Controlled

946 112 4
                                    

Jam sudah menunjukan waktu tengah malam. Haru masih duduk di kursinya, sambil memperhatikan Kim Doyoung yang tertidur di sofa dalam posisi duduk. Hampir dua jam lelakinya tidur seperti itu. Dan Haru, hampir tidak ingin merubah posisinya.

Pria itu mengalihkan arah kursinya ke belakang— jendela besar dengan tirai yang terbuka. Ibu kota Italia. Dia besar disini. Dia lahir disini. Kota kematian orang tuanya.

Posisinya yang bersandar berubah menjadi sedikit membungkuk dengan kedua tangan memangku di dua pahanya. Matanya memperhatikan jalanan kota yang terang dengan lampu mobil dan gedung-gedung tinggi.

"Ayah.. Ibu.." sebutnya tanpa ekspresi.

"Haru?"

Pria Ilario itu langsung memutar balik kursinya, menatap Doyoung yang berdiri di depan meja. Senyum pria itu sedikit terukir, dan mengkodekan lelakinya untuk mendekat. Doyoung berjalan setengah memutar meja, dan mendudukkan dirinya di atas paha Haru saat pria itu menepuk pahanya sendiri.

"Sudah selesai?"

"Aku menunggu telfon. Saat aku mendapatkannya, kita kembali." Jawab Haru, diangguki mengerti Doyoung. "Kau sudah sangat lelah. Aku suruh seseorang untuk mengantarmu pulang."

"Aku ingin pulang denganmu." Pinta Doyoung memelas. "Aku sudah tidak mengantuk. Aku akan menunggumu sampai benar-benar selesai, dan kita pulang bersama." Ucapnya membuat Haru terkekeh kecil.

Pria Ilario itu mengeratkan pelukannya dan menaruh dagunya di atas bahu kanan Doyoung. Matanya memperhatikan wajah submissivenya fokus, lalu memejamkan matanya dan memberikan kecupan sedikit di leher Doyoung.

"Dulu kau selalu menentangku. Tapi sekarang kau sangat penurut. Kau mencintaiku, kan?"

"Tentu." Doyoung tersenyum mendengar pertanyaan Haru yang retoris. "Aku menentangmu, karena aku belum sadar seberapa menyedihkannya aku membela manusia." Laki-laki itu tertawa konyol, tapi tidak terdengar seperti itu. Ada luka dalam tawanya. "Aku terlalu naif."

"Jadi sekarang kau setuju semua ucapanku waktu itu?" Tanya Haru lagi. Doyoung mengangguk. "Apa aku.. merubah sifat naifmu jadi lebih realistis?"

"Tidak begitu." Doyoung mengindikkan bahunya. Haru mengangkat satu alisnya mempertanyakan. Doyoung sedikit tertawa melihatnya. "karna aku mencintai iblis yang menyiksaku. Bisa-bisanya aku seperti ini."

Haru tertawa, mencium bibir lelakinya. Tangan kanannya memegang tengkuk juga rambut bawah Doyoung untuk menekannya lebih dekat. Sedangkan tangan kirinya masuk ke dalam baju Doyoung, dan mengusap pinggang Doyoung— menekannya sesekali.

"Mau melakukannya?"

Doyoung terengah sedikit dengan mata sayu. Terlihat sangat erotis. "Kau yakin? Kau tau aku lelaki carrier setelah kita check tadi."

Haru diam, bingung ingin apa. Dia ingin melakukannya bersama Doyoung. Namun dia belum siap kalau lelakinya mengandung nanti. Kim Doyoung itu laki-laki carrier. Dia bisa mengandung.

Jadi, Haru memeluk pinggang Doyoung. "Nanti saat semuanya sudah selesai. Aku akan melakukannya bahkan tanpa persetujuanmu." Bisik Haru membuat Doyoung tertawa kecil.

"Berarti sampai saat itu, kau harus bertahan. Semua masalah ini tidak akan mudah, aku tau. Tapi kau kuat, dan aku yakin kau benar-benar ingin melakukannya denganku."

"Dasar." Kekeh Haru melepas pelukannya.

Drt.

Telfonnya berdering. Haru menggendong Doyoung dan mendudukkannya di meja. Dia mengecup pipi lelakinya dan berjalan menjauh untuk mengangkat panggilan lewat earpods.

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Where stories live. Discover now