09

1.5K 143 0
                                    


#Playlist

Gadis dengan rambut panjang itu sesekali mengibas-ngibasakan wajahnya, menghilangkan rasa panas. Cuaca hari ini begitu terik, ia tahan rasa Haus dan laparnya.

Liza menghampiri. "Sri kamu haus?"

Sri beranjak. "Ayo. Kita keliling lagi, jualan kamu masih banyak"

"Kamu pulang aja Sri, jualan kamu kan sudah habis" Mata kecil itu menatap kotak kayu, tempat dimana es teh dalam cup berjajar di sana.

"Tak apa. Ayo aku bantu, kita pulang bersama nanti"

Kedua gadis itu berjalan di kerumunan banyaknya orang. Setiap orang ia tawarkan untuk membeli Es teh yang ia jual.

Kali ini pasar menjadi tempat untuk Sri mendapatkan uang, ia dan Liza setiap hari berkeliling menjual es teh bagi para pengunjung yang sedang sibuk membeli keperluan untuk berbuka ataupun untuk hari raya nanti.

Ramadan kali ini terasa sangat berat untuk Sri. Baru kali ini ia memenuhi kewajibannya sebagai seorang muslim, Walaupun harus sembunyi-sembunyi.

Keuntungan yang Sri dapat dari hasil jualan lumayan, separuhnya ia kumpulkan agar bisa membeli beberapa potong baju untuk menyambut hari raya nanti, dan separuh lagi ia belikan lauk untuk berbuka nanti.

Benar apa kata Satria. Jika kita berusaha dan bersyukur pasti akan terasa mudah.

"Sri aku lapar. Aku mau beli makan dulu"
Liza memang tidak puasa. Mereka sudah duduk di warung makan yang di tutup kain dari kepala sampai sebatas kaki.

Pemandangan biasa yang sudah terjadi ketika ramanda tiba, Kebanyakan dari mereka memang tidak memperlihatkan bahwa mereka tidak berpuasa.

Berbeda dengan beberapa orang yang biasa saja. Makan dan minum, merek lakukan seperti tidak punya rasa malu akan pandangan orang lain.

Berjalan sambil Menghisap nikotin, Seolah toleransi bukan hal penting. Jika di lihat indentitasnya mereka Seharusnya menjalani ibadah itu.

Bukan malah mengabaikan dan menganggap yang tidak penting. Dilihat dari fisiknya mereka sangat sehat, namun jika di lihat dari batinnya mungkin memang sudah rusak.

"Bu. Aku nasi dan Sayur ayam. Satu lagi...."gadis berambut pirang itu menatap Sri. "Kamu mau apa?"

Sri menggeleng. " Tidak. Kau saja"

Sambil menemani Liza, Sri menghitung uang yang ia dapat. "Sri kamu tidak makan?"

"Liza. Kamu jangan beritahu orang tuaku ya, Aku puasa"

Liza nampak terkejut ketika Sri memberitahunya bahwa ia sedang berpuasa. "Kalo Ibu mu tahu?"

"Ya...., Kamu jangan beritahu. Janji" kedua gadis itu menautkan jari kelingkingnya.

Liza Bukan sekedar teman mencari uang, Gadis yang lebih muda empat tahun darinya itu, Sudah lama Sri anggap sebagai adik. Liza tinggal dengan ibunya.

Sri tidak tahu yang mana Ayah kandung Liza, ibu gadis itu berkali-kali Selalu berhubungan dengan beberapa pria. Liza sendiri pun tidak tahu yang mana Ayah kandungnya.

Apakah yang tega melecehkannya, ataukah yang sering mabuk atau yang sering mencuri uang milik gadis itu. Nasib menjadi anak seorang pelacur membuat Sri dan Liza ingin lari dari semua takdir ini.

Semenjak ia mengenal Satria, Sri pelan-pelan mulai merubah hidupnya.

Ketika ia masih berjualan Es teh di salah satu kawasan wisata, ia bertemu dengan pria itu, yang kebetulan sedang mewawancarai beberapa anak yang berjualan dan salah satunya Sri.

SRIWhere stories live. Discover now