02

3.7K 209 0
                                    


Perhatiannya hanya tertuju pada wanita yang saat ini hanya menunduk. Terlihat dari raut wajah wanita itu bahwa ia sangat kelelahan, sudah dipastikan bahwa wanita tersebut tidak membawa apa pun. Bagaimana Utara tahu itu, jangan lupa alas kaki pun tidak wanita itu kenakan.

Tidak ada siapapun di divisi Satresnarkoba, hanya ada dirinya dan wanita itu. Semua petugas yang berjaga malam ini ada di pos depan, Sedang di beri arahan. kebetulan yang menemukan wanita itu adalah dirinya, mau tak mau ia yang harus turun tangan menyelesaikan tugasnya sebagi polisi. 

Sekuat tenaga ia menahannya, tetapi usahanya sia-sia ketika suara di dalam perutnya mengeluarkan bunyi. krukkk, bagiamana tidak berbunyi, entah sudah berapa hari lambungnya belum ia isi, bahkan rasanya sangat nyeri. Belum lagi saat ia berusaha untuk berlari, di bagian sebelah perutnya terasa ada yang menekan, Sakit.

Kesunyian malam membuat suara itu terdengar sangat jelas di gendang telinga Utara, Utara beranjak mengambil sesuatu di dalam loker. Sebuah roti dan air mineral sudah ada di hadapan wanita itu. "Ambil" Utara menunjuk dengan dagunya, sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

Lupakan dengan kata malu, sungguh saat ini keadaan yang membuatnya seperti ini. Jika bukan karena perutnya yang sakit ia tidak akan memakan roti itu, apa boleh buat. Kini roti itu telah habis hanya menyisakan bungkusnya. "Sudah bisa saya lanjutkan?" Suara tegas itu memecahkan keheningan.

Anggukan kepala menjadi jawaban wanita itu. "Anda dengan saudara siapa?" Fokus Utara kini pada layar monitor dihadapannya.

"Sri" jawabnya.

"Nama panjang?" Jemarinya terus menari di atas keyboard.

"Sri Pratiwi"

Setelah berbagai pertanyaan mengenai identitasnya, kini fokus Utara pada alasan mengapa wanita bernama Sri itu keluyuran di tengah malam.

"Mengapa di jam segini, anda masih keluyuran?" Walaupun Utara sudah mendengar alasannya, tetapi ia ingin meyakinkan bahwa wanita itu tidak berbohong.

"Saya di kejar-kejar orang pak, saya tidak berbohong " jawabannya masih sama.

"Apa tujuannya, Mengejar anda saudara Sri Pratiwi?"

"Saya tidak tahu" Utara paham saat ini, mengapa wanita itu meminta tolong. "Bisa tolong ceritakan kronologinya, mengapa anda bisa ada di daerah tersebut. sedangkan alamat tempat tinggal anda cukup jauh dari lokasi?"

Sri takut jika ia menceritakan segala nya polisi itu akan menyeretnya ke penjara jika ia berkata jujur, tapi ia tidak tau jika berbohong pun harus memberi alasan seperti apa. Tiga menit Utara menunggu wanita itu membuka mulutnya, namun di menit ke empat wanita itu masih diam dengan wajahnya gelisah. "Anda sudah berjanji. Dengan saya membantu Anda, Anda mau memberikan keterangan. Jika memang masih belum siap memberi laporan. Anda harus kami tahan di sini sampai anda merasa sudah siap" 

"Jangan pak. Saya mohon jangan tahan saya di sini" Gertakan yang Utara lontarkan nyatanya tidaklah sia-sia. 

"Maka dari itu, cepat berikan keterangan mengapa anda berada di darah tersebut?"

"Tapi bapak janji tidak akan menahan saya kan?" 

"Tergantung apa yang kamu perbuat" 

"Pak. saya mohon jangan tahan saya, saya tidak bersalah. saya hanya membela diri" 

Utara mulai memfokuskan pendengaran dan juga gerakan jarinya di atas keyboard "Membela diri dengan cara seperti apa?" 

SRIWhere stories live. Discover now