Iron door

1.7K 205 12
                                    

Mobil hitam itu masuk ke dalam pagar dan berhenti tepat di depan gedung. Lucire yang sudah menunggu, segera membuka pintu Haru juga Anna yang membuka pintu Doyoung. Haru berjalan lebih dulu, begitu juga Doyoung. Pria itu menggenggam tangan submissivenya dan membawanya masuk ke dalam gedung.

Sepanjang lobby, Doyoung tidak bisa berhenti merasa takut bahkan tangannya berkeringat dan nafasnya pendek. Haru menoleh ke arah Doyoung, dan tersenyum. "Kenapa takut? Bukankah hal seperti ini sudah biasa kau lihat di Korea?" Goda Haru membuat pandangan Doyoung teralihkan ke arahnya.

"Ntahlah.." Doyoung menegak salivanya. "Aku rasa, ini karena disini lebih menakutkan di bandingkan di Korea.." cicit lelaki itu pelan.

Haru menoleh ke sekitar, hanya ada lukisan yang di lukis dengan darah berbentuk wajah, dan bermacam patung manusia asli. "Tidak begitu menyeramkan, kau terlalu penakut Kim Doyoung." Remeh Haru.

Doyoung tidak membantah, dia malas mencibir karena saat ini bulu-bulunya seakan di tiup nafas mulut. "Haru.. ayo pulang saja." Pinta Doyoung pelan, menggoyangkan tangan Haru yang menggenggamnya.

Haru tidak membalas, dia tetap mengajak submissivenya lebih masuk ke dalam. Saat memasuki ruangan, sebuah kamar bernuansa merah redup dengan satu ranjang berkain putih polos. Haru membawa Doyoung masuk ke dalam, kemudian pintu begitu saja di tutup.

"Duduk di sini." Kata Haru mendudukkan Doyoung di sisi ranjang. Tersenyum kecil sebelum mengusap rambut lelakinya dan pergi ke arah etalase, menyalakan musik yang menyuarakan alunan tenang. "Kau suka suasananya? Masih menakutkan?"

Doyoung diam sebentar, mendengarkan musiknya sambil memejamkan mata kemudian menggeleng. "Tidak begitu. Justru aku ingin tidur sekarang di sini."

Haru menoleh ke belakang, melihat Doyoung telentang di atas kasur. Senyum miringnya terukir, pria itu berjalan ke arah ranjang kemudian menindih tubuh lelaki di bawahnya dengan berpangku dua telapak tangan.

Doyoung membuka matanya, kemudian menahan tangan Haru yang hendak membuka celananya. "Kita cuddle saja, ya? Ada yang ingin aku tanyakan." Pinta Doyoung menunjukan senyuman manisnya dan tatapan polosnya. Haru menggerling malas, kemudian berdiri tegak kembali.

Doyoung buru-buru bangun dan menarik tangan Haru agar duduk kemudian dia duduk di atas paha prianya. Lelaki itu mencium pipi dominannya, sebagai ungkapan terima kasihnya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Haru menaruh dagunya di atas bahu lelakinya. Kedua tangannya memeluk perut submissivenya dan mengelusnya dengan ibu jari.

"Sebelum aku bertanya, kau mau janji?" Tanya Doyoung menatap wajah Haru di sebelahnya.

Tatapan pria itu aneh, tapi Haru hanya berdekhem sambil mengangguk. Doyoung menunjukan senyumannya dan membuat Pinky promise. "Kalau begitu, kau harus janji untuk menceritakan masalahmu denganku. Tidak perlu sampai masa lalu, cukup di waktu ini saja." Kata Doyoung, tersenyum kecil.

Tatapan Haru tidak bisa lepas dari kedua mata Doyoung. Matanya seakan memancarkan permintaan kepercayaan padanya. Haru suka tatapan itu, melebihi tatapan yang dulu pernah dia cintai dari Doyoung.

"Kenapa?"

"Hm?" Doyoung mengangkat satu alisnya, tidak mengerti. "Aku hanya berfikir, akhir-akhir ini kau banyak masalah. Kau mempercepat kepergian kita ke Italia, dan hari-hari sebelumnya di Korea pun kau juga selalu dalam kondisi emosi." Dan melampiaskannya padaku.. "jadi aku hanya ingin kau berbagi masalahmu denganku, itu saja." Jawab Doyoung.

Haru menghembuskan nafasnya, kemudian melirik pinky promise yang masih terjalin. "Kalau gitu, kau juga harus janji untuk tidak meninggalkanku meskipun kau tau semua masa laluku." Tatapannya teralih ke wajah Doyoung, seakan meminta Doyoung untuk menyetujuinya. "Kau mau?"

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Where stories live. Discover now