42. Nembak?

17 13 0
                                    

         Pulang  sekolah, Rizal langsung meng-contact Sigit untuk bertemu dengannya di sebuah Caffe.

"Lama nunggu?" taanya Rizal mendekati seorang cowok yang tampak tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Sigit.

"Enggak kok" jawabnya pendek, Rizal duduk di hadapannya dan memesan secangkir kopi

"Sorry ya, gue tiba-tiba ajak lo ngobrol" ucap Rizal dianggukinya

"Jadi, langsung aja. Lo kenal yang namanya Ervin? Orang bilang dulu kalian pernah di bangku yang sama" kata Rizal membuat Sigit mengangkat wajah dan tampak cemas

"Ke-kenapa lo tau Er-Ervin?" tanya Sigit tampak gugup membahas nama itu.

"Sekolah lo gila juga ya, jaman sekarang pembullyan masih ada. Lo tau, gue target selanjutnya? Tadi siang udah mulai" ucap Rizal, jujur ia kesal bicara banyak tapi ia harus tau selanjutnya bagaimana

Sigit tampak meminum minuman nya, menghindari kontak mata dengan Rizal seolah masalalu bersama Ervin tak perlu di ungkit karena akan membuat luka kembali menganga di hatinya

"Ervin...korban...Tian" ucap Sigit menundukan wajahnya ia teringat kembali masa-masa indah bersama sahabatnya itu

"Mereka ngelakuin apa aja? Mungkin gue akan buat Tian gak ngelakuin hal itu lagi pada semua murid baru" Sigit mengangkat wajahnya dan segera berdiri menatap Rizal dengan sorot tajam

"Lo juga gak akan bertahan lama" ucap Sigit seolah ketakutan.

"Lo kenapa?"

"Gue harus pergi"

"Hey Sigit, kita belum selesai"

"Lo gak perlu tau tentang masalah Ervin, jangan sebut namanya lagi di depan gue"

Rizal berhenti menahannya dan membiarkan Sigit berjalan meninggalkan nya ia menghela nafas dan kembali duduk. Sigit tak bisa membantunya karena ia pasti trauma soal Ervin.

Ia segera memakai tasnya dan berjalan keluar dari Caffe, saat ia akan berjalan menuju motornya seseorang menarik kerah seragam Rizal dan menyeretnya ke gang sempit

Rizal mendorong orang itu dengan kuat, dan tampak disana ada dua orang yang mengganggunya di kantin tadi serta Sigit ada disana dengan kepala tertunduk seragamnya kotor dan wajahnya terluka di beberapa titik mungkin kedua orang itu telah menghajarnya lebih dulu, atau saat ini alasan Sigit tak ingin membahas Ervin karena sudah di awasi dua orang itu sejak pulang sekolah

"Sigit? Lo gakpapa?" tanya Rizal mendekat tapi orang itu malah menendangnya menjauh dari Sigit

"Apa-apaan lo?!" Rizal menatapnya dengan tajam lalu bangkit, orang itu tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya

"Gue Angga, orang yang berkuasa di sekolah yang sedang lo tempati!" ucap Angga dengan tersenyum meremehkan nya.

"Gue gak peduli" seru Rizal dengan berani.

"Wah, parah. Lo mau gue hajar?" tanya teman Angga yang bernama Luki itu maju mendekati nya tapi Angga menahan nya

"Lo gak perlu so belagu, lo bisa jadi jagoan di sekolah lama lo. Tapi disini lo gak ada apa-apanya" ucap Angga mendorong bahunya seolah akan menusuk Rizal

Rizal tampak tersenyum menganggukkan kepalanya, ia mendekati Angga menarik kerahnya dan menhajarnya meninju dan menendang sekuat yang ia bisa Angga sudah keterlaluan terhadap orang lain, Luki tak ingin diam melihat temannya di serang ia pun segera membantu

Ketiganya tampak saling berkelahi, meninju satu sama lain. Tak ada yang ingin kalah, ego lebih besar dari pada luka di kulit mereka.

Sigit tak bisa berbuat apa-apa ia juga tak pandai berkelahi namun ia mengagumi sosok Rizal yang begitu berani dan membelanya, selama ini ia selalu menuruti mereka dan tak ada yang ingin membelanya. Jangan kan untuk membelanya jadi temannya saja sudah tidak ada

Kulkas Aktif《Completed》Where stories live. Discover now