13

1.5K 163 1
                                    

"kacau-kacau. Makin kesini makin banyak. untung langsung ketauan. Ya ngga? Ta"

Ibnu heran ketika lawan bicaranya hanya diam. "Kenapa nih? Kayak banyak pikiran gitu, cerita dong Ta. Ya..., Siapa tau gitu gue bisa kasih solusi"

Tidak seperti biasanya Utara banyak melamun seperti saat ini, ketika Apel, kesaksian penurunan jabatan rekan-rekan yang baru saja melanggar peraturan.

Dan tumben sekali Komandan pasukan Khusus terlambat datang ke kantor, padahal selama Ibnu berteman dengan Utara. Ia jarang melihat rekannya itu kesiangan.

"Eh......, Pak komandan yang terhormat. Jangan melamun terus. Oh........, Saya tahu bawaan sebentar lagi jadi manten baru" Ibnu meledeknya.

Utara berdecih. "Apaan sih? Empat bulan lagi. Ibnu......."

Ibnu menjentikkan jarinya. "Nah. Itu masalahnya, Lo. Ngga sabar kan? Pengen cepet-cepet honeymoon! Ngaku aja lah, Ta"

Kerupuk udang membuat tawa Ibnu terhenti. "Ngaco. Makan tuh kerupuk!" Utara yang memang sedang makan, melanjutkan suapannya.

Dengan santai Ibnu malah menguyah habis kerupuk yang tadi Utara suapkan. Nasi didalam kotak bekal yang ia makan terlalu lembek, belum lagi sayur yang belum matang.

Berbeda dari Sebelumnya. Jika memasak sayur terlalu matang kali ini sebaliknya, wortel, brokoli, kapri, jamur. Semua tidak ada yang matang sempurna.

Sekedar menghargai Utara masih terus mengunyah makanan itu. Tapi mulutnya sudah tidak bisa menelan, ingin Utara muntahkan. Sungkan, bagaimana jika Saras tahu?.

"Kayak ngga nafsu gitu makannya Ndan?" Ibnu yang sama-sama sedang makan melihat isi kotak makan Utara.

Capcay, ebi furai, nasi dan kerupuk Udang. Menjadi santapan di jam makan siang Utara. Berbeda dengan Utara yang makan sehat lima sempura, Ibnu menyantap satu bungkus nasi Padang dengan gulai dan sambal.

Bukan berarti nasi Padang tidak sehat, tapi dilihat dari porsi makan Ibnu kata sehat sepertinya akan lebih aneh ketika santan dan sambal dimakan berlebihan.

Ibnu melirik isi kotak makan sahabatnya "Nasinya kok, keliatan lembek banget Ta?"
Sudah pasti. Siapa saja akan tahu bahwa nasi yang saat ini Utara santap sangat lembek.

Sebenarnya tadi Utara dan Ibnu akan membeli nasi Padang. Tapi, baru saja keduanya keluar pagar Saras sudah menghampirinya.

"Mas. Mau ke mana?" Dari IGD polres Saras memanggil.

Ibnu menoleh. "Mas....., Itu loh calon bojo mu memanggil"  ucapnya dengan nada gemulai.

Utara bergidig. "Geli Ibnu!" 

Utara mengapa kearah dimana Saras berada. Di sana wanita itu tersenyum menatapnya, tak lupa dengan Kotak makan yang wanita itu genggam.

"Mas. Mau ke mana?" Saras mengulang pertanyaan.

Baru saja akan menjawab, Ibnu sudah terlebih dahulu mengeluarkan suaranya.

"Mau cari Ma......"

"Antar Ibnu cari makan. Iya kan Nu?"  Tepukan di bahu Ibnu menjadi isyarat untuk sahabatnya itu.

"Iya. Bu" hanya itu yang bisa Ibnu jawab.

Saras mengangguk. "Oh......, Mas. Ini jangan lupa di makan ya" Saras menyodorkan kotak makan itu.

Utara langsung menerimanya. "Makasih. Tapi, Mas lagi tunggu Ojol yang biasa"

"Mas. Kamu ngga usah tunggu Mg Ojol. Aku sengaja bilang Ibu biar ngga masakin kamu makan siang. Biar kali ini aku yang akan masakin kamu makan siang, Semoga kamu suka ya, Mas. Jangan lupa di makan"

SRIOnde histórias criam vida. Descubra agora