15

1.7K 167 1
                                    

Satria.

#playlist

Petikan gitar mengiring Lagu yang sejak tadi Satria nyanyikan, betapa bodohnya ia tidak menyadari dari awal. Andai saja waktunya tepat.

Sudah pasti Sri tidak akan menghindarinya. berkali-kali Satria menghubungi wanita itu, hasilnya tetap sama. Sri tidak membalas pesan yang ia kirimkan, panggilan pun tidak pernah wanita itu angkat.

Setiap Satria datang ke resto Sri selalu menghindarinya. Wanita itu tidak akan mengantarkan pesanan jika Satria yang memesan, tugas itu selalu Sri tolak.

Mungkin Sri memang tidak profesional dalam bekerja. Satria paham, Sri butuh waktu sendiri. Tapi ini sudah termasuk kelewatan, jika telfon, pesan tidak Sri balas dan menghindar di resto.

Seharusnya Setiap Satria datang ke rumah tidak seharusnya juga Sri selalu berbohong tidak ada di sana. Para tetangga wanita itu seperti bersekongkol.

Satria hanya ingin menjelaskan, bahwa apa yang Sri dengar memang ada benarnya, tapi, masih ada fakta yang harus Sri tahu.

Buntu. Satria tidak bisa seperti ini terus, ia hanya ingin meminta maaf. Satria tatap ponsel milik Teteh yang ada di genggaman tangannya.
(Teteh-kakak perempuan)

Satu-persatu digit angka ia perhatikan, menyamakan dengan nomor telfon yang akan ia hubungi. Semoga dengan cara ini Sri mau memberinya kesempatan.

Satria menunggu pemilik nomor mengangkat panggilannya. Berdering, hatinya harap-harap cemas.

"Hallo?"

Suara diseberang sana membuat satria bisa bernafas lega, Sri mau mengangkat panggilan dari dirinya. Bukan, lebih tepatnya wanita itu mau menerima karena nomor yang Satria gunakan bukan nomor ponsel miliknya.

Mengapa Satria tidak menggunakan cara ini dari kemarin-kemarin. Ah, bodoh. Terlalu ingin bertemu Sri, Satria sampai tidak kepikiran soal cara ini.

"Hallo. Maaf, sepertinya salah sambung"

Terlalu kegirangan Satria sampai lupa menjawab sapaan Sri di sebrang sana, Satria hirup udara sebanyak-banyaknya. Ia butuh kekuatan agar tidak salah bicara.

"Hallo. Sri....., Ini Aku Satria" Satria menajamkan pendengarannya.

Sepuluh detik menunggu, tidak ada jawaban yang Satria dapat. "Sri. Jangan matiin dulu telfonnya, please. Ada yang mau aku sampaikan, Janji hanya untuk kali ini"

"Ngga apa-apa kalo kamu ngga mau jawab. Tapi dengerin Aku dulu ya, janji cuma sepuluh menit" Ya. Sri tidak menjawab, Satria menganggap keter diaman Sri sebuah persetujuan.

"Aku ngga tahu kalo kamu punya perasaan untuk ku, Jujur aku pun sama. Tapi, aku hanya ingin menunggu waktu yang tepat, memang cara ku salah mendekatimu, membuat mu tidak bisa mencegah perasaan itu tumbuh, maaf aku melakukan semua itu hanya ingin membimbing mu. Agar kamu tetap berada di jalan yang tepat" awalnya Memang Satria tidak merasakan apa-apa.

Kebersamaan mereka semakin menumbuhkan perasaan itu, Satria kagum dengan Sri yang mau merubah hidupnya. Bukan hal yang mudah untuk Sri berada di lingkungan itu.

"Maaf bang. Tidak seharusnya seperti ini, Sri yang salah. Terlalu berharap kepada manusia" Sambungan terputus secara sepihak.

Bukan itu jawaban yang Satria inginkan. Bisakah tuhan mengulang waktu. Ia hanya butuh memperbaiki perkataannya. Itu saja, cukup.

Sri bisa mendapatkan apapun yang wanita itu inginkan. Tentu saja dengan cara lingkungan sekitarnya. Hidayah Tuhan memang tidak pernah salah, Dia memilih Sri dari sekian banyak hambanya yang lain.

SRIWhere stories live. Discover now