Chapter 13: Truth

2.1K 111 5
                                    

Gwen Syareefa Putri POV

Perlahan-lahan matahari bersembunyi, menjadikan awan gelap. Bintang yang menggantikan cahayanya, dan bulan bersedia menemani. Gue pijakkan kaki menuruni anak tangga, menuju ruang makan. Di sana Dad, Mom, dan Farel sudah berkumpul, Mom menyiapkan hidangan di meja makan. Rasanya menelan saliva saja seperti menelan bongkahan batu besar satu kali telan. Susah

Tak ingin merusak suasana makan malam kali ini, namun ini juga penting. Restu dari Mom dan Dad.

"Gwen, ayo cepat ke sini! Jalanmu seperti siput," kata Dad sambil mengayun-ayunkan tangannya. Seulas senyum gue berikan, bertujuan hanya untuk menenangkan diri sendiri.

"Wow, ayam bumbu kecap sama oseng-oseng kangkung? Gak sabar melahap deh."

"Yap, Mom tau itu kesukaanmu. Special for you, Gwen."

"Thanks Mom."

Gue menyendokkan sesuap nasi sangat lama, mengunyah dengan sangat perlahan. Menikmati rasanya, namun anehnya semua terasa sangat hambar.

"Oh ya Gwen, tadi mau bicara apa sama Mom? Tadi kamu bilangnya perut mules tiba-tiba," spontan gue mendongak kaget, namun berusaha sebisa mungkin untuk menutupi kegugupan sebisa mungkin.

"Kok diaduk-aduk melulu makanannya?" Tanya Dad, omai... bahaya besar!

"Ah... oh Mom, Dad, Ge-Gwen mau bicara ini suatu hal yang penting. Hanya kita bertiga," kata gue sambil melirik Farel, Farel balas menatap. Rautnya berubah menjadi sebal. Gue ulaskan senyum memohon, Farel segera mengangkat piringnya menuju kamarnya di lantai dua.

"Lalu...."

"Maaf kali ini Gwen mengacaukan suasana makan malam kali ini. Pertama, Mom dan Daddy harus terima kenyataan. Gwen gak bercanda kali ini." Suara gue semakin memelan, rasanya ingin putus saja tenggorokan. Bagaikan bicara dalam kobaran api panas.

"Gege-Gwen sakit, sakit parah. Gwen harus tranplantasi jantung. Ma-maaf Gwen baru berbicara soal ini ke Mom-Dad, Gwen udah lama mengidap sakit ini. Semenjak Gwen kelas delapan. Maafin Gwen, Gwen mau minta pendapat Mom-Dad, apa Gwen harus tranplantasi? Gwen sudah dapat persediaan jantungnya." Pelupuk mata sudah tergenang oleh air yang siap tumpah detik ini juga, namun Mom-Dad mereka terdiam. Mom sudah menangis, berhambur memelukku.

"Maaf Mom, maafin Gwen." Detik itu juga air mata sudah tak dapat terbendung.

"Kamu bodoh! Kenapa baru bilang sekarang Gwen? Dari mana kamu bisa beli obatnya?"

"Dari sisa uang saku yang Dad berikan"

"Jadi selama ini kamu bohong! Kamu bohong bahwa itu obat untuk maag-mu! Mom gak nyangka kamu bisa bohong dalam hal ini dan menyembunyikan dengan rapi. Mom yang bodoh, kenapa waktu itu gak nge-check obat apa itu?!" Tandas Mom marah disela-sela tangisnya. Ya Tuhan, kebohongan apa yang telah gue perbuat selama ini... bodohnya gue!

"Mom... please, Dad... Gwen minta keputusan, Gwen bingung." Ucap gue lesu.

"Sebegitu parahnya kah Gwen?" Bahu Dad bergetar, air matanya tumpah juga. Bagaikan turun ke jurang tanpa dasar melihat mereka menumpahkan air matanya.

"Please...."

"Ya, walaupun Dad tahu ini resiko yang besar. Lakukan saja, tapi Gwen harus berjanji."

"Janji apa?"

"Gwen harus kembali setelah tranplantasi, kembali ke duniamu. Jangan pergi, kamu harus bertahan. Demi orang yang kamu cintai, kamu sayangi. Pinky swear?"

"Ya, pinky swear." Kata gue dengan suara sedikit kecil, ragu akan apa yang gue katakan. Namun gue menautkan kelingking gue dengan Dad. Mom menghembuskan napas beratnya, gue tau mereka sangat terpukul mendengar bad news ini.

Beautiful LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang