#YoonGi, 2 Mei Tahun 22

1 0 0
                                    

Lembaran api lekat menyala dalam waktu singkat. Rasa panas yang sulit ditahan, kehadiran segala sesuatu yang buruk telah hilang. Aku tidak bisa lagi merasakan hal-hal seperti bau asam dari jamur, kelembaban yang tidak dapat diidentifikasi, atau cahaya lembab. Alih-alih semua hal itu, yang tertinggal hanyalah rasa sakit. Penderitaan fisik seperti panas. Ujung kulit jari-jariku begitu panas seakan melepuh dan meleleh. Kemudian hanya ada wajah tanpa ekspresi dari ayahku dan suara musik yang menghilang.


Ayahku dan aku sangat berbeda dalam berbagai hal. Ayahku tidak bisa memahamiku dan aku tidak bisa memahaminya. Jika aku bekerja keras, akankah aku bisa membujuknya? Kemungkinan tidak. Satu hal yang bisa aku lakukan hanyalah sembunyi dan lari. Ada saat dimana aku berpikir ayahku bukan hal yang ingin aku coba lepaskan. Kemudian, aku dikalahkan oleh rasa takut seperti sebuah tembok. Darimana aku mulai berlari? Apa yang harus aku lakukan untuk menjauh dari diriku sendiri? Semuanya terasa mustahil.


Seperti ada seseorang yang sedang memanggil tetapi aku tidak bisa mengangkat kepalaku. Karena panas atau karena rasa sakit aku tidak bisa bernapas. Aku tidak memiliki kekuatan untuk bergerak. Walaupun begitu, aku tahu. Dia adalah JungKook. Dia tentu saja marah, dia akan mungkin merasa sedih untukku. Aku hanya ingin menjatuhkan diri. Asap dan panas, sakit dan ketakutan, aku ingin mengakhiri semuanya disini. JungKook meneriakkan sesuatu kepadaku lagi tapi aku masih tidak bisa mendengarnya. Penglihatanku hilang. Akhirnya, aku mengangkat pandanganku. Pemandangan dunia terakhir yang aku lihat adalah ruangan kotor dan terisolasi, api merah dan panas yang berombak, serta wajah JungKook.

화양연화 | The Most Beautiful Moment in Life | The Notes 1जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें