#YoonGi, 7 April Tahun 22

2 1 0
                                    

Aku berhenti berjalan karena suara janggal dari piano. Di tengah malam di tempat konstruksi kosong. Disana hanya ada suara api yang seseorang nyalakan dalam tong drum. Aku tahu bahwa lagu itu sedang dimainkan, tetapi aku tidak berpikir banyak tentang itu. Langkah mabukku yang goyah, aku menutup mataku dan sengaja berjalan sembarangan. Panas api memancar lebih kuat, suara dari piano, angin malam, dan mabukku redam.

Aku membuka mataku karena suara tiba-tiba dari klakson dari sebuah mobil yang hampir menabrakku dan akhirnya hanya melewatiku. Dalam kebingungan karena kemabukan, sorot lampu dan hembusan angin dari mobil itu membuatku terhuyung tak berdaya. Aku mendengar pengemudi itu memaki. Aku berhenti berjalan dan bermaksud memaki mereka, lalu aku tersadar aku tidak bisa mendengar suara piano itu. Karena suara api berkobar, suara angin, dan suara yang ditinggalkan mobil, aku tidak bisa mendengar suara piano dengan jelas. Aku pikir suara piano itu dihentikan. Mengapa dihentikan? Siapa yang memainkan piano itu?
Dengan bunyi gedebuk, nyala api di tong drum melonjak dalam kegelapan. Aku menatap kosong ke gambar itu beberapa saat. Wajahku memerah karena panas dari api. Saat itulah aku mendengar suara dari seseorang meninju tut piano. Aku menoleh ke belakang tanpa sadar. Untuk sesaat, darahku mengalir keras dan nafasku menjadi tak menentu. Mimpi buruk masa kecilku, terdengar sama seperti suara yang ku dengar di tempat itu.

Selanjutnya aku berlari. Itu bukanlah kehendakku. Tubuhku berbalik dengan sendirinya dan berlarian menuju toko instrumen (alat-alat). Entah, terasa seperti aku sudah melakukannya berulang kali. Aku tidak tahu apa itu, tapi seperti aku melupakan sesuatu yang sangat penting.
Toko instrumen dengan jendelanya yang rusak, terlihat seseorang sedang duduk didepan piano itu. Beberapa tahun telah berlalu, tapi aku bisa mengenali siapa dia hanya dengan sekali lihat. Dia sedang menangis. Aku mengepalkan tanganku. Aku tidak ingin terlibat dalam kehidupan siapapun. Aku tidak ingin menghibur kesendirian orang. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang berarti bagi siapapun. Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk melindunginya. Aku tidak percaya diri bahwa aku akan berada disampingnya sampai akhir. Aku tidak ingin melukainya. Aku juga tidak ingin terluka.

Aku melangkah perlahan. Aku berpikir untuk berbalik dan pergi, tapi tanpa tersadar aku menghampirinya. Lalu, aku menunjukkan not yang salah. Jeongkook menoleh dan melihat ke arahku,

"Hyung."

Saat itu adalah pertemuan pertama kami setelah aku dikeluarkan dari sekolah.

화양연화 | The Most Beautiful Moment in Life | The Notes 1Where stories live. Discover now