Words Of Love

1.3K 168 13
                                    

El masuk ke dalam RBT. Nuansa gelap dengan obor penerangan. Sepanjang jalan, terdapat benda-benda yang memiliki kenangan gelap, dan terdapat barang bukti semua pembunuhan Ilario sebagai Mafia.

Tepat di depan kamar, El membuka pintu dengan kunci. Matanya melihat anak kecil yang terbaring di atas ranjang dengan nafas tidak nyaman― terlihat dari dadanya yang bergerak cukup cepat.

Itu hal wajar. Sejak anak itu di kurung― bahkan sejak menginjakkan kaki di rumah ini, El tidak memberikan makan maupun minum. Dia masih hidup hanya mengandalkan obat vitamin. Tentu saja, semua yang El lakukan atas suruhan pemilik rumah, Ilario.

"Jika hari ini kau memberi tahuku, aku akan memberikanmu makanan." Ucap El menawarkan. Namun sama sekali tidak di respon. "Aldo―"

Kedua mata Aldo terbuka perlahan. Anak laki-laki dengan poni menyamping yang basah oleh keringat itu menatap El dengan tatapan sayunya. "Aku tidak akan mengatakannya." Tekan Aldo membuat El menghela nafasnya berat.

"Kau takut penculik itu akan mencelakakan Tuan Ilario?" El menebak. Alisnya terangkat satu. "Bahkan menyentuh Tuan Ilario saja, penculik itu akan mati tertembak." Ucapnya seakan menegaskan jika Ilario tidak semudah itu untuk di celakai― terlebih di bunuh.

Aldo tetap tidak bergeming. Dia tau Ayahnya bukan orang sembarang. El yang melihatnya, sekali lagi menghela nafasnya berat. "Aldo, dengarkan aku."

Wanita dengan gaya rambut di Cepol itu melangkahkan kakinya mendekati ranjang berukuran rendah itu. Dia duduk dengan kedua kakinya sebagai bantalan. "Kau tau Ilario. Dia akan membunuh siapapun yang tidak berguna baginya."

"Papa akan membunuhku?" Aldo tertawa pelan, nafasnya terdengar pendek dan putus-putus. "Mendengarnya saja aku sudah tidak kaget. Aku sering mendengarnya di rumah sakit. Papa bilang akan membunuhku bersamaan dengan seseorang bernama Zacky."

El tidak tau lagi harus membujuk seperti apa anak keras kepala di depannya. "Kau benar-benar cari mati."

"Aku mati untuk Papa." Aldo membalas. "Papa akan benar-benar menyesal jika bertemu dengan penculik itu. Percayalah." Tekan Aldo memejamkan matanya.

"Ilario akan datang malam ini, kau pikirkan saja sekali lagi."

Setelahnya El berdiri, wanita itu pergi meninggalkan Aldo. Sekali lagi, yang El tinggalkan hanya sebutir obat di atas nakas. Aldo tidak menyentuhnya kali ini, mendengar dia akan mati malam ini. Di tangan Ayahnya sendiri.

Setelah pintu tertutup, mata anak laki-laki itu meneteskan air mata. 7 tahun dia hidup, Papanya hanya mengunjunginya untuk memastikan apa dia masih hidup atau tidak. Alasannya karena dia adalah kartu pertemuan Ayahnya dengan seseorang bernama Zacky.

Terdengar menyebalkan, tapi Aldo iri dengan anak perempuan yang beberapa tempo hari lalu dia lihat pertama kali di rumah ini. Anak yang penampilannya sangat terurus. Memiliki kesan dan aura yang setara dengan Ayahnya.

Dia pasti darah daging Ayah. Pikiran yang terbesit pertama kali di benaknya saat melihat anak perempuan itu.

"Hah... Aku hanya ingin Papa bahagia dengan keluarga barunya. Meskipun tanpa aku.." gumam Aldo tulus.

***

Sudah sangat siang, Doyoung menyingkirkan tangan besar Haru di perutnya dan bangun dari tidurnya. Pria Ilario itu tidak terganggu, mungkin sangat mengantuk. Tapi Doyoung tidak bisa lagi tertidur, sudah waktunya dia bangun dan membersihkan diri.

Laki-laki Korea itu berdiri dari kasurnya dan beranjak pergi ke kamar mandi. Membuka pakaiannya dan berdiri di bawah shower yang menyala. Rintikan air perlahan turun hingga menjadi sangat deras berjatuhan. Tangannya mengambil shampoo dan menuangkan cairan pewangi rambut itu ke kepalanya.

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Where stories live. Discover now