47. Baikan

27.6K 2K 63
                                    

Sepasang tangan besar dan sedikit kasar mengganggam lembut tangan lainnya yang sangat lemah dan kecil, ibu jari nya sesekali mengusap punggung tangan kecil tersebut penuh kasih sayang.

"Maafin Papah sayang."

Adam menatap Laura sendu, salah satu tangannya terangkat, mengusap pipi Sang anak yang tengah tertidur pulas, tatapan Adam sontak fokus pada pipi Laura yang terlihat sedikit bengkak, akibat tamparannya kemarin.

Setelah di ceritakan berbagai kejadian yang menimpa Laura, Adam langsung syok berat, Ia sama sekali tidak tau jika Laura ternyata sering mengalami hari-hari yang berat, padahal saat Ia menelpon, Laura selalu berkata baik-baik saja kepadanya.

Adam sadar, Laura hanya berbohong soal keadaannya agar tak membuat dirinya dan istrinya khawatir.

Jika waktu bisa diulang, Adam ingin kembali ke masa-masa Laura kecil, Ia ingin menebus semua dosa yang telah Ia buat kepada Laura, mulai dari sering meninggalkan Laura untuk bekerja jauh, tak memperhatikan gadis rapuh tersebut, hingga segala tuntutan yang sering Adam bebani kepada Laura.

Cup, Adam mengecup punggung tangan Laura penuh kasih, seharusnya Ia tidak menyia-nyiakan putrinya, hanya karena Ia kehilangan seorang putra.

"Maafin Papan Laura, Papah janji mulai sekarang Papah akan selalu ada di sisi kamu," lirih Adam sedih.

"Sayang, sudah, nanti Laura bangun, kasihan," sahut Ratna.

Ratna yang sedari tadi diam di belakang Adam mengusap bahu suaminya tersebut, agar Adam membiarkan Laura tidur, Ia takut Adam membangunkan Laura dari tidur nya.

Sama seperti Adam, Ratna pun menyesal, Ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan juga Adam, tanpa memikirkan perasaan Laura. Ia terlalu merasa bersalah terhadap Kakak nya Laura, karena akibat kelalaian nya beliau mengalami kecelakaan.

"Kita gak seharusnya abaikan Laura," gumam Adam.

"Iya aku tau, aku pun menyesal," balas Ratna.

"Setelah kehilangan satu anak, kita malah mengabaikan anak lainnya."

Kedua mata Ratna terpejam pedih, Ia berusaha menahan tangis nya yang ingin pecah, Ia tak boleh menangis di sini, nanti suasana bertambah suram.

"Eughhh...."

Merasa terganggu dengan suara obrolan, perlahan Laura menggeliat dari tidurnya, sesekali melenguh karena masih mengantuk.

"Ssttt.... tidur lagi sayang," bisik Adam lembut.

Penuh perhatian Adam mengusap surai Laura, membuat gadis tersebut kembali memejamkan kedua matanya saat tadi terbuka sekejap.

Papah? batin Laura.

Niat hati ingin melanjutkan tidurnya, Laura malah terkejut mendengar suara yang sangat Ia kenali, sontak Laura membuka kedua matanya, membuat kedua orang tua nya terkejut.

"Papah? Mamah?" gumam Laura.

Tangan Laura mengusap mata cepat, Ia takut salah lihat, perasaan kemarin Ia tertidur di basecamp, kenapa sekarang saat bangun Ia melihat sosok Papah dan Mamah nya? pikir Laura bingung.

"Sayang kenapa bangun? kita ganggu ya?" sesal Ratna yang sekarang sudah duduk di kursi sebelah ranjang.

Bukannya menjawab, Laura malah menatap mereka bingung, Laura masih mengumpulkan nyawa.

"Maafin Papah sama Mamah udah ganggu tidur kamu ya," ucap Adam.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Laura mengabaikan perkataan Adam dan Ratna.

"Kenapa memang nya gak boleh?" kekeh Adam.

Adam merasa gemas melihat wajah Laura yang kebingungan, ternyata Laura sangat lucu dan cantik, Adam sudah melewatkan sesuatu yang sangat berharga.

Prince [END]Where stories live. Discover now