| 15 |

103 15 9
                                    

Di depan deretan bunga berbagai warna, Praha mematung dan hampir ditabrak pengunjung lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di depan deretan bunga berbagai warna, Praha mematung dan hampir ditabrak pengunjung lain.

Buket bunga seperti apa yang perlu ia beli? Puluhan jenis bunga yang dipamerkan di etalase bahkan sampai ke trotoar membuatnya pusing. Putih, merah, biru, ungu. Praha memijat pelipis, nyaris berbalik badan dan meninggalkan toko bunga itu.

Namun, bila ia menjauh, Praha tak akan punya apa-apa untuk diberikan kepada Samara.

Praha mendesah, mengangkat salah satu bunga baby's breath dari ember yang didekorasi. Kelopaknya terlalu kecil untuk dijadikan buket bunga tunggal. Apa yang ingin ia jadikan bunga utama? Lili? Anggrek? Peony? Atau mungkin mawar?

"Ada yang bisa dibantu?"

Laki-laki usia tiga puluhan kurus penjaga toko bunga ini memusatkan perhatian pada Praha dan ia segera merasa tak nyaman.

"Buket bunga." Praha tak dapat memikirkan respons lain. "Satu."

"Buket bunga seperti apa yang Anda mau?"

Ide pertama Praha adalah mencari tahu apa bunga favorit Samara. Namun, setelah menggulir media sosial Samara bolak-balik, lama-lama, dan tanpa hasil, Praha beralih ke ide kedua.

Bila Samara adalah sekuntum bunga, what would she be?

Dia tidak seperti anggrek, unik dan eksotis. Dia juga bukan anyelir, lembut dan penuh warna.

Samara lebih mirip seperti mawar. Cantik, anggun, berpelindung, dan sedikit misterius.

"Yang ini." Praha mengangkat baby's breath tadi. "Dan mawar."

"Apa warna mawar yang Anda mau gabungkan?"

Praha merengut, tak nyaman ditanya terlalu banyak. "Merah, I guess."

Dari jadwal anak manajemen yang diingatnya, Samara pasti masih berada di kampus. Wanita itu tidak tampak seperti mahasiswi tukang bolos, atau terlambat bangun dan tak jadi berangkat, atau kemungkinan-kemungkinan lain yang membuatnya tidak menghadiri kelas lainnya.

Jadi, Praha pasti bisa menemukannya, menyerahkan buket bunga yang sedang dirangkai ini, dan menyenangkan hati Samara.

Jangan tanya padanya dari mana niatan atau keinginan ini muncul. Praha tak punya jawaban yang bakal timbul akibat tindakannya ini. Mengapa ia memberi Samara buket bunga, sejak kapan ia punya perasaan khusus untuknya, siapa yang akhirnya bisa mengartikan kasih di hidup tanpa warnanya.

Tidak tahu, tidak mengerti, entahlah.

Untuk apa juga ia peduli pada tanggapan yang lain. Memangnya kenapa bila mereka melihatnya dengan aneh? Seumur hidup, Praha tumbuh dengan perasaan enggan dan sungkan dari orang-orang di sekitarnya tampak jelas di muka.

Yang terpenting hanya apakah Samara bakal suka pada pemberiannya. Mereka tak pernah saling berkirim pesan, pertemuan terakhir keduanya ditemani Sugi dan Kahyang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ObsesiWhere stories live. Discover now