Uncontrollable

1K 116 3
                                    

cklek.

Wanita itu menutup pintu, dan masuk lebih dalam ke kamar. Matanya tetap tertuju ke arah Aldo yang terbaring di atas kasur. Dia sekarat, tapi tidak akan mati dalam hitungan hari karna Ilario masih membutuhkan jawabannya. "Apa yang membuatmu tetap bersikeras tidak mau bicara soal penculik Ilario sampai membiarkan dirimu tersiksa mati-matian?" Anna bertanya tidak mengerti, tepat di sebelah kasur berukuran rendah.

Anak laki-laki itu tidak membuka matanya. Tapi dia terlihat tersenyum sinis dengan bibirnya yang pucat berwarna putih. Pipinya kian tirus, terlihat garis tulang.

Anna berdecih sekilas, sebelum mengeluarkan pistol dibalik kemeja. "Aku masih banyak urusan. Dan jika kau tidak mau bicara, maka selesaikan saja hidupmu disini."

Aldo cukup berusaha untuk membuka satu matanya, menatap Anna. "K-kau yakin Papa― t-tidak memberikanku― kesempata-n hidup lagi?" Suara yang tertahan, bernyaring serak dengan intonasi rendah. Anna cukup mengetahui Aldo mengharapkan kesempatan hidup sekali lagi dari Ilario, tapi dia sendiri yakin Tuannya tidak sebaik itu.

"Malam ini bukan aku yang membunuhmu. Kau tunggu saja sampai urusan Ilario selesai, maka―" Anna menggantung ucapannya. Wanita itu mendekati Aldo kemudian membungkukkan punggungnya hingga kepalanya berada dekat di atas kepala anak laki-laki itu. Pistol di tangannya di tempelkan di kening Aldo. "Maka semuanya akan selesai. Hidupmu berakhir sia-sia dan mengenaskan."

Anna menjauh setelahnya. "Jadi kau ingin bicara sekarang?"

Aldo cukup diam beberapa lama, sebelum akhirnya memejamkan mata menahan sakit di tubuhnya. Tangannya mencengkeram kuat sisi ranjang kayu dengan bibir bawah dia gigit sebagai penahan. "Biarkan aku bicara dengan anak Perempuan Papa." Pinta Aldo.

Anna mendengus pelan, "Kau mengulur waktu atau mempercepat kematian-mu?" Tanya Anna sarkas, terlihat dari wajahnya dia tidak suka dengan permintaan Aldo. "Lagipula, untuk apa berbicara dengan Cra―"

"Kalau kau menuruti permintaanku, itu tidak akan mengulur waktu." Potong Aldo membalikkan sarkas. Anna menghela nafasnya kemudian berjalan ke pintu, berdiri diam di sebelah pintu sebelum benar-benar keluar.

"Dia sudah tidur. Besok saja."

klek.

Aldo meringis pelan, membuka kedua matanya perlahan dan langsung mengarah ke jendela berukuran sedang yang memiliki dua pintu jendela. Apapun yang akan dia katakan besok hari, maka setidaknya Aldo sudah memperingati Crana tentang mungkin kehancuran keluarganya.

"Aku.. penasaran apa yang akan kau lakukan setelah ini.. Crana." Gumam Aldo dengan senyum tipisnya, sembari memandang langit kamar dan kemudian perlahan matanya terpejam.

***

Sudah menjadi hal yang biasa untuk Elijah terbangun di jam 4. Pagi buta sebelum matahari terbit, El sudah banyak melakukan pekerjaan rumah seperti bebersih. Hanya satu alasannya, itu karena El mengidap OCD yang membuatnya melakukan perilaku kompulsif.

Ketika hari sudah menunjukan waktu 6 pagi, El berada di dapur― untuk menyiapkan sarapan meski tau Haru dan Doyoung tidak ada di rumah.

"El." Panggil Anna masuk ke ruangan dapur, berdiri di sebelah pintu. "Dimana Crana? Aku sudah mencari dia di kamar, tapi tidak ada." Tanya Anna melipat tangannya di depan dada. Matanya memperhatikan El yang masih sibuk saja dengan masakannya.

"Dia sudah berangkat." Jawab El, menyajikan makanan ke piring. Sekilas, dia melirik Anna. "Untuk apa kau mencarinya? Ilario menyuruhmu?"

"Tidak." Anna menggeleng, kembali berdiri tegap. "Aldo."

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Where stories live. Discover now