Chapter 14: Dia

2K 114 4
                                    

Al Ghazali Averroes Izzudin POV

Apa Gwen melupakan janjinya? Gue sudah menunggu cukup lama di sini. Kafe, kafe remaja milik teman ayah gue. Krincingan bel terdengar lagi, begitu pula dengan pintu kafe yang terbuka. Namun bukan Gwen, orang lain. Cukup bosan menunggu.

Sudah berkali-kali pintu kafe terbuka dan tidak menampakkan Gwen. Sekarang berbeda, Gwen. Datang mengenakan dress dengan warna peach. Hiasan bunga-bunga kecil di dress membuatnya sangat cantik.

"Kak, maaf membuatmu menunggu. Lama pula," sambil menarik kursi di depanku.

"Sangat lama kamu tahu?"

"Ya, aku tahu. Maaf," kepalanya sekarang benar-benar menunduk. Gue genggam tangannya, membuatnya menengadah kembali.

"Tidak masalah Syeefa."

"Jangan panggil aku Syeefa!"

"Aku tahu, tapi nama itu cantik untukmu. Sangat cantik."

"Udahlah kak, aku mau ngomong." Gue menaikkan satu alis, melihat dia menghirup napas panjang kemudian menghembuskan dengan kasar.

"Dad sama Mom udah atur tanggal operasi ku. Satu minggu lagi," sekarang benar-benar tertunduk, makin dalam.

"Syeefa, aku yakin kamu bisa melewati semua ini. Aku yakin, kamu yakin 'kan?" Namun hening tak ada jawaban dari bibir mungilnya.

"Syeefa," kataku lagi memanggilnya.

"Aku takut"

"Ada aku," kemudian dia menatapku, menatap lebih dalam. "Jangan goyah, kumohon."

"Aku takut kehilangan semua orang yang selama ini udah di sisiku. Aku takut aku akan pergi ninggalin mereka. Aku takut pergi ninggalin Dad, Mom, Hayyan, Farell, Orlin, dan... kamu." Ucapnya lesu, matanya sudah berkaca-kaca.

"Hei, aku yakin itu gak akan terjadi. Operasimu pasti berhasil, yakinlah."

"Iya, operasiku berhasil itu aku cukup yakin. Tapi aku takut, tubuhku menolak jantung itu setelah beberapa hari. Aku takut." Kini air matanya sudah tumpah.

"Ikut aku!" Kemudian dia mengikutiku sambil menangis, mengajaknya ke taman. Taman favoritku, tidak banyak orang yang mengetahui taman ini. Karena letaknya yang di belakang kafe, namun sedikit jauh.

**

"Lihat, banyak tulip." Kemudian dia berhenti dari tangisnya, menatap hamparan tulip yang beraneka warna.

"Cantik," sambil memetik satu tangkai tulip berwarna ungu, kemudian memberikan bunga itu ke gue.

"Ungu?"

"Ya," sambil tersenyum kecil. "Kamu tahu artinya ini kak?"

"Janda?" Kata gue sambil bingung, benar bukan? Orang bilang ungu itu warna janda.

"Haha... ngaco kamu kak!" Kemudian dia terdiam, dan tersenyum lagi. "Kakak tahu? Warna ungu pada bunga tulip, kata orang belanda itu menyimbolkan cinta pertama. Dan maafin aku waktu itu nolak perasaan kakak." Hening tak ada kata-kata lagi.

"Kak," namun gue hanya menanggapi dengan satu alis yang terangkat. Seandainya dia tahu, jantung gue sekarang berdetak sangat cepat. "Aku sayang kakak," kemudian menghambur memeluk gue.

"Maafin aku, aku tahu aku telat. Kakak gak apa-apa kok pergi dari ku, aku sakit dan aku tahu umurku tinggal dikit. Aku cuman mau mengutakarakan isi hatiku, udah cuman itu. Maafin aku." Katanya sambil terisak.

"Kamu bodoh! Aku selalu nungguin kamu! Aku terima kamu apa adanya. Aku ada rahasia denganmu, tapi janji. Jangan tinggalin aku."

"Rahasia? Apa?" Namun Gwen semakin menenggelamkan kepalanya di dada gue.

"Berhenti nangis dulu! Kamu makin jelek." Dan saat itulah dia terdiam.

Gwen Syareefa Putri POV

"Apa rahasianya kak?" Masih memeluk Arro dan semakin menenggelamkan wajah gue ke dadanya. Membiarkan hidungku untuk menghirup parfumnya lebih dalam. Dan dia, semakin mengeratkan pelukannya.

"Sampek kapan kamu meluk aku huh?" Dan gue tersadar, segera melepaskan pelukanku. Namun dia? Tangannya masih melingkar di pinggangku.

"Duduk yuk?" Kata gue dengan tergopoh-gopoh. Malu. Dan sekarang kita udah duduk sambil menikmati angin yang semilir. Tempatnya sepi, cuman ada gue dan Arro.

"Nama kamu Gwen Syareefa Putri?" Dan gue balas dengan kata 'iya'. Dahi gue berkerut samar, ke mana arah pembicaraannya?

"Oke, langsung aja ku rasa. Kamu Syeefa kecil."

"Eng... Syeefa kecil? Apa maksudmu?"

"Diamlah, biarkan aku berbicara sampai tuntas." Hening, dan aku hanya mengangguk.

"Syeefa kecil yang ditinggal oleh seorang ayahnya, dulu ada seorang pangeran. Pangeran kecil yang selalu setia menemani princessnya. Syeefa. Dan akhirnya Prince kecil harus pergi, meninggalkan pricess sendiri. Tidak ada lagi yang menemani princess, namun prince telah mengucap janji. Janji bahwa prince kecil akan kembali."

Kini gue udah nangis lagi, itu... kenangan masa kecil gue. Dan Arro?

"Lalu? Ka-kakak itu... prince itu?"

"Ya," ujarnya sambil tersenyum. Gue terisak, namun dia membalikkan badan. Membawaku untuk berdiri, kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang gue. Memeluk, dan gue semakin terisak.

Rasa hangat menjalari tubuh, selalu. Setiap di dekatnya gue merasa aman, dan ada kehangatan.

"Kak Arro... kok gak bilang jauh-jauh hari?" Namun diam tak ada tanggapan. Gue pukul dadanya kecil, masih terisak.

"Kak...."

"Maaf, aku butuh waktu untuk memastikan apa rasa ku hanya untuk sesaat. Dan ternyata salah, aku benar-benar cinta padamu. Aku selalu menganggap perasaanku hanya sesaat, namun itu salah besar."

Gue mendongak, melepaskan pelukan gue. Menatap mata coklatnya, kemudian tersenyum.

"Aku juga, cinta kakak."

Arro semakin mendekatkan wajahnya, jarak hidung kami tidak lebih dari setengah senti.

"Boleh?" Katanya semakin mendekatkan wajah. Gue dapat merasakan hembusan napasnya, membuat mata gue semakin terpejam.

Dan... gue merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirku, membuat gue membelalakkan mata, namun terpejam lagi.

"Kak," kata gue sambil mendorong dadanya. Namun dia semakin memelukku erat, membuatku semakin berdekatan dengan dadanya. Kemudian kelembutan itu hilang, anehnya sedikit kecewa.

"Maaf," untainya pelan. Namun aku tersenyum, pipiku seakan-akan hangat.

"Kakak... itu tadi,"

"Ya, aku mencurimu. Mencuri ciuman pertamamu."

Hangat menjalari wajahku, membuatku tertunduk malu. Namun aku mengecup singkat pipinya. Kemudian tertawa lepas.

"Syeefa! Kamu,"

Kemudian tertawa bersama dan menikmati mentari yang akan tenggelam. Tak terasa sudah berjam-jam di sini. Tadi matahari masih di atas kepala, namun sekarang sudah akan tenggelam. Hari ini, membuat kisah dan kenangan baru. Membuat otak untuk menyimpan kenangan ini, yang tak mampu untuk dilupakan.

---

Halo, ini part gak jelas. Atau emang semua gak jelas ya? Wkwk... . Aku mau ucapin, aku minta maaf kalau ada salah sama readers, maafin daku ya hehehe.

Selamat lebaran buat yang merayakan, boleh dong bagi-bagi ampau ke daku hahaha.... Yaudah, bentar lagi detik-detik mau ending. Baca juga "Friendzone?" (Promo dikit wkwk) masih on going di lapakku. Dijamin gak nyesel (omdo) wkwk.
Yaudah, see you!

Sabtu, 18 Juli 2015 (22:33)
Khafidtazshafanz

Beautiful LieWhere stories live. Discover now