Chapter 2 : New York (1)

4.4K 214 10
                                    

Gwen Syareefa Putri POV

Wow, gue sekarang ada di New York? Gue gak mimpi kan? Aaaa... senang nya. Akhirnya bokong gue yang panas ini terbayar juga sampai di New York.

"Aaaaa....." teriakku setelah turun dari pesawat. Tak peduli aku dengan tatapan orang sekitar.

"Norak lo! Buruan bantuin bawain nih koperlo yang paling banyak." Katanya sedikit jengkel sedangkan aku hanya memasang wajah polos tanpa dosa.

"Yee... biarin ih mau bilang norak atau apalah ya. Penting gue seneng banget!" Kataku sambil melompat kecil dan Hayyan pergi gitu saja. Ku percepat langkahku untuk menyamainya. "Jahat deh ninggalin gue, oh ya katanya dad kita udah di siapin supir?" Kataku lebih ke pertanyaan.

"Iya ya, halah paling nanti pak sopir nya juga bawa kertas sama tulisan namanya kita." Sahutnya enteng. Aku hanya mengangkat bahu saja dan mengekorinya.

Setelah sampai di pintu utama ku lihat seorang pria di depan limousine dengan membawa kertas yang bertuliskan Gwen and Hayyan. Aku langsung menarik ujung kaos Hayyan.

"Kak, lihat pria itu bawa tulisan nama kita." Seruku senang.

"Matamu jeli juga." Katanya sambil menghampiri pria itu.

"Morning sir, i am Hayyan. It's my little sister. Izz Hanif Qaireen son."

"Oh kau anaknya Izz baikkah silahkan masuk. Beliau menyuruh saya untuk mengantar kalian ke apartmen dulu. Nanti sore saya akan mengajak kalian ke kantor bapak Izz."

"Wow, saya kira anda menggunakan bahasa inggris ternyata bisa menggunakan bahasa indonesia juga." "Baiklah kalau itu amanatnya." Kata Hayyan sopan.

"Wow kak, apa dad gak salah? Sekarang kita naik limousine? Keren abis deh dad. Limoisine punya nya sendiri nih?"

"Iya, ini mobil dad kamu Gwen." Kata pak sopir itu.

"Emm.. excuse me sir, what is your name?" Tanya Hayyan.

"You can call me Mr Roy, Hayyan."

"Umm... okay Mr Roy." Kata Hayyan lagi. Kemudian hanya instrumen piano yang mengalun.

"Lagu apa ini Mr Roy?" Tanyaku.

"Yang sedang berputar ini This Promise is you. Limousine ini punya ayah mu jika di New York. Dan daddy mu itu senang mendengarkan instrument piano. Apa kau tidak tahu Gwen?" Kata Mr Roy.

"Aku tahu kalau dad suka mendengarkan instrument piano. Dia juga mahir menarikan jari-jemari nya di atas tuts piano. Aku tadi hanya bertanya lagu apa sir."

"Wow, baiklah kau seperti gadis yang sedang pms kau tahu?" Katanya sambil terkikik geli. Aku hanya memutarkan bola mata dan diam. Kemudian sampailah di apartmen ku yang berada di lantai tiga.

Mr Roy membuka kan pintu dan membantu ku meletakkan tas ku bersama Hayyan.

"Kau boleh mengubah password tapi kau harus ingat. Dan jangan lupakan itu!" Seru nya.

"Baiklah sir and thank you." Kata ku

"Um.. Mr Roy, bolehkah aku meminta sesuatu? Apa Mr tahu jadwal dad malam ini? Maksutku dad nanti sibuk tidak?" Tanya Hayyan.

"Daddy mu tidak sibuk nanti malam. Apartemen nya ada di lantai empat kau bisa mengunjunginya."

"Boleh kah aku menunggunya nanti malam saja di sini? Ku rasa kami butuh waktu lama untuk menata pakaian dan jam sudah siang. Kami ingin istirahat sejenak." Kata Hayyan. Aku hanya diam dan mengamati ruangan ini.

Beautiful LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang