23. EDELWEISS

2.1K 202 32
                                    

•••

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

•••

Savana, Argo dan Faaz melanjutkan perjalanan ke Hutan Mati karena sudah mulai sore. Dari kawah, jalur pendek menuju hutan mati cukup menanjak curam. Namun, mereka bersemangat. Meskipun curam, jalurnya relatif aman karena berada di tengah rimbun pepohonan dan sudah berundak sehingga risiko pijakan longsor sangat kecil.

"KANG ARGOOO! CAPEKKKK. ISTIRAHAT DULU, YAAAA?"

Argo terkekeh melihat pacarnya yang sangat cerewet hari ini.

"Ya udah, ayo."

Faaz diam-diam ikut tertawa melihat tingkah Savana. Ia baru kali ini melihat perempuan seumurannya, mana cantik pula. Karena saat di panti ia hanya melihat anak perempuan yang kebanyakan berumur dibawahnya.

Mereka berhenti dan mengamati jenis pohon pendek berdaun lebat yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Membuat Savana antusias untuk mengambil beberapa gambar. Dari atas, pemandangan jalur di kawah dan Danau Biru terlihat jelas meskipun hari hampir gelap.

"Cantikkk banget Ya Allah, gimana kalo di surga ya di dunia aja udah seindah ini?"

"Di surga berkali-kali lipat lebih indah dari ini." refleks Faaz menyahut, membuat Savana menoleh dan tersenyum.

"Iya, betul. Allah adalah sebaik-baiknya pencipta."

Argo yang melihat itu tersenyum masam. Obrolan mereka nampak nyambung, tidak seperti Argo dan Savana yang jelas akan berbeda jika dibahas.

"Gue doang nih yang beda di sini? Gak bisa ikutan bahasan kalian?" kekeh Argo, terdengar getir.

"Kita emang beda Bang, tapi satu jua." kata Faaz menghibur, padahal dalam hati juga merasa tak enak.

"Tuhan lo marah nggak, ya, Sa kalo gue sayang sama lo?"

"Jalanin dulu aja, apa yang terjadi selanjutnya kita nggak tahu Kang. Kalau masih bisa dilanjut coba aja dulu, kan?"

Argo mengangguk. "Iya, tapi gue takut ada seseorang yang lebih bisa ngembimbing lo, Sa. Gue takut lo nyerah sama perbedaan kita."

"Ngomong apa, Bang? Lo gak denger Teh Vana bilang apa?" Faaz jadi ikut geregetan karena seolah Argo yang akan menyerah di sini. "Apa jangan-jangan, lo yang akan nyerah?"

Argo memandang Faaz serius. "Gue nggak akan nyerah, Az. Nggak akan pernah. Kecuali kalo Savana sendiri yang minta pergi, gue bisa apa?"

Savana meraih tangan Argo dan menggenggamnya. "Kita bisa sama-sama, Kang. Pasti bisa."

"Udah, udah. Kenapa jadi pada mellow gini?" Faaz tertawa, mencoba untuk mencairkan suasana.

Faaz membuka carrier, sedetik kemudian cowok itu tertawa. Membuat Argo dan Savana saling pandang karena bingung.

Jenggala (Proses Terbit!)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora