#HoSeok, 10 & 12 Mei Tahun 22

4 0 0
                                    

Aku membuka pintu darurat dan berlari menuruni tangga. Jantungku berdetak sangat cepat dan aku pikir akan meledak. Wajah yang sekilas aku lihat di lorong rumah sakit adalah benar-benar ibuku. Saat aku melihat ke belakang, pintu lift terbuka dan orang-orang berhamburan keluar. Aku dengan panik mendorong orang-orang dan masuk. Dari kejauhan aku melihat ibuku pergi melalui pintu darurat.  Aku berlari menuruni dua anak tangga sekaligus. Aku tidak berhenti dan turun beberapa lantai lagi.

"Ibu!" Ibu berhenti dan berdiri.

Aku mengambil satu langkah lebih maju. Ibu berbalik. Aku mulai menatap wajah Ibu. Saat itu,  tumitku terpeleset di tepi tangga, pusat gravitasiku bergeser ke depan. Aku menutup mataku dengan erat, berpikir aku akan jatuh mentah-mentah tepat di bagian wajahku. Seseorang menggenggam tanganku. Aku bersyukur, aku dengan cepat menjaga keseimbanganku. Saat aku menoleh ke belakang, Jimin berdiri dengan wajah terkejut. Tanpa waktu untuk mengucapkan terima kasih, aku langsung memutar kepalaku.

 Tanpa waktu untuk mengucapkan terima kasih, aku langsung memutar kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bisa melihat seorang wanita dengan wajah terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bisa melihat seorang wanita dengan wajah terkejut. Disampingnya, seorang anak laki-laki kecil menatapku lebar-lebar dan dengan mata terkejut. Wanita itu bukanlah ibuku. Ketika aku menatap wajah wanita itu, aku berdiri tanpa kata diatas tangga.

Aku tidak mengingat kalimat apa yang aku ucapkan untuk mengakhiri situasi itu. Aku juga tidak bertanya kepada JiMin bagaimana dia bisa ada disana. Kepalaku begitu kacau untuk penasaran tentang seluk beluk hal itu. Wanita itu bukan ibuku. Aku tidak yakin apakah aku mengetahui kebenaran itu sejak awal atau tidak. Sudah lebih dari 10 tahun berlalu sejak hari dimana aku ditinggalkan sendirian di taman bermain. Ibu pasti sudah tua dan dia pasti berbeda dari ingatanku. Meskipun aku bertemu dengannya, aku tidak akan mengenalinya. Tidak, sekarang aku mulai dengan keras mengingat wajah ibuku.

Aku menoleh. JiMin mengikutiku tanpa kata. Di SMA, setelah kami berpisah di ruang gawat darurat, JiMin mengatakan bahwa dia terus menerus tinggal di rumah sakit ini. Saat aku bertanya apakah dia ingin pergi dari rumah sakit, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mungkin JiMin menginginkannya seperti diriku, terjebak oleh kenangan yang mengikat, tidak bisa melepas atau memegangnya. Aku menghadap JiMin dan mendekat satu langkah.

"JiMin, mari kita keluar dari sini."

화양연화 | The Most Beautiful Moment in Life | The Notes 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang