Changing Memories

1.3K 182 10
                                    

Pulang dari rumah itu, hari sudah sangat malam. Seharian ini, kedua pasangan itu habiskan 98% persen di rumah itu. Saat ini di mobil, Doyoung sudah terlelap lebih dulu dengan menjadikan paha Haru sebagai bantalan.

Pria itu akui, hari ini memang sangat melelahkan. Tapi dia senang, karena Doyoung sudah tau masa kecilnya dan dimana dia tumbuh. Selama disana, Haru banyak bercerita. Bahkan mereka mengubah kenangan menyakitkan menjadi romantis disana.

Doyoung menarik tangan Haru agar ikut dengannya. Saat berada di ruang tengah yang berdekatan dengan dapur, Doyoung mendudukkan Haru di sofa, sehingga kepala pria itu harus mendongak agar melihat ke arahnya.

"Ayo kita ubah kenangan disini." Ajak Doyoung memegang satu tangan Haru dengan kedua tangannya. Lelaki itu merundukkan kepalanya, dengan senyuman lembut yang tipis. "Aku tau, disini kau banyak menderita. Aku tidak mau kau mengingat rumah dimana kau tumbuh, sebagai sesuatu yang mengerikan. Karena itu, aku ingin mengajakmu merubah ingatanmu disini menjadi lebih baik bersamaku."

Haru tidak bisa mengatakan apapun. Pria itu diam dengan jantungnya yang berdetak sangat cepat. Untuk kesekian kalinya, dia melihat ketulusan dari mata lelakinya. Ketulusan yang tidak pernah dia lihat dari mata orang lain.

"Kau.. mau?"

Haru berkedip sekali, kemudian menganggukan kepalanya. Senyum Doyoung melebar, lelaki itu memutar kepalanya seperti mencari sesuatu. "Kau punya foto album disini?"

Yang di tanya ikut berfikir. Pria yang memakai jaket hitam itu berdiri dari duduknya, dan pergi ke salah satu kamar― beda dari yang sebelumnya. Itu adalah kamar El. Sementara Doyoung menunggu di ruang tengah, Haru datang dengan membawa album tua berwarna hitam.

"Ini." Haru menyerahkan. Tidak tebal, dan tidak besar.

Doyoung mengangguk. Dia membawa Haru duduk di sebelahnya. Punggungnya bersandar di dada pria itu. Haru yang mengerti, menyunggingkan senyumannya sambil tangannya memeluk perut Doyoung dan mencium puncak kepala lelaki itu yang beraroma Mint-bubble gum.

Doyoung terkekeh, perlahan dia membuka albumnya. Hal pertama kali yang dia lihat adalah Gereja besar yang terbakar.

"Itu saat dua orang tuaku mati terbakar." Haru memberi tau dengan ekspresi biasa saja. "El membawaku dan Lucire keluar lewat pintu belakang. Sayangnya tidak ada yang tau pintu itu, jadi 98% semuanya mati." Tambahnya membuat Doyoung merinding.

Memilih melanjutkan, Doyoung membuka halaman baru. Ada foto satu bayi dan satu anak kecil yang sama-sama memiliki luka bakar di tubuhnya.

"Yang itu, kondisi aku dan Lucire setelah keluar dari Gereja. Luka bakar itu tidak menghilang selama 3 bulan."

"Apa masih berbekas?" Doyoung bertanya, mendongakkan sedikit kepalanya. Haru menggelengkan kepalanya menjawab. Laki-laki itu kembali melihat ke arah album. "Lucire saat kecil lumayan tampan."

"Apa?"

"Tenang, aku mengakui dia tampan sebagai sesama lelaki." Doyoung tertawa, menepuk pelan punggung tangan Haru yang memeluk perutnya. "Tentu saja, kau lebih tampan bahkan saat masih bayi."

"Hm, kau benar."

Doyoung merenggut-kan bibirnya. Dominannya narsis. Tangannya kembali membuka lembaran album, ada foto dimana Haru sedang mencengkeram leher kelinci yang sudah tidak memiliki tubuh bagian bawah.

"Itu mangsa pertamaku." Ucap Haru memberi tau. "Dan darah yang tadi ingin ku berikan padamu, itu darah kelincinya."

Rasanya perut Doyoung ingin muntah karena gejolak rasa jijik. Tapi dia tahan, dengan ekspresi yang natural biasa saja. Tangannya buru-buru membalik halaman. Ada foto punggung yang penuh luka cambuk. Menyadari sesuatu, Doyoung mengangkat wajahnya menatap Haru.

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang