13

157K 18.6K 638
                                    

Hola👋

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Silahkan membaca😍

¤¤¤

Hari telah berganti. Esok telah tiba, orang-orang yang kemarin menuduh Azura tanpa bukti tidak ada satupun yang berinisiatif untuk meminta maaf. Mereka bertingkah seolah-olah kejadian kemarin tidak pernah terjadi. Azura tertawa miris dalam hatinya.

Seperti hari-hari sebelumnya, Azura duduk di kursi depan dengan tenang dan kesepian. Tentu sepi karena dia tidak memiliki satu teman pun di kelasnya. Ya, itu salah dia. Karena pada awal masuk sekolah dia enggan membaur untuk mencari teman dan lebih memilih mengejar Lioner dan Aziel yang terang-terangan enggan berdekatan dengannya. Sekarang, saat tidak ada teman yang dia punya, Azura tidak bisa menyalahkan siapa-siapa.

Meskipun begitu, Azura selalu berharap dia bisa mempunyai teman di sekolahnya selain Kaysen. Tidak dengan Orion yang hanya bisa dia temui di luar kawasan sekolah. Sejujurnya tawaran Orion dan kedua orang tuanya untuk pindah sekolah sangat menggiurkan. Tetapi Azura ingin sembuh. Katanya jika melawan ketakutan, maka trauma akan sembuh. Karena itu dia memilih tetap di sini.

Azura sudah sangat bersyukur mempunyai dua teman. Orion dan Kaysen. Tetapi mereka berdua laki-laki. Bukankah asyik jika memiliki teman yang satu gender dengan kita? Tanpa orang lain sadari, Azura selalu diam-diam memperhatikan mereka. Gadis-gadis di kelas yang sering menggosip saat tidak ada guru yang masuk, dua orang siswi yang saling bergandengan tangan menuju kantin. Mereka yang tertawa bahagia saat mengobrol satu sama lain. Apa yang mereka bicarakan? Apa hal yang sangat lucu itu? Bagaimana rasanya?

Jujur saja, Azura iri. Dia juga ingin melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh teman. Tapi, dia hanya bisa memandangi mereka dari jauh dan diam-diam menyimpan rasa cemburu.

Azura memalingkan wajahnya, dia kembali menunduk menatap buku yang berada di pangkuannya dengan sendu. Sibuk dengan pikirannya hingga Azura tidak sadar guru sudah memasuki kelas sejak tadi. Ketika dia mengangkat wajah, murid-murid di kelasnya sudah berdiri dan bersiap meninggalkan kelas.

Azura menghampiri sang guru di depan sana. "Kita mau kemana, bu?"

Guru itu terlihat mengerutkan dahinya. "Kamu melamun ya tadi? Ibu sudah suruh kamu dan murid lainnya pindah ke lab untuk melakukan praktek."

Azura tetap diam. Raut wajahnya memang terkesan jutek jadi mungkin beberapa orang yang tidak mengenalnya akan salah paham. Termasuk sang guru. "Jangan karena kamu murid berprestasi jadi bisa seenaknya mengabaikan guru bicara ya, Azura."

"Maaf bu, saya kurang berkonsentrasi tadi." Azura meminta maaf. Dia menundukan pandangannya untuk menghargai sang guru.

Guru itu mendengus sekilas. "Yasudah, susul teman-teman sekelas kamu. Sudah tau kan kamu ada di kelompok mana?"

Azura menggeleng. Sang guru menghelakan nafas kasar. "Kamu satu kelompok dengan Lioner dan Aziel seperti yang biasa kamu inginkan."

Azura membelalakkan matanya. "Bisa saya ganti kelompok, bu?"

"Kamu ini banyak maunya. Saya malas membagi kelompok lagi. Sudah kamu terima saja kelompok yang sekarang, biasanya juga kamu sendiri yang meminta satu kelompok dengan Aziel dan Lioner."

Guru tersebut meninggalkan Azura sendirian di kelas. Azura mendesah berat. Dengan langkah gontai dia memasuki laboratorium kimia. Dia menatap datar meja paling pojok tempat kelompoknya berada.

Anagapesis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang