Will Never Change

1.3K 173 6
                                    

El masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di belakang gedung tua rumah sakit. Haru segera memberikan sebuah amplop hitam pada El dan wanita itu langsung menyimpannya di dalam lapisan kulit samaran.

"Karena Aldo sudah balik ke tangan kita, sekarang Anna dan Lucire hanya perlu mencari siapa pelaku penculikan. Tentu saja, tidak mungkin Zacky yang menculiknya." Haru membuka suara, tiga orang di dalam mobil itu mendengarkan. "El, apa Aldo sudah mengaku?"

"Belum." Jawab El cepat. "Dia masih menutup mulut, dan berkata 'aku menutupinya untuk kebaikan Papa'." Kata El meniru ucapan Aldo padanya.

"Kau tidak tanya apa alasannya?" Anna bertanya, melihat wajah El yang menggeleng lewat kaca dalam mobil. "Pasti penculiknya sudah mengancam anak itu dengan membawa-bawa nama Tuan Ilario."

"Benar." Lucire setuju. "Katakan saja pada anak itu bahwa Papa― maksudku Tuan Ilario tidak mudah untuk di celakai bahkan di sentuh orang asing." Usul Lucire di angguki El.

"Aku akan mengatakan padanya."

"Katakan juga padanya," Haru menimpali obrolan, dengan tatapannya yang menatap El dengan sorot tajam. "Kalau dia tidak berguna, dia akan ku bunuh."

***

Doyoung menaruh piring di depan Crana berisikan makan malam. El bilang ada urusan, jadi dia yang mengurus Crana selama El pergi. Lagipula, Haru juga sudah seharian tidak pulang dari kerjaannya.

Crana mengambil sendok, dan mulai memakan makan malamnya. Dalam pikirannya, terus berputar soal seseorang di RBT. Memikirkan dia nanti kelaparan, dan ketakutan, membuat Crana seperti ingin pergi kesana lagi.

Hanya saja Kakaknya ini tidak pernah meninggalkan sendirian. Tidak seperti El yang kebiasaan bebersih dan meninggalkannya sendiri bermain dengan Dobby.

"Kakak kapan tidur?" Tanya Crana tiba-tiba.

Alis Doyoung terpaut tipis. "Ada apa? Kau sudah mengantuk?" Doyoung bertanya balik, anak perempuan itu menggeleng pelan.

"Lupakan saja." Ucap Crana canggung. "Oh ya, aku punya teman namanya Maile. Dia berkacamata, poninya setengah kening, tapi dia tinggi dan kurus." Kata Crana menceritakan.

Doyoung merasa tertarik. Menumpu dagunya dengan kedua tangan. "Dia sekelas denganmu?" Tanya Doyoung di angguki Crana. "Kau berteman baik dengannya?"

"Tidak juga." Crana menjawab. "Dia sibuk dengan bukunya. Paling keluar kelas cuma saat pulang dan ke kantin. Selebihnya dia habiskan di dalam kelas. Dan juga, Maile itu.."

"Hm? Kenapa?" Doyoung penasaran karena Crana menggantung ucapannya.

"Dia sepertinya kaya raya." Lanjut Crana dengan kerutan di keningnya, seolah sedang mengingat-ingat. "Tadi El mengantarku pagi sekali ke sekolah karena ada urusan. Di depan gerbang, aku melihat Maile keluar dari mobil mirip seperti punya Papa berwarna hitam." Cerita Crana membuat Doyoung tersenyum, tau apa situasinya.

"Kalau gitu, berarti dia tidak ingin anak lain tau tentang status keluarganya. Dia anak yang baik, kau harus berteman dengannya." Ucap Doyoung mengusap lembut rambut Crana.

Anak perempuan itu tidak membalas. Keningnya masih mengkerut meski tipis. Maile menurutnya aneh. "Dia bilang semua keluarganya mati di bantai Mafia. Kalau memang ingin melindungi status keluarga, kenapa harus sampai berbicara jahat seperti itu?"

"Crana." Panggil Doyoung menjentikan jari di depan wajah Crana. Anak perempuan itu berkedip, sadar. "Habiskan makanmu, setelah itu aku antar ke kamar."

Crana mengangguk. Dia dengan cepat kembali menyendokkan makanan ke mulutnya. Setelah habis, dia mengikuti Doyoung ke kamarnya― melupakan niatnya untuk pergi ke RBT.

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Where stories live. Discover now