21

1.6K 141 1
                                    

Kabut menyelimuti jalanan. Awan biru yang begitu sejuk berubah menjadi gelap, percikan air membasahi bumi. beberapa pengendara motor menyisih. begitupun dengan Utara.

Tetesan air hujan mulai deras, Baru saja ia menempuh perjalanan sekitar 40 menit  dari villa. hujan menghambat perjalanannya.

Sebenernya ia tidak berniat menepi, tapi Sri tidak mengenakan jaket. jalanan pun tertutup kabut, menyulitkan pengendara melihat rute.

Hawa dingin mulai terasa, Utara memasuki warung tenda di tepi jalan. dua gelas wedang jahe ia pesan, Sebagai penghangat tubuh.

Sri yang hanya mengenakan dress 3/4 dari mata kaki terlihat kedinginan, belum lagi lengan yang hanya sebatas siku.

"Pakai" Utara melepas jaket yang ia kenakan.

Sri ragu untuk mengambilnya. tapi tubuhnya sudah mulai menggigil, mata dan sushu tubuhnya mulai tidak enak. Belum lagi hidungnya tersumbat akibat tenggelam tadi.

"Cepat pakai, Saya tidak bisa berteduh lebih lama" Lanjut Utara.

Sri  segera mengenakan jaket pemberian Utara, ia tidak mau kena omel pria itu. kepulan asap wedang jahe tidak melunturkan dinginnya hawa puncak.

Keduanya menerobos hujan yang tidak terlalu lebat. Hari mulai gelap, Sri mulai gelisah dengan duduknya. tubuhnya terasa lemas.

penglihatannya mulai memudar, Genggaman tangan pada jok motor ia eratkan, takut terjatuh. sejak perjalanan tadi ia hanya bertumpu pada jok untuk menahan bobot tubuhnya. agar tidak limbung.

Untuk saat ini ia tak bisa. dua kali tubuhnya  tersungkur dengan punggung kekar Utara. Sri dekatkan kepalanya. "Bisa tolong berhenti?" Suaranya mulai mengecil.

Utara yang mengenakan helem tidak mendengar apa yang Sri bicarakan. ia menganggap itu hanya gumaman.

Tidak. Sri tidak bisa menahan bobot tubuhnya, ia terlalu lemas hanya untuk berpegangan. kepalanya pun mulai berat, bukan efek ia mengenakan helem.

Panas di matanya mulai berkaca-kaca. ia lemas ia tidak bisa bertahan untuk menyeimbangkan tubuhnya di atas motor.

Sri melingkarkan tangannya ke pinggang Utara, dengan sedikit keberanian ia mengeraskan suaranya. "Badan saya lemas. Bisa tolong berhenti dulu?"

Utara yang mendapatkan sentuhan secara mendadak tentu saja kaget, Tubuhnya menegang. bagaimana tidak selama perjalanan ia belum pernah merasakan sentuhannya.

Kali ini. Tiba-tiba Sri memeluknya dari belakang, Untung saja jalanan sepi. Jika tidak, bisa jadi ia akan menjadi penyebab kecelakaan, karena pegangan pada stang motor limbung. 

"Perjalanan masih jauh. Saya tidak bisa menyisih" penolakan Utara membaut Sri ingin menangis.

Ia tidak akan kuat jika harus melanjutkan perjalanan yang masih jauh. jika tahu akan sakit seperti ini, lebih baik ia pulang besok saja, bersama mertuanya.

"Saya mohon. Sebentar saja"  Sri masih menyakinkan Utara.

Terpaksa Utara menyisih kembali, Ia berdecak kesal. "Saya harus segera sampai bada magrib, Dan Anda menyuruh saya untuk terus menyisih. Merepotkan saja!"

Kesal. Utara harus mengejar waktu, rapat Untuk Operasi Bebas Narkoba wajib Seluruh anggota menghadiri. Apalagi ia sebagai Komandan pasukan team Satu.

Operasi ini sudah jauh-jauh hari di bicarakan, dan malam ini merupakan waktu yang tepat untuk membekuk  komplotan orang-orang yang mengimport narkoba dari beberapa negara. melalui jalur pasar gelap.

Utara menormalkan emosinya, Sri turun dari atas motor. wanita itu sedikit menjauh. di dekat semak-semak wanita itu berjongkok. melihat hal itu Utara hanya menautkan kedua alisnya.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang