Chapter 10: Sweet Seventeen?

2.6K 129 1
                                    

Lirik mulmed ada gaun yang dipake sama Gwen

Adonia Najma Orlin POV

Sambil melewati koridor sekolah, gue mikir juga. Kenapa kak Arro gak ngomong sekalian aja sama Gwen? Apa mereka bertengkar? Ah, sepertinya tidak.

"Gwen," sapaku saat bertemu di koridor sekolah dengan arah berlawanan.

"Eh... oh, Orlin. Ya?"

"Besok kita diundang ke pesta nya kak Arro, disuruh datang." Tapi alis Gwen sedikit berkerut, gue sendiri bingung ada apa dengan anak ini?

"Oh... iya-iya, nanti anter gue beli dress ya? Sama cari kado"

"Sama, gue juga mau cari dress. Yaudah yuk, balik ke kelas." Namun dihadiahi anggukan oleh Gwen.

Materi ke materi berikutnya telah berlalu, namu Gwen Syareefa Putri tidak konsentrasi sama sekali. Melamun, itu yang dilakukan sekarang. Pikirannya melayang, entah pergi kemana.

Selama celotehan Mrs Azura, guru IPA di kelas gue pun menggelengkan kepala melihat Gwen yang dipanggil berkali-kali tidak menyahut.

"Heh Gwen!" Ujarku sambil menyenggol lengannya.

"Aa... iya?"

"Mrs Azura dari tadi manggil lo!"

"Aaaaa..." teriak Gwen tiba-tiba, sontak saja satu kelas tertawa mendengar jeritan Gwen. Entah anak ini kesambet apaan. Gak jelas banget.

"Gwen Syareefa!!" Teriak Mrs Azura, semua anak kembali terdiam. "Keluar kelas kamu! Pergi ke lapangan! Angkat kaki dan tangan kamu di hadapan bendera!"

Anak-anak terdiam, kelas menjadi sepi. Hanya ada bunyi decitan kursi Gwen. Dan Gwen berjalan gontai menuju lapangan.

Gwen Syareefa Putri POV

Huh dasar! Sial banget sih hari ini! Mana udah jam dua belas pula, panas-panas kena hukuman dari Mrs Azura. Aih... semoga kuat, Gwen pasti bisa!!!

Tiga puluh menit masih kuat, satu jam udah mulai berkunang-kunang. Mana dilihatin banyak orang pula. MALU oeyy....

Kaki rasanya sudah tidak kuat untuk menopang tubuh gue. Mata sudah sedikit menggelap, pusing juga tak tertahankan.

Dan... semuanya menjadi gelap, se-gelap hari-hari ku.

Al Ghazali Averros Izzudin

Di lapangan ada surai pirang seorang gadis, tengah berdiri di sana. Menatap nanar bendera dengan gelisah. Hhh... dasar, siapa yang menghukum sesiang ini? Segera saja gue hampiri gadis itu.

Baru mau menginjakkan kaki di anak tangga terakhir, gue lihat badannya sudah mau limbung, dan brak. Yes, dia terjatuh namun gue sigap untuk membopong dia. Huh... lagi-lagi pingsan.

"Gwen," sahutku, saat beberapa menit tertidur dia terbangun.

"Eh, kak..."

"Arro"

"Ya, kak Arro. Makasih ya"

"Udah dibilangin sama Orlin kan untuk acara gue besok?"

"Udah kok," mengangguk kecil.

"Bagus, lo mesti dateng. Kalo gak dateng besok..."

"Apa?" Namun senyum licik dari bibirku mengulas. "Kak Arro gak lagi mikirin yang aneh-aneh kan kak?" Nadanya sedikit tercekat, takut.

Sengaja pandangan mata gue alihkan ke bibir sexy-nya itu. Alisnya semakin mengerut samar.

"Kak Arroooooo..." teriaknya sambil mumdur ke belakang. Dari tempat posisi duduknya sekarang yang berada di atas kasur UKS.

Beautiful LieWhere stories live. Discover now