18

146K 17.7K 1.6K
                                    

Hola👋

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊

Setelah itu?

Selamat membaca😍

¤¤¤


Ketika weekend tiba, Azura sama sekali tidak meninggalkan kamarnya. Setiap kali waktu makan tiba, Azura meminta pembantunya untuk membawa makanan ke kamar. Aziel berdecih setiap kali itu terjadi. Menurutnya Azura sangat manja dan egois. Seperti saat ini, Lioner menahan tubuh Azura saat dia hendak memasuki kelas.

"Kita perlu bicara." Ujar Lioner yang berdiri dekat pintu. Aziel memutar bola matanya malas melihat Azura malah acuh tak acuh mendengar ucapan Lioner.

"Gak perlu." Azura membalas. "Tolong jangan halangin jalan gue. Minggir!"

Tapi Lioner tidak peduli apa yang Azura katakan. "Istirahat nanti, temuin gue di ruang basket." Setelah itu dia mulai memberikan jalan untuk Azura lewat.

Dan pada saat waktu istirahat datang, Azura lebih memilih membuka buku novel yang baru dibelikan oleh Orion. Dia melupakan ucapan Lioner sebelumnya. Di kelas itu hanya terdapat Azura saja karena murid lain menghabiskan waktu di kantin atau tempat lain selain di kelas.

Azura sedang fokus membaca, seorang laki-laki muda tiba-tiba saja duduk di sebelahnya. Azura memandangnya bingung sekaligus tidak suka, tapi laki-laki itu mengabaikan raut ketidaksukaan milik Azura. Dia memilih menunjuk buku novel yang berada dalam genggaman Azura.

"Lo harus baca buku pertamanya dulu baru baca buku itu." Biru bangkit dari tempat duduknya semula dan berpindah ke depan Azura dengan jarak dua kursi darinya. "Lo akan ngerti kalo baca dari pertama."

"Lo ngomong sama gue?" Azura menunjuk dirinya sendiri.

"Iya." Biru mengangguk satu kali. "Baru ada dua buku," Biru terus berbicara tanpa menyadari tatapan Azura di sampingnya. "Kalo lo-"

"Berisik! Lo bacot banget sih! Bawel!" Biru terdiam. Dia menggaruk tekuk lehernya yang tidak gatal. Biasanya orang akan menyebutnya pendiam, cuek, atau dingin. Tapi, Azura menyebutnya 'bawel' apakah dia tanpa sadar berbicara terlalu banyak pada Azura tadi? Karena malu, Biru segera membuang muka, mengalihkan pandangan dari Azura.

"Tau gak? Setelah hari itu, gue baru punya kesempatan buat ngobrol sama dia lagi sekarang."

Azura memandang Biru masih dengan raut bingung juga risih secara bersamaan. "Dia?"

Biru mengangguk sambil melirik ke arah buku yang dipegang oleh Azura. "Cewek di cerita ini?" Tanya Azura penasaran.

Biru mengangguk lagi dan masih enggan menatap Azura. "Iya."

Biru menarik senyuman tipis di bibirnya. Matanya melihat ke arah depan seperti sedang membayangkan sesuatu. "Entah dia inget atau enggak, cerita ini gue tulis untuk dia. Pertemuan pertama, kedua dan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Gue harap sih, dia sadar setelah baca tulisan gue," Ucap Biru sambil tersenyum.

Azura malah melotot lucu karena kaget mengetahui fakta bahwa buku novel yang sedang ia baca adalah karya Biru. Lelaki di hadapannya itu adalah penulisnya. "Jadi, lo penulis buku ini?"

"Iya." Azura tidak percaya, tapi mana mungkin Biru berbohong? Untuk apa pula dia berbohong? Bercanda? Mereka tidak sedekat itu untuk saling bercanda.

"Oh." Pada akhirnya hanya itu respon yang bisa Azura berikan.

Anagapesis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang