| 12 |

367 59 9
                                    

Praha berdiri di foyer rumah dengan payung abu-abunya, masih basah, titik-titik air masih berjatuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Praha berdiri di foyer rumah dengan payung abu-abunya, masih basah, titik-titik air masih berjatuhan. Seharusnya ia sudah meletakkannya di dalam tempat penyimpanan payung habis pakai, biar cepat kering. Namun, sudah lima menit Praha mematung dan membiarkan pandangan kosongnya tak bertuan.

Kepalanya sibuk menata satu per satu pikiran dan perasaan baru yang muncul. Lututnya terasa lemas, ketika Praha akhirnya meletakkan payungnya itu dan mulai melangkah menuju kamar. Praha melepas atasan kemejanya sembarang di lantai ruang keluarga–namanya tak pantas karena tidak pernah ada keluarga yang berkumpul di sana lebih dari satu dekade. Pasti ada salah satu pekerja rumah yang akan mengambil dan mencucinya. Itu bukan tugas Praha untuk peduli.

Di bawah pancuran, Praha bergidik merasakan air hangat mengalir di tubuhnya. Setengah dirinya menyesal karena ia mengatakan tak mengerti bagaimana jadi orang baik kepada Samara dengan nada begitu memelas, tetapi setengah dirinya lega juga keluar satu embusan berat telah dilepas ke udara.

Memangnya bagaimana konsep orang baik itu?

Praha tak mengambil waktu untuk berganti pakaian, tubuhnya dibalut bathrobe dan ia segera mengambil laptop untuk mengerjakan satu tugasnya yang tersisa. Ia mesti menyelesaikan tugas proposal bisnis, tenggat waktunya masih lima hari lagi. Akan tetapi, Praha tak suka menghadapi waktunya dipenuhi daftar pekerjaan jika ia bisa mengerjakannya sesegera mungkin.

Praha ingin ini. Praha ingin itu. Tiba-tiba saja memorinya terlempar pada masa-masa di mana masalahnya cuma bosan mengenai mainan yang baru dibeli sejam yang lalu, atau tubuhnya belum cukup tinggi naik wahana hiburan, atau larangan makan manis terlalu banyak.

Bukan cuma, Praha ingat lagi. Tidak pernah melihat ibu dan ayahnya bersama-sama bukanlah hal kecil.

Pernikahan itu sebuah kebohongan. Banyak yang berakhir. Yang belum berakhir pun, lebih dingin dari Antartika.

Ayahnya tak pernah mengajarkan apa-apa selain jadi yang terbaik dan semua orang akan menghormatinya. Mengapa jadi nomor sekian, bila bisa jadi yang pertama. Mengapa jadi pilihan, kalau bisa jadi yang utama.

Praha ingin, dapatkan saja dengan tangan dingin, juga cara-cara lain. Itu kelakar yang selalu ibunya katakan. Ia bisa mendapatkan apa saja bila berusaha. Legal atau tidak, benar atau tidak. Tak pernah ada hitam putih dalam hal itu di kepalanya. Tidak ada orang baik dan jahat, hanya orang yang berhasil dan gagal.

Praha ingin Samara.

Apa cara yang bisa ia lakukan untuk mendapatkannya?

Sementara jemari Praha bergerak cepat di atas papan ketik, matanya kian berat. Maka ia meminta pekerja rumah membuatkannya kopi lewat pesan di ponselnya. Kopi itu datang beberapa saat kemudian dengan sang pekerja tidak mengangkat wajah saat menyimpannya di meja.

Tak ada yang berani menatap mata laki-laki itu. Laki-laki yang tumbuh bersama seluruh keinginan yang telah dicapainya dengan cara apa pun.

Praha memandangi layar laptop, ia membutuhkan satu nama untuk contoh nama korporasi pada tugasnya.

Matanya memandang cermin bulat di meja, wajahnya yang biasanya pucat pasi seperti tengah sakit kini merona.

Samara Corp., begitu tulis Praha.

Memalukan, jadi Praha menghapusnya.

Akan tetapi, Praha mengetiknya lagi lima detik kemudian.

Kala Praha berbaring dan menarik selimut hingga ke batas dagu, ia menghela napas panjang. Untuk kali pertama setelah sekian lama, ia berdoa. Doanya sederhana dan pendek bila diucapkan, ia ingin jadi biasa saja.

Tuhan pasti mengerti apa maksudnya. Bukan jadi Praha yang sekarang, yang lebih sekaligus kurang di sana-sini. Biasa saja, mungkin Samara tak akan takut padanya.

Malam itu, ia memimpikan Samara berdiri di tengah taman bunga mawar. Ketika Praha menghampirinya, perempuan itu menghilang.

***

Hope happiness always find a way to make your day better.

—Prince Kendic, a writer with crown.
Instagram & TikTok: @princekendic

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang