan Jungkook"

****

to be continued.

My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang