43. Bagas dan Bara

12K 960 37
                                    

Eci baru saja selesai membersihkan dirinya dan kini dia tengah duduk didepan cermin meja riasnya. Satu masalah yang kini tengah menghantui dirinya, bagaimana tidak tadi dirumah sakit saat dirinya tengah mengelap keringat pada leher Bagas disana terdapat sebuah tatto nama. Bukan BAGAS yang tertulis disana melainkan BARA, Entahlah dirinya bingung.

Kalo ini dirinya tengah buru-buru untuk kembali kerumah sakit, bagaimana kalau Bagas sadar dan tak mendapatkan kehadiran dirinya disana. Kali ini dia memilih untuk membawa mobil sendiri dan kalaupun dirinya pulang nanti akan mudah.

Mobilnya terparkir pada parkiran rumah sakit. Langkahnya dengan cepat melangkah melewati beberapa orang hingga di Koridor tanpa sengaja dia menabrak seseorang membuatnya terjatuh ketanah. Kaki panjang ini mengingatkannya pada seseorang, ah mana mungkin, sedangkan orang itu masih terbaring di ruangnya.

Sebuah tangan terulur untuk membantunya, tanpa berpikir panjang dirinya langsung menerima uluran itu hingga dia bangun berniat berterima kasih pada orang itu. Dia terpaku melihat orang didepannya.

"Ba-bagas" Ucap Eci terbata-bata. Benarkan orang didepannya ini Bagas lalu siapa yang didalam sana, yang terbaring itu.

"Ci, Agas kangen" Lirih laki-laki itu berniat memeluk Eci namun sayang dengan cepat Eci langsung menghindar dari pelukannya.

Dia hanya menatap hampa tangannya yang menggantung diudara.

"Ka-kamu siapa? Kal-kalau k-kamu Bagas, lalu dia" Tunjuk Eci pada ruangan yang ditempati oleh orang yang dia kita Bagas. Ya Bagasnya.

Bagas ingin menangis saja saat pacarnya tak menganggapnya. Tapi disini Bagas tau kalau ini juga salahnya yang tak berterus terang pada Eci sejak awal.

"I-ini Agas, itu Bara" Tunjuk Bagas pada ruangan dimana kembarannya terbaring.

"Tapi, Eci bingung, Eci bingung sama ini semua" Ucap memegang kepalanya.

"Eci ikut Agas, biar Agas jelasin semuanya" Bagas menarik Eci untuk mengikutinya masuk kedalam ruang supaya dia bisa menjelaskan yang sebenarnya pada pacarnya ini. Agar tak terjadi kesalah fahaman.

Dan disinilah dia duduk disofa yang disampingnya ada kedua orang tua Bagas dan diatas brankas juga orang yang sama persis seperti Bagas. Eci menatap semua orang untuk meminta penjelasan, jujur dirinya bingung sekarang. Sejak kapan pacarnya punya kembaran? Mungkin itulah pertanyaan yang kini bersarang pada kepala Eci.

"Ekmm, mama aja yang jelasin biar mudah. Jadi ini Bagas" Mama Bagas memegang pundak orang yang diketahui bernama Bagas "dan sisanya itu Bara, kembaran Bagas yang selama ini tinggal di Bali sama kakeknya" Kini mama Bagas menunjuk orang yang ada diatas brankas yang kini dia ketahui bernama Bara.

"Terus kenapa bisa Bagas jadi Bara dan Bara jadi Bagas?" Tanya Eci masih sedikit bingung.

"Jadi waktu itu----

Flashback on

Keadaan Bagas yang kini tengah dirawat dirumah sakit makin drop. Selama ini Bagas mengidap penyakit kanker jantung dan ini adalah puncak dari sakit yang pernah Bagas rasa.

Tubuh lemah Bagas terbaring diatas brankas yang terpasang berbagai jenis alat medis ditubuhnya. Sudah dua hari Bagas mengalami koma karena penyakitnya. Yang perlu mereka lakukan sekarang hanyalah menemukan pendonor jantung untuk Bagas, namun sayang sampai saat ini belum ada satupun pendonor yang ada.

Butuh beberapa waktu sampai Bagas sadar dari komanya, walaupun keadaan tubuhnya begitu lemah. Hingga mereka mendapat kabar baik dari saudara mereka yang tinggal di Singapura, bahwa disana mereka mendapat seorang pendonor jantung.

Jadilah pada hari itu mereka langsung berangkat ke Singapura dengan pengawasan dokter terkait.

Sebelumnya Bagas meminta kembarannya untuk membantu menjaga pacarnya disini dan Bara yang tinggal di Bali langsung memutuskan untuk kembali kejakarta waktu itu juga.

Dikamarnya Bagas menyerahkan dua buku yang khusus didalamnya berisi tentang geng-nya dan juga pacar kesayangannya. Apapun yang menyangkut tentang mereka sudah tertulis disana. Tanpa ada paksaan Bara menyetujui permintaan kembarannya itu untuk mengantikannya sementara.

Pada hari itu juga Bara melepas kepergian keluarganya untuk berangkat ke Singapura demi pengobatan kembarannya.

Flashback off

Mendengar cerita itu Eci merasa cukup sedih saat mengetahui kalau Bagas mengidap kanker jantung dan selama ini Bagas menyembunyikan
Nya dengan sangat bagus. Sampai-sampai dirinya tak mengetahui itu.

Eci merasa menjadi kekasih yang buruk, dimana saat pacarnya berada dalam keadaan itu dirinya tak ada untuk memberi semangat pada Bagas.

"Jadi selama ini Agas sakit? Kenapa nggak pernah bilang sama Eci hah? Agas anggap Eci apa?" Tanya Eci terisak dalam pelukan Bagas. Bahunya gemetar karena menangis.

"Maafin Agas, Agas nggak tau bakalan kayak gini. Agas nggak mikirin gimana keadaan Eci setelah Agas tinggal"

Bara yang berada di atas brankar memutar bola mata malas melihat drama dari adik kembarnya itu. Dirinya yang masih menjomblo saja, aman-aman saja hatinya. Ya kadang suka iri juga sama adiknya itu. Apalagi saat dirinya berpura-pura menjadi Bagas, dirinya merasa apa itu pacaran, apa itu menjalin hubungan. Sepertinya dia harus segera mencari pasangan agar tak jadi jomblo karatan.

"Bisa hargain gue yang jomblo nggak disini" Sindir Bara menatap malas empat orang yang saling berpelukan itu. Tinggal dirinya sajalah yang hanya bisa meratapi nasibnya.

"Cari pacar sana" Ucap papa Bagas berniat menyindir anaknya. Padahal selama tinggal di Bali bisa saja anaknya menjalin hubungan dengan para bule yang berlibur disana.

"Ssstt! Sakit bat bahu gue" Rintis Bara memegang bahunya yang dibalut kain kasa.

"Makannya nggak usah banyak gerak, tidur aja napa" Ucap Bagas.

"Adik ipar, cari pacar donh satu untuk kakak ipar mu ini" Pinta Bara menatap Eci.

Eci sedikit mengaruk kepalanya yang tak gatal "maaf ya, teman aku udah ada yang punya semuanya"

"Ya sayang banget" Keluh Bara.

"Tuh dilampu merah banyak tiap malam jumat" Kata Bagas melirik kakaknya itu.

"Nggak tau Terima kasih banget jadi adek, udah ditolongin sampek gue masuk rumah sakit kayak gini, malah songong lo" Kesal Bara. Ingin dia melempar bantal kearah dua sejoli itu namun itu tak mungkin karena bisa saja bantal ini mengenai adik iparnya yang cantiknya nauzubillah.

"Untung lo adik gue" Sarkas Bara menatap tajam Bagas.

*****

Reina dan Laskar sudah diperbolehkan untuk pulang dan didalam gendongannya sudah ada seorang bayi laki-laki yang belum dia beri nama.

Keduanya memasuki rumah diikuti oleh orang tua Reina dan Laskar dibelakangnya. Setelah lama berbincang-bincang kedua orang tua mereka izin untuk pulang dan tinggallah mereka berdua ditemani oleh putra semata wayangnya.

"Ih gemes banget sih, anaknya siapa ini? Anaknya mami Reina, iya?" Reina mendusel-duselkan hidungnya pada hidung putranya.

Kini mereka tengah berada didalam kamar, sedangkan Laskar tengah berada didalam kamar mandi.

Cekleh

Pintu kamar mandi terbuka hingga nampak Laskar dengan balutan kaos putih serta celana pendek selutut berjalan menghampiri keduanya yang berada diatas ranjang.

"Belum tidur?" Laskar mendudukkan diri disamping Reina yang tengah bermain dengan putranya.

"Belum, abis minum belum ngantuk juga"

Laskar mengambil alih putra yang kini sudah berada didalam pangkuannya, "udah ada nama?" Tanya Laskar sedikit menolehkan kepalanya melirik Reina disampingnya.

"Udah"

*****

Jangan lupa vote+komennya ya
Sampai jumpa dipart selanjutnya babay.

Cosplay Jadi BumilWhere stories live. Discover now