3. Bali

52.4K 2.5K 49
                                    

'Kelembutanmu menghanyutkanku.'
...
2
8
2
...

Nayla tidak berhenti melongo melihat ruangan yang akan menjadi tempat tidurnya selama sebulan ini, sangat mewah!

"Ini villa atau istana?"

Arlan memutar bola matanya dengan malas, merasa malas pada Nayla yang kampungan.

"Nyewa villa ini enggak bikin harta mas arlan abis?" Tanya Nayla yang jelas membuat Arlan semakin malas menanggapinya

"Beneran orang kaya berarti ya?" Nayla berjalan kepintu samping yang tepat ada kolam berenang disana.

Matanya berbinar, ujung bibirnya juga ikut terangkat, entah apa yang ada dipikirannya Nayla larut dalam diam, seolah sekelibat kenangan menumpuk diingatannya

Setelah cukup lama diam dipinggir kolam berenang suara langkah kaki mengejutkannya, membuatnya beralih dan ingat tujuannya berada disini

"Mau sekarang ga, mas?" Tanya Nayla sambil berjalan mendekati Arlan yang baru selesai mandi

"Apaan?"

"Itunya, mau sekarang?" Arlan berdecak kesal

"Gila lo!" Sentak Arlan kemudian pergi dari kamar

"Yaudah nay mandi dulu ya, abis mandi aja kalo gitu!" Teriak Nayla yang jelas masih terdengar oleh Arlan

Arlan menghembuskan nafas kasarnya, memukul dinding tanpa ampun hingga tangannya terluka.

"Fuck!" Umpatnya namun tetap tidak mengurangi rasa amarah yang sedang bergemuruh dihatinya

Arlan memukul dinding beberapa kali lagi sebelum akhirnya ia duduk menunduk.

'Eyang mau punya cucu, tahun ini kalo kamu belum kasih eyang cucu juga kalian harus berpisah!'

'Buat apa menikahi perempuan yang ga bisa punya anak?'

'Gimana kalo kita cari rahim pengganti aja, mas?'

Arlan menutup matanya dalam-dalam, menelan rasa sakitnya sendirian.

Hingga tak lama setelah itu sepasang tangan muncul, menyentuh lukanya membuat Arlan mendongkak.

"Siapa yang nyuruh lo sentuh gue?" Arlan menjauh dari Nayla

"Nay obati tangannya ya, biar ga bengkak." Ucap Nayla kemudian mengambil P3K

"Lo ga punya baju hah?" Nayla melihat baju yang ia pakai

"Ga ada, cuman ada ini aja."

Arlan berdecak kemudian melengos pergi dari Nayla.

"Mas arlan tergoda ya?" Arlan menghentikan langkahnya kemudian berbalik.

Melihat seorang wanita dengan baju minim dan menerawang dihadapannya pria mana yang tidak tergoda? Arlan.

Ia sama sekali tidak tergoda pada kemolekan tubuh Nayla, walaupun jelas terlihat kulit mulus dan putihnya.

Arlan mendekati Nayla. "Walaupun lo telanjang depan gue, gue sama sekali ga tertarik!"

"Kalo gitu biar aku aja yang tertarik sama mas arlan," Balas Nayla tepat ditelinga Arlan

Bulu kuduk Arlan berdiri, suara lembut Nayla membuatnya merinding.

"Gila lo!" Tukas Arlan kemudian melengos pergi entah kemana

Nayla hanya bisa menatap punggung Arlan yang menghilang dibalik pintu kemudian berjalan menatap cermin panjang dipojok ruangan.

Nayla menghembuskan nafas panjangnya, jelas terlihat ada sesuatu yang menyesakkan didadanya.

"Udah lama juga aku ga pake baju dinas,"

•...•

Ting!

Mbak Vanya : 'Nay, tolong jangan lupa pake yang kemarin aku kasih ya, have fun:)'

Nayla menatap jam dilayar ponselnya yang kini di isi oleh chat Vanya. Nayla beralih menatap kertas obat yang diberikan oleh Vanya.

Bagimana Nayla melakukan apa yang Vanya perintahkan sedangkan Arlan belum terlihat batang hidungnya sejak tadi sore?

"Mas arlan kemana sih?" Gerutu Nayla

Gebruk!

Nayla bangkit dari duduknya berjalan cepat menuju pintu.

"Belum pernah liat orang kehujanan?!" Ketus Arlan seraya mendorong pintu dengan keras

"Aku buatin teh ya,"

"Ga usah!" Tolak arlan sambil masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Nayla tidak menurut, ia segera membuatkan teh untuk Arlan dan melakukan apa yang Vanya perintahkan.

"Maafin nay, mas." lirih Nayla setelah memasukan sesuatu kedalam teh hangat milik Arlan

Tak lama setelah itu Arlan keluar dari kamar mandi, dengan kaos oblong juga celana pendek dia berjalan kebalkon memeriksa keadaan diluar.

"Kamu dari mana mas?" Tanya Nayla

"Bukan urusan lo."

"Iya aku tau bukan urusan aku cuman ya kalo mau pergi jangan lama-lama." Ucap Nayla

"Mau lama ataupun sebentar gue ga peduli sama lo."

"Tapi nay peduli sama mas arlan, apalagi ngeliat tadi mas arlan basah kuyup," Arlan tersenyum miring menatap Nayla

"Sama gue atau sama 2M?!"

Nayla terdiam seketika, memilih untuk duduk ditepian ranjang dibanding harus melanjutkan percakapan.

Cuaca dingin baru saja berhembus menyentuh kulit Arlan, tanpa sadar membuatnya meminum teh yang ada diatas meja, meneguknya hingga kandas.

Baru beberapa menit setelah Arlan meminumnya tubuhnya bereaksi, rasanya sangat panas.

Arlan menatap Nayla yang tengah duduk menatap layar ponselnya, melihatnya membuat sesuatu yang ada di dirinya terbangun.

"Sayanggh," Nayla menoleh sedikit terkejut karna Arlan sudah melepas kaosnya.

Tanpa persiapan, Arlan tiba-tiba menghampirinya, mencium bibirnya dengan kasar.

"Mmm--" Nayla mendorong Arlan, ia hampir kehilangan nafas karna ciuman Arlan.

Arlan menatap Nayla, dimatanya ini adalah Vanya, di imajinasinya ini juga Vanya, jadi Arlan tanpa ragu membelai wajahnya dengan lembut.

"Maaf sayang aku terlalu kasar," Lirihnya kemudian kembali mencium bibir Nayla, kali ini lebih lembut.

Nayla terbuai dengan sentuhan lembut dari suami kontraknya ini, menikmati hal yang sudah lama tidak Nayla rasakan

Ruangan ini menjadi saksi bisu bahwa Arlan melanggar ucapannya sendiri dan hujan diluar sana menjadi saksi untuk menutupi suara indah keduanya

'Aku lagi butuh uang mbak, jadi buatku ini bukan pekerjaan berat, aku sanggup.'

~282~

Part 3!!! Alhamdulillah semoga suka 🙏❤

282 day [PO]Where stories live. Discover now