16. Pecundang

53.5K 3.7K 54
                                    

Setelah acara marah-marahan tak jelas yang di lakukan Prince, akhirnya mereka baikan juga, karena Prince paling tidak bisa mengabaikan Laura, apalagi saat Laura menatapnya dengan puppy eyes, membuat hati Prince meleleh.

"Pakai helm nya," titah Prince.

"Gak mau ah," tolak Laura.

Prince menatap Laura dari kaca spion motor, kemudian menghela nafas pelan, ternyata Laura keras kepala juga.

"Pakek!"

"Ishhh, iya-iya."

Mau tak mau, akhirnya, Laura memakai helm yang dari tadi Ia letakan di paha, sebenarnya, Laura tidak suka memakai helm, karena menurutnya berat di kepala dan bikin telinga budeg.

"Udah?"

"Hmm."

"Hmmm, hmmm, hmmm," Gerutu Prince.

"Terus aja ngedumel, mau jalan gak? kalau enggak, turun nih!" ancam Laura dengan nada kesal.

"Peluk dulu, baru jalan."

Kedua tangan Laura melingkar di perut Prince, jika tidak dituruti, entah akan berapa lama mereka tetap ada di parkiran, Prince itu pemaksa!

Akhirnya, motor sport hitam yang dikendarai oleh Prince berangkat, meninggalkan area sekolah yang sudah mulai sepi, karena bel pulang sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu.

Di perjalanan, hanya ada suara kendaraan lain saja yang terdengar, baik Prince maupun Laura, sama-sama diam, tak membuka mulut, percuma saja jika mereka mengobrol pun, tidak akan nyambung, karena Laura hanya hah heh hoh saja.

Cittt. Tangan Prince tiba-tiba menarik rem, membuat ban motor yang sedang melaju kencang bergesekan dengan aspal menahan agar motor berhenti.

Tubuh Laura sampai maju ke depan, Ia membulatkan kedua mata nya, jantung nya pun sudah berdebar tak karuan, akibat Prince yang mengerem mendadak, belum lagi helm mereka yang saling beradu, membuat kepala Laura sedikit sakit.

"Kenapa sih?" kaget Laura.

"Jangan turun!"

Posisi mereka masih sama, yaitu duduk di atas motor, tapi dengan kaki Prince yang turun ke bawah untuk menahan motor. Kepala Laura menyembul dari balik kepala Prince, penasaran ada apa gerangan, sehingga Prince menghentikan motor nya.

Di depan sana, mata Laura langsung disuguhkan dengan barisan 3 motor sport yang dikendarai masing-masing dua orang per motor.

"Prince, mereka siapa?" bisik Laura.

Tak ada jawaban, Prince hanya diam seraya menatap tajam mereka, kedua tangan Prince meremas pegangan motor kuat, terlihat jelas dari raut wajah nya, jika sekarang Prince sedang tidak baik-baik saja.

"Wihhh, siapa ni? kebetulan kita ketemu."

Salah satu cowok turun dari motor nya, Ia melepaskan helm, lalu berjalan pelan dengan songong, mendekati Prince dan Laura.

"Hallo Prince, lo lagi bonceng cewek lo ya?" kekeh Pria itu.

"Kenalin dong, sama kita-kita," sahut cowok lain yang ada di belakang nya dengan suara yang lumayan keras.

Laura yang mulai menyadari situasi, langsung panik. Ia menelan ludah nya susah payah, alarm bahaya langsung berbunyi di kepala nya.

Jika mereka berenam melakukan hal yang tidak-tidak, bagaimana Prince akan melawan nya nanti, karena menurut logika, 6:1, sudah dapat dipastikan Prince akan kalah.

"Prince, ayo pergi aja," ujar Laura.

"Tunggu di sini," titah Prince.

Tiba-tiba, Prince turun dari motor, Ia melepaskan helm, kemudian berjalan mendekati cowok yang berlaga sombong itu.

Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang