More useful

1.2K 156 6
                                    

"Tepati janjimu."

Hanya itu yang Crana pikirkan sejak kelas dimulai. Ucapan El terus menyihir otaknya agar tidak fokus pada guru. Crana tau, dia sudah berjanji pada El jika Aldo diberikan makan. Masalahnya, Crana tidak tau apa dia bisa atau tidak.

Sebenarnya mudah, tapi tidak akan mudah jika pihak bersangkutannya adalah 'dia'.

"Huft.. Tuhan, semoga kau mempermudahnya.." Gumam Crana menengkulupkan wajahnya di kedua tangannya di atas meja.

Maile berdehem singkat, "Ada masalah?" tanyanya penasaran. Sebenarnya tidak begitu penasaran, hanya ingin tau saja. "Tidak perlu dijawab kalau tidak mau menjawab." Kata Maile setelahnya saat tidak ada tanda-tanda Crana ingin menjawabnya.

Crana menghela nafasnya berat di dalam umpatan wajahnya. Dia mengangkat wajahnya, lalu menoleh menatap Maile. "Menurutmu, kalau aku tidak makan 3 hari, apa yang akan terjadi?" tanya Crana random. 

Maile mengerutkan keningnya tipis, lalu terkekeh kecil. "Kau ingin mati ya?"

Crana tertawa kecil saja. 

Maile kemudian memberikan sebuah kertas yang baru saja dia tulis. "Ini. Aku jelaskan saja lewat kertas ini. Bibirku sedang sariawan." Kata Maile spontan membuat Crana terkekeh geli.

"Aku tidak benar-benar bertanya. Hanya penasaran." Balas Crana membuat Maile mengangguk-angguk. "Makan 3 hari tidak akan membuatku mati. Mungkin lemas? Ya, kan?" Tanya Crana, dan Maile mengangguk. "Kalau gitu, aku tidak perlu menepati janjiku." 

Maile menoleh, menatap Crana dengan alis berkerut. "Apa hubungannya dengan janji?" 

Crana hanya diam, tidak menjawab. Maile kembali membungkam mulut, dan kembali fokus pada bukunya. Crana melirik Maile sekilas, lalu memilih kembali meluruskan pandangan menatap guru yang masih bercerita.

****

Masuk ke dalam kamar, Crana yang masih dibalut seragam sekolah, melangkah pelan ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya. Matanya menatap Aldo yang duduk di atas kasur, dengan kepala tertunduk. "Sedang apa?" Tanya Crana, mendekati ranjang. 

Aldo tidak menjawab. Anak laki-laki itu membuang nafasnya berat, lalu mengangkat wajahnya dan menatap Crana dengan ekspresi datar namun garis matanya terlihat tajam. Tatapan matanya teduh, tapi juga menakutkan jika dilihat dalam waktu yang lama. "Kenapa kau terus kemari?" Tanya Aldo balik. 

Crana menunjukan cengirannya lalu berdiri tepat disebelah Aldo yang duduk sembari mendongakkan kepalanya. "Aku mau temenin kamu. Memang tidak boleh?" 

Aldo menggeleng menjawabnya, membuat Crana menggerut bibirnya sebal. Tapi tak lama, Crana mengukirkan kembali senyumannya dan memberikan kue coklat― menaruhnya di tangan Aldo. "Apa ini?" Tanya Aldo menatap polos tanpa emosi ke arah coklatnya. 

"Coklat torta."

"Aku tau." Ucap Aldo pelan, masih menatap coklatnya. "Obat ini. Apa?" 

Crana menunjukan ekspresi terkejutnya. "Kau tau ada obatnya?" Tanya Crana kaget. Obat yang ada di dalam kue coklat itu tidak mungkin masuk ke dalam penglihatan. Sedangkan Aldo masih menatap kue itu tanpa emosi meskipun tau jika benar ada obat di kue ini. Satu tangannya yang tersembunyi terkepal.

"Aku akan makan obat ini. Tapi beri tau aku, obat apa ini." 

"Aku tidak tau obat apa ini. Tapi El yang memasukkannya." Jawab Crana, lalu sedetik setelahnya, Aldo memakan kue itu tanpa mengatakan apapun lagi. Wajahnya terlihat tenang saat memakan kue itu yang meskipun berisi obat yang bisa saja membahayakan hidupnya. "Enak tidak?" Tanya Crana sedikit ngiler. 

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang