7

176K 20.1K 1.4K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Selamat membaca😍

¤¤¤

Azura bertemu Jiana di toilet. Gadis berambut pendek itu nampaknya terkejut melihat kehadiran si ratu es. Sedangkan Azura sendiri nampak santai memasuki salah satu bilik dalam toilet tanpa menghiraukan keberadaan Jiana.

Beberapa menit terlewati, selesai dengan urusannya, ternyata Jiana masih disana sambil memandanginya seperti ingin berbicara namun takut. Azura hanya melirik sekilas dan mengabaikannya dengan fokus mencuci tangan di wastafel. Jiana menunduk dan sesekali melirik Azura diam-diam hingga Azura hendak pergi barulah dia memberanikan diri membuka suaranya.

"T-tunggu... Azura.." Cegah Jiana saat langkah Azura hampir mencapai pintu keluar.

Azura balik badan dengan gaya elegan. Dia melemparkan pandangan dingin bahkan lebih-lebih dari yang biasa dia tunjukan. Azura melipat kedua tangannya di depan dada. "Berani banget lo nyebut nama gue pake mulut sampah lo!"

Jiana langsung menunduk takut. Keberanian untuk mengajak Azura berbicara meluap begitu saja. Jiana lupa, Azura tetaplah Azura meskipun sudah sangat lama dia tidak membully dirinya lagi atau mengejar Lioner lagi, sikap dingin dan galak Azura tidak pernah berubah. "Maaf, a-aku salah. Aku gak bermaksud, seharusnya aku gak manggil nama kamu. Aku gak akan lakuin itu lagi."

Nada bicara yang bergetar seperti menahan tangis, wajahnya dia sembunyikan dalam rambut serta kepanikan saat mengatakan kalimat itu, Azura benar-benar muak dengan gadis di hadapannya itu. Gadis yang entah benar-benar naif atau dia sengaja membuat-buat. Jiana selalu sukses membuat Azura berada di posisi orang jahat yang tengah merundungnya.

Lihat saja sekarang, jika orang lain tak sengaja melihat, mereka akan berpikir Azura tengah membully Jiana karena tampilan gadis itu persis seperti orang yang disakiti. Padahal dia tidak berbuat apa-apa sejak tadi.

Azura membuang napasnya secara kasar. "Mau apa lo?"

Jiana memberanikan diri mengangkat wajahnya sedikit. "A-aku gak pernah punya waktu untuk ngobrol berdua sama kamu setelah malam itu, aku cuma mau minta maaf secara resmi,"

Kali ini Jiana sepenuhnya mengangkat wajah dan menatap Azura. Masih terlihat raut dingin yang ditampilkan Azura, namun Jiana sudah bertekad untuk menyampaikan maafnya jika ada kesempatan bertemu berdua, dan saat ini lah waktunya. "Maafin aku karena harus ada diantara kamu dan Lioner. Maaf banget. Aku tau aku salah, tapi perasaan aku gak bisa dikendalikan. Aku sayang Lio dan Lio pun sama. Kami saling mencintai, maaf karena kami nyakitin kamu. Maaf."

Azura terkekeh sinis. Dia maju mendekati Jiana membuat gadis itu mundur hingga punggungnya menyentuh tembok, Jiana menunduk takut. Jiana memejamkan matanya bersiap menerima apapun yang dilakukan Azura seperti biasanya, namun hingga beberapa detik dia tak kunjung merasakan rasa sakit apapun. Jiana membuka matanya dan tertegun melihat Azura diam sambil menatapnya dengan mata memerah yang sudah mulai berkaca-kaca.

Azura mendorong kasar bahu Jiana hingga membentur tembok. Namun, dia tetap diam karena merasa pantas mendapatkannya.

"Maaf?" Azura terkekeh hambar tetapi air matanya jatuh ke pipi dan Jiana melihat itu.

"Awalnya gue gak mau bahas lagi tentang lo yang rebut mantan tunangan gue. Tapi, berhubung lo ngomongin ini sekarang terpaksa deh gue bilang,"

"Jiana, lo itu perebut, penghancur, perusak kebahagiaan dan kehidupan damai orang lain." Satu tetes lagi air mata Azura jatuh melewati pipinya.

Anagapesis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang