14

1.5K 189 3
                                    

Sisa makanan yang masih banyak tersisa Sri pindahkan ke beberapa kotak makan. Agar tidak basi. Ia susun rapih didalam kulkas, besok Mbok Ati yang akan memanaskan dan di bawa pulang.

Piring kotor sudah melambai-lambai untuk segera dicuci bersih. Sri menyesal telah menerima ajakan makan malam.

Jika saja ia bisa menolak, mungkin tidak akan ada keributan disaat makan Malam. Sop yang masih tersisa satu mangkuk, Sri tatap.

Pujian Utara tentang masakannya membuat Sri senang. Ini pertama kalinya Sri memasak untuk sang suami.

Sore tadi Sri yang baru saja pulang dari pasar membeli beberapa sayur berpapasan dengan Dhanuwan. Beliau menyarankan agar Sri memasak makanan kesukaan Utara.

Sri sudah menolak saran itu. Ia takut Fatma tidak memberinya izin mengunakan dapur, karena paksaan pria paruh baya itu akhirnya Sri memasak sop.

Sebenarnya beberapa lauk sudah Fatma masak, Tapi karena ini merupakan makanan kesukaan Utara jadi Sri yang harus membuat.

Sri bersyukur semenjak kedatangan Dhanuwan. Perlakuan Utara sedikit demi sedikit mulai berubah, pria itu jarang mencelanya. Dan tidak menolak dengan apa yang Sri siapkan.

Itu bukan semata-mata untuk menarik perhatian Utara. Sri tulus melakukan itu, ia ingin berterima kasih kepada Utara karena telah melunasi hutangnya.

Sebab itu rumahnya tidak jadi disita. Sri tidak tahu jika rumah itu benar-benar disita, akan pulang kemana ketika ia sudah bercerai?.

Sri tidak tahu seberapa banyak hutang yang ditinggalkan Dara. Beberapa orang selalu menagih kepadanya. Padahal Sri tidak merasa memakan Uang itu, jangankan untuk menyicip, melihatnya saja Sri tidak pernah.

Tabungan bekerja di resto tidak akan mencukupi untuk menebus. 50% dari gaji di potong, karena ia pernah meminta pinjaman.

Uang nafkah yang Utara berikan kepadanya tidak berani Sri gunakan. Ia simpan uang itu dengan baik, tidak mau membuat ini menjadi lebih sulit, hanya itu yang bisa ia lakukan.

***

Cake, Roti, kue-kue kering, kue tradisional, sepetinya dijula di dalam satu tempat. Beberapa pengunjung sudah menenteng berbagai jenis kue di dalam keranjang.

Beberapa orang rela mengantri di depan meja kasir, para penjaga toko sibuk dengan urusannya masing-masing.

Aroma kopi dan butter mendominasi. Satu persatu pengunjung pergi setelah melakukan pembayaran. Semua sibuk memilih mana kue dan roti yang enak untuk mereka makan.

Berbeda halnya dengan orang-orang yang sudah menjadi pelanggan tetap di sana, mereka tidak perlu memilih mana yang enak. Mereka bisa langsung mencari dimana kue yang mereka inginkan.

Salah satunya Fatma. Wanita paruh baya itu sudah memasukan beberapa roti dan kue kedalam keranjang yang ada di dalam toko.

"Celingukan aja kayak orang bingung!" Tegurnya.

Memang sejak masuk toko Sri hanya menguntit, kemana Fatma melangkah Sri akan ikuti. Lagi pula ia tidak tahu harus apa.

"Merepotkan saja, Sana pilih!" Titahnya.

Sri menggeleng. "Saya ngga beli Bu" tolaknya. Sri tidak membawa uang, lagi pula ia hanya akan berkunjung ke rumah Adik dari mertuanya.

Tatapan tajam Fatma menegasakan agar Sri segera mengambil apa yang harus ia beli. "Tapi. Bu, saya tidak bawa uang" Sri harap Fatma mengerti.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang