04

1.7K 235 21
                                    

Kibutsuji Sister
~Happy reading~

•───────•°•❀•°•───────•

Ditengah riuhnya pasar malam, para warga bersenang-senang tanpa tau bahwa mereka hidup mereka akan berakhir dalam waktu dekat. Rei yang memang sudah sangat kelaparan ditambah dia mencium aroma beberapa darah langka langsung menargetkan seluruh desa itu.

Kekkijutsu
Salju berdarah

Hujan salju lebat perlahan-lahan turun dan membuat para warga kebingungan dengan hujan salju tersebut. Lama-kelamaan hujan salju tersebut seperti racun yang membuat siapapun yang mengenainya akan terkena racun yang sangat berbahaya.

Perlahan-lahan seluruh warga desa disana mulai terjatuh dengan tubuh yang perlahan-lahan mendingin dan membiru.

Rei yang melihat itu langsung turun dan menatap sekitarnya.

"Hihi, makan enak malam ini!" Ucap Rei senang dan langsung memakan para warga yang sudah terjatuh. Walaupun beracun, Rei bisa menetralisir racun di dalam tubuhnya.

"Are? Ada yang masih hidup rupanya... Saa~ kalau begitu....

Kekkijutsu
Si jago merah

Blar!

"Kau harus mati!"

Rei mulai membakar seluruh desa itu tanpa terkecuali, bahkan hutan-hutan yang berada di sekitar juga ikut dibakar oleh Rei.

Seseorang yang masih hidup tersebut terjebak oleh Kekkijutsu milik Rei yang membuatnya tidak bisa kabur maupun melarikan diri. Dia hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Rei yang sedang asik makan dengan senangnya harus terhenti karena merasakan aura seseorang mendekat.

"Siapa lagi yang datang mengganggu?! Cih! Tidak bisakah membiarkanku makan dengan tenang!?" Gerutu Rei sambil merobek tangan seorang gadis dan memakannya dengan wajah kesal.

Rei dengan cepat membersihkan noda darah yang berada di mulutnya dan menyamarkan dirinya dengan merubah warna iris matanya menjadi coklat dan menghapus aura iblisnya.

Terlihat dari jauh dua orang yang membawa katana dipanggangnya berlari ke arah desa yang hampir hangus tersebut.

"Desa ini benar-benar hampir hangus dilahap oleh api."

"Kau benar Shinazugawa-san."

Dua orang tersebut adalah Shinazugawa Sanemi dan Igoro Obanai, pilar angin dan ular yang ditugaskan datang ke desa tersebut secara mendadak.

"Aku kaget saat mendengar desa yang terkena serangan iblis. akhir-akhir ini banyak sekali desa yang terbakar tanpa alasan yang jelas." Ucap Obanai sambil mencari seseorang yang masih selamat.

"Ya, aku juga." Ucap Sanemi singkat dan mulai mencari orang yang selamat.

Mereka berdua terus mencari sesekali melihat para mayat warga desa yang membiru.

"Racun? Tapi apa penyebabnya?" Batin Obanai sambil melihat sekitarnya. "Tunggu sebentar, salju? Ini bahkan masih di musim semi!" Batin Obanai terkejut dan melesat ke pinggir desa dan menemukan hutan yang terbakar habis dan menemukan sisa-sisa salju pada dedaunan yang belum terbakar.

Sanemi sendiri juga bingung dengan sisa-sisa salju yang tersisa di atap warga yang belum terbakar. "Kebakaran desa ini sangat aneh! Apalagi dengan kepingan salju."

Dari kejauhan Sanemi melihat seseorang yang masih bernafas yang ternyata Rei yang sedang dalam mode menyamar. Dengan cepat, Sanemi menuju ke tempat Rei dan memeriksa keadaannya.

"Oi!! Bangun!" Ucap Sanemi sambil menggoyang tubuh Rei yang membuatnya pusing.

"Goblok! Pusing woi! Ada pingsan juga." Batin Rei berteriak. Sanemi dengan cepat memanggil kakushi dan mengobati Rei.

Obanai yang mendengar ada yang selamat langsung melesat pergi ke arah Sanemi yang sedang menunggu para kakushi yang mengobati Rei.

"Shinazugawa-san, dimana orang itu sekarang?"

"Para kakushi sedang mengobatinya. Luka bakarnya lumayan parah, tapi dia akan baik-baik saja."

Tak berselang lama, Rei membuka matanya dan pura-pura menatap sekitarnya.

"Apa yang terjadi.." Ucap Rei pelan membuat Sanemi langsung mendekat diikuti oleh Obanai untuk menayangkan apa yang terjadi.

"Hei nak, apa yang sebenarnya terjadi disini?" Tanya Sanemi pada Rei yang sedang dalam mode menyamar menjadi anak berumur 9 tahun.

"A-aku tidak tau! Tiba-tiba saja terdengar bunyi l-ledakan besar dan muncul api!" Ucap Rei sambil bergetar hebat. Sanemi dan Obanai yang mendengar itu terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

"Hahaha! Menyenangkan juga membodohi mereka berdua!"

"Begitu rupanya." Ucap Obanai dan berjalan menjauh dari Sanemi dan Rei yang kesal tapi tidak dia tunjukkan.

Para kakushi mulai mengevakuasi mayat-mayat yang berada di desa itu yang diawasi langsung oleh Sanemi dan Obanai. Rei sendiri sedang ditenangkan oleh salah satu kakushi.

"Untung saja suasana hatiku sedang baik, jika tidak sudah kubunuh kedua Pilar itu dan juga para kakushi."

Selesai evakuasi dari desa tersebut, Sanemi dan Obanai memutuskan untuk kembali dan melaporkan apa yang terjadi pada Oyakata-sama. Rei yang melihat itu menatap mereka diam.

Obanai yang melihat Rei menatapnya, langsung menatap balik Rei. "Kau mau ikut?" Tanya Obanai. Rei terdiam sebentar dan menjawab dengan gelengan pelan. "Arigatō, itu tidak perlu." Obanai dan Sanemi akhirnya mengangguk dan mengucapkan selamat tinggal pada Rei yang hanya tersenyum kecil.

Merasa kedua pilar itu sudah menjauh, Rei kembali kedalam wujud biasanya. Iris merah seperti sang kakak, rambut hitam panjang sedikit bergelombang, dan baju setelan yang mirip dengan Muzan.

"Benar-benar pengganggu."

Kekkijutsu
Hujan kekosongan

Zraash!

Hujan deras turun membuat siapapun yang merasakannya merinding sendiri.

Sanemi dan Obanai terdiam sambil mendongakkan kepala mereka ke atas.

Deg!

"Aura mencekam apa itu?!" Batin mereka berdua terkejut dan melihat ke belakang namun tidak menemukan apapun. Aneh. Pikir mereka berdua. Mereka berdua lanjut berjalan kembali ke kediaman Oyakata-sama.

"Semoga bertemu kembali dalam keadaan berbeda Shinazugawa Sanemi, Igoro Obanai." Ucap Rei sambil tersenyum menyeringai dan pergi dari tempat itu.

•───────•°•❀•°•───────•
TO BE CONTINUED

【𝐄𝐍𝐃】 𝐊𝐢𝐛𝐮𝐭𝐬𝐮𝐣𝐢 𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫 | 𝐊𝐢𝐦𝐞𝐭𝐬𝐮 𝐍𝐨 𝐘𝐚𝐢𝐛𝐚 Where stories live. Discover now