Threat

1K 132 9
                                    

Zacky menggenggam sebuah cangkir berisikan cairan merah wine apel yang memiliki kadar cukup tinggi. Matanya yang sedikit sayu, memperhatikan tubuh cantik seseorang dalam bingkai. Sebuah lukisan cantik, yang ia lukis sendiri. "Bagaimana bisa kau secantik namamu, Odhite?" Kekeh Zacky meminum cairan di gelasnya.

"Hania, anak laki-laki yang kau serahkan beberapa tempo lalu.. dimana kau menemukannya?" Zacky bertanya dengan lirikan sayu namun masih terlihat tajam.

"Rumah sakit." Jawab Hania tidak begitu yakin. "Di kamar 533. Dia sedang sendirian, dan kondisinya tidak begitu baik." Kemudian Hania sedikit meringis, "Anak itu terlihat akan mati dalam hitungan hari."

"Begitu?" Zacky mengangguk-angguk, kemudian sedikit tertawa sembari kembali menatap lurus ke arah bingkai lukisan. "Kau dengar itu, Odhite? Suamimu menyakiti putra kita. Tapi tentu saja, aku tidak begitu peduli. Yang aku mau, hanya membalaskan kematian mu."

Zacky tersenyum lebar, tampak menyeramkan seolah menyimpan sesuatu yang besar. "Ya.. itu pemikiranku sebelum bertemu langsung dengan putra kita yang sudah semakin terlihat mirip denganku." Pria itu tertawa, menjatuhkan gelas ber-pinggul kecil di tangannya hingga pecahan kaca bercecer di tanah. "Putra kita.. benar-benar mirip denganku, Odhite."

Selama 7 tahun, setelah menyerahkan putranya pada Ilario, Zacky memilih untuk menyembunyikan keberadaannya sampai Ilario sendiri yang mengirim putranya sebagai tanda kematian salah satu dari mereka. Tentu saja, Zacky merasa akan menang dengan semua yang dia miliki.

Memiliki anak dari wanita yang dia cintai.. Zacky membencinya. Karna kelahiran putra mereka, Ilario membunuh wanita yang dia  cintai. Karna itu, menyerahkan putranya sebagai alat untuk menarik Ilario menemuinya, adalah hal yang bagus. Membunuh ketika musuh mendekat.

Dulu yang Zacky lihat dari putranya sendiri, hanyalah sesuatu yang tidak berguna. Malapetaka. Dan sebuah kiriman Tuhan yang paling dia benci. Terakhir, putranya mungkin akan menjadi beban untuk hidupnya.

Tapi Zacky sadar setelah pertemuannya dengan putranya sendiri pertama kali setelah 7 tahun. Dia yang Zacky jadikan alat pertemuan dengan Ilario, dia yang Zacky pikir akan merepotkan jika hidup lebih lama, justru membuatnya merasa sedikit terancam jika terlalu lama berada di pihak musuh.

Putranya, bisa menjadi senjata yang ampuh untuk menjatuhkannya.

"Aldo." Sebut Zacky dengan mata menatap pistol di tangannya. "Aku harus merebutnya kembali dari Ilario sebelum Ilario menyadarinya."

***

"Eli ayolah, kau akan membiarkan Aldo seperti itu?" Crana masih terus membujuk Elijah untuk membantu menyembuhkan Aldo yang saat ini terbaring tidak sadarkan diri di ranjangnya. "Eli, dia terlihat akan mati."

"Itu risikonya." Elijah membalas cuek, kembali sibuk pada kemoceng untuk membersihkan vas antik di atas meja. "Dan dia sudah mengambil risiko itu. Jadi tidak ada yang perlu membantunya."

Crana mengeram kesal, "Kau begitu jahat Eli. Aku membencimu." Marah anak perempuan itu, dan berlari menjauh dari Elijah. Sedangkan pelayan tua itu hanya menoleh sekilas sebelum kembali pada pekerjaannya.

Berlarian di ruang tamu, Crana sampai tidak melihat jika Doyoung berdiri di depannya. Anak perempuan itu menabrak tubuh Doyoung lalu sedikit meringis sebelum hendak berlari kembali. Tapi belum sempat, Doyoung sudah menahan tangannya dan berjongkok di depannya sembari alisnya terangkat satu. "Ada apa? Kau terlihat marah."

Bibir Crana semakin merenggut seakan memperjelas dia memang marah. "Aku benci Eli. Dia jahat. Bahkan lebih jahat dari Pa― ah tidak, Papa lebih jahat. Tapi tetap saja, Eli jahat sekali!" Seru anak itu semakin marah. Dengusan kasarnya membuat Doyoung sedikit terkejut.

THE DEVIL FAMILY (DE' ILARIO SEASON 2)Where stories live. Discover now