24.

17.1K 1.7K 5
                                    

Selamat Membaca•
~part 24~



Setelah menyelesaikan makan siang mereka, Talita menceritakan semua yang ia lihat melalui telapak tangan Nayra.

Nayra hanya diam dan mencerna semua kata-kata yang Talita katakan. Talita ingin Nayra untuk mencoba kekuatannya kembali, ia membantu Nayra untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan kekuatannya itu.

"Aku tidak tahu bagaimana cara mengendalikannya," ucap Nayra sambil melihat sendu kearah telapak tangannya.

"Mungkin anda harus sedikit fokus Luna." Jawab Talita.

Nayra mencoba memejamkan matanya dan fokus, namun yang ada di pikirannya adalah teriakan dari rasa sakit Arthur, teriakan saat rantai itu hampir membakar tubuh Arthur, teriakan yang sangat pedih. Tiba-tiba saja emosi menguasai diri Nayra, ia membuka matanya dan kini dua manik matanya berwarna full hitam, gumpalan api keluar dari tangannya begitu saja.

Talita yang melihatnya panik, ia mencoba menenangkan Nayra sebisa mungkin, "Luna!" panggilnya sambil menyentuh lembut pundak Nayra.

Nayra masih memiliki kesadarannya, berbeda saat dia menghadapi Felix, seakan tubuhnya seperti robot yang digerakan dengan remote control lalu kesadarannya seperti tertidur dalam dirinya.

Ia mulai memejamkan kembali matanya, berusaha merilexkan pikirannya, yang ada di otaknya kini kenangan terakhir bersama Arthur. Saat membuka mata, kedua manik matanya berubah menjadi full putih, lalu akar pohon keluar dari dalam bebatuan mengikuti kemana tangan Nayra menunjuk.

Nayra mencoba untuk melilitkan akar itu kedepan batu besar di hadapannya, dengan mudah Nayra menghancurkan batu tersebut. Ia kembali menetralkan dirinya, manik mata hijaunya kini sudah kembali. Talita tersenyum melihat kemampuannya.

"Bagaimana caramu melakukannya Luna?" Tanya Talita.

"Entahlah, yang terlintas hanya satu kenangan buruk dan satu kenangan indah saja." Jawab Nayra.

"Saya akan mengunjungimu sesering mungkin untuk membantumu melatih kekuatanmu Luna. Sekarang mari kita pulang, saya rasa sudah ada yang hampir gila karena menunggumu."

Nayra memasang senyuman lebar di wajah cantiknya, ia benar-benar merindukan Arthur. Talita merapalkan mantranya lalu terbuka portal bercahaya.

Talita menggandeng tangan Nayra untuk memasuki portal itu bersamanya, setelahnya mereka ada di sekitar pohon besar yang kini berubah warna menjadi putih. Nayra paham, sepertinya pohon di dalam goa itu ada hubungannya dengan pohon besar ini.

Talita menyuruh yang lain untuk kembali kearah tebing laut mati, tidak jauh dari tebing itu tempat mereka menyembunyikan rumah-rumah mereka yang sempat porak poranda.

Kini Talita dan Nayra berjalan menelurusi hutan hendak kembali ke istana, saat melewati desa semua rakyat menunduk memberikan hormat pada Luna mereka, mereka berbondong-bondong mengikuti Luna mereka di belakang.

Sampailah mereka di depan gerbang istana, para penjaga membuka pintu gerbang dengan senyuman terukir di wajah mereka, salah satunya melesat dengan cepat ke ruang kerja Arthur.

Dean dan Alex keluar dari dalam istana, mereka tersenyum lebar melihat Luna mereka kembali.

Tok
Tok
Tok

"Permisi Alpha. Alpha ada Lu-"

"Pergilah aku sedang tidak mau mendengar apapun!" Arthur memotong perkataan penjaganya dengan Alpha tone-nya.

"Alpha, Luna kembali." mindlink dari Dean.
Dengan cepat Arthur berlari menuruni tangga demi tangga dan di susul Queen,Bella serta Jake di belakang mereka.

Dari kejauhan Nayra tersenyum kearah Arthur, Arthur berlari keluar istana dengan cepat...



Grep!



Dan langsung memeluk erat istrinya tersebut.

Ia tak hentinya menciumi kening dan kepala Nayra, air mata bahagia jatuh begitu saja tanpa memperdulikan rakyatnya melihat. Queen Freya ikut senang dan terharu melihat anaknya, pasalnya Arthur sudah mulai kacau dan meninggalkam pekerjaannya selama satu bulan ini.

Kesehatan yang sudah ia tidak perdulikan, ia memilih untuk mengurung dirinya di dalam kamar dan menyuruh Dean serta Jake untuk mengambil alih kepemimpinannya untuk sementara.

"Aku sangat merindukanmu," ucap Arthur dengan suara yang sangat lembut.

Nayra melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang lembut pipi suaminya, memandang dengan lekat manik mata biru langit itu, tatapan yang ia juga sangat rindukan.



Cup



Nayra mencium dengan singkat ranum bibir tebal Arthur, "aku juga sangat merindukanmu." senyuman lebar terukir di wajah cantiknya, Arthur membalas ciuman itu tanpa berfikir orang-orang yang sedang melihat mereka.

Nayra melepaskan bibirnya dari Arthur, melihat kearah Queen dan Bella.

Queen dan Bella menghampiri dan memeluknya, Arthur ikut memeluk tiga wanita yang sangat ia cintai itu dengan sangat erat.

"Tolong Arthur jangan terlalu kencang, jika aku tidak bisa bernafas, anakku yang di dalam perut juga sama," ucap Nayra.

Arthur,Queen dan Bella langsung melepaskan pelukan mereka, menatap Nayra dengan mulut yang berbentuk 'O'

Arthur menoleh kearah Talita seperti hendak menunggu jawaban dari wanita yang membawa pulang istrinya tersebut.

"Iya Alpha, Luna sedang mengandung anakmu." Jawab Talita.

Arthur langsung memeluk kembali istrinya, lalu berjongkok menyamakan posisi perut Nayra dengan wajahnya. Ia mencium perut Nayra yang sudah membuncit itu.

"Arthur, dia Talita, satu-satunya penyihir putih yang tersisa." Jelas Nayra. Arthur menoleh kearah Talita, Talita membungkuk memberikan hormat lalu dibalas senyuman oleh Arthur.

"Salam Alpha, saya menemukan Luna didalam goa tempat persembunyian kami. Saat menemukan Luna dan memeriksanya, usia kandungannya sudah tiga minggu. Luna bangun setelah tiga bulan berikutnya, jadi kemungkinan usia kandungannya sekarang 15 minggu." Jelas Talita.

Kebahagiaan menyelimuti hari yang mulai senja itu.
Semua orang kembali ke tempat mereka semula, Talita langsung pergi ke tebing laut mati dengan portalnya, Arthur menggendong Nayra ala bridal style dengan alasan tidak ingin istrinya lelah dan menuju ke kamar mereka.

Selesai mereka membersihkan diri, mereka merebahkan tubuh mereka di sofa depan pintu balkon kamar. Posisi Nayra yang berada diatas Arthur sambil memeluknya, semua hal yang di alami Nayra ia ceritakan pada suaminya.

Arthur bersyukur bahwa ternyata tidak ada hal buruk yang menimpa istrinya, ia terus menciumi pucuk kepala Nayra.

"Terimakasih sudah menepati janjimu sayang," ucap Arthur sambil mengelus lembut punggung Nayra.

Nayra menatap wajah Arthur, manik mata saling bertemu, senyuman tipis terukir di keduanya.
Nayra mencium ranum bibir tebal merah milik Arthur, Nayra melumat lembut bibir suaminya, Arthur enggan membalas ciuman yang Nayra berikan dan lebih memilih untuk menikmati perlakuan lembut dari istrinya.

•••••

Mysterious MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang