32. Kehamilan kedua

35.2K 1.7K 77
                                    

...
2
8
2
...



"Garis dua lang,"

Hanya kata itu yang keluar dari bibir Vanya setelah ia melihat dua testpack yang telah ia gunakan.

Gilang merebutnya, menatapnya tak percaya. "Kamu hamil?"

Vanya menatap Gilang. "Aku ga tau, tapi testpack nya--"

"Kamu pasti lupa minum obatnya berhubungan sama arlan, iyakan?"

"Enggak, aku selalu minum obat sebelum berhubungan sama arlan!"

Gilang terdiam, ia merasa konyol pada dirinya sendiri.

"Waktu dibali kamu mabuk, kamu ga pake pengaman." Lanjut Vanya yang membuat gilang merasa dirinya tambah konyol

"Aku harus gimana lang? Gimana kalo arlan tau kalo ternyata aku bisa hamil? Gimana kalo arlan tau ini anak kamu? Sayang, jawab!"

Gilang tetap diam, perlahan kakinya melangkah keluar kamar mandi kemudian duduk ditepian ranjang.

"Lang, jawab aku! Aku takut," Desak Vanya menghampiri Gilang

Setelah mendapat hal cerdik di otaknya gilang menatap Vanya. "Ini hal baik sayang, dengan adanya bayi dirahim kamu uang dua M milik nayla aman."

"Tapi arlan--"

"Sttt-sttt! Ga usah pikirin arlan yang harus kamu pikirin gimana caranya singkirin nayla tanpa buat siapapun curiga, hm?" Gilang mendekap Vanya kedalam tubuhnya, membuat wanita itu sedikit tenang.

"Ini anak kamu lang," Lirih Vanya

Gilang mengangguk. "Aku bahagia."

Vanya hanya bisa diam dibalik dekapan gilang, ia tak menyangka hubungannya dengan Gilang akan menghasilkan seorang bayi.

"Ini yang dinamain menyelam sambil minum air." Bisik gilang seraya melepaskan dekapannya, manik matanya menatap Vanya lekat, entah apa yang ada dipikirannya tapi senyumnya menggambarkan bahwa ia bahagia.

'Lo akan kalah dalam segala hal, lan.'

...

Kring- Kring- Kring

Arlan berlari mencari suara asal suara ponselnya, tanpa banyak bicara ia segera menerima panggilan itu.

"Halo? Sayang kamu dimana? Ini udah tengah malem loh!"

'Aku dirumah sakit, sekarang lagi sama dokter fara.'

"Hah? Kenapa--? Aku- aku kesana sekarang!" Arlan mematikan ponselnya kemudian bergegas menuju rumah sakit

"Maafin aku vanya, maaf." bibirnya terus bergumam meminta maaf, arlan sadar bahwa ia telah menghianati vanya.

Perjalanan tengah malam ini di isi oleh overthingking yang menguasi penuh pikiran Arlan, mengetahui sebuah fakta bahwa ia memang sudah mulai tertarik pada Nayla dan mungkin telah berkurangnya perasaan pada Vanya.

"Sayang, kamu kenapa?" Sebuah pertanyaan yang langsung Arlan lontarkan begitu sampai

Arlan melirik dokter fara dan sang istri bergantian. "Vanya kenapa dokter fara?"

"Aku hamil." Kata vanya dengan senyuman lebarnya

Arlan menatap vanya dengan kerutan dikeningnya, perlahan ia melirik dokter fara.

"Bu vanya hamil, usia kandungannya menginjak lima minggu." Ujar dokter fara

Arlan kehabisan kata-kata, ia tidak tau harus bereaksi bagaimana semua terasa tidak masuk akal untuknya.

"Tapi--"

"Saya sudah bilang sebelumnya tidak menutup kemungkinan bu vanya untuk hamil jika melakukan beberapa pengobatan, dan bu vanya berhasil." Arlan kembali melirik vanya

"Kamu ga bahagia ya?" Lirih vanya kemudian mengambil tangan Arlan, menggenggamnya dan menciumnya beberapa kali.

"Semenjak kamu sering nginep dirumah nayla aku kepikiran sama saran dokter fara," Ucap vanya menjelaskan

"Soal anak nayla aku ga masalah kalo nanti aku juga harus ngurusin anak dia, tapi tolong cintai anak kita lebih dari dia." Lanjut vanya

Arlan menatap Vanya lekat-lekat kemudian mengangguk pelan.

"Mas, kamu ga seneng ya?"

"Enggak-enggak bukan gitu, aku-aku cuman masih kaget aja." Ucap Arlan terkekeh hambar

"Pak arlan masih ga nyangka mungkin." timpal dokter fara tersenyum paksa

Vanya mengangguk-ngangguk. "Saya mau hasil usg nya ya dok, mas kita pulang yuk aku butuh istirahat."

"Iya, ayo kita pulang." Vanya bangkit dari brankarnya kemudian menggenggam tangan arlan sebagai pegangan.

"Dokter fara, terima kasih saya duluan."

"Iya pak arlan, selamat atas kehamilan bu vanya." Arlan mengangguk

Sebelum benar-benar pergi Vanya memberikan senyuman terima kasihnya pada dokter fara bagaimanapun hari ini ia telah ditolong oleh dokter itu.

"Kamu ga bahagia ya mas aku hamil?" Tanya vanya yang sedari tadi melihat Arlan terdiam

Arlan menatap vanya dalam-dalam. "Aku kaget, bingung dan ga tau harus kasih reaksi kayak gimana. Kamu taukan aku menantikan anak itu dari kapan? Kenapa enggak dari dulu aja kamu ikutin saran dokter fara? Kenapa harus sekarang setelah ada anak aku dirahim nayla?"

"Jadi kamu nyesel?"

Arlan menghela nafas berat. "Aku sama sekali ga nyesel cuman--"

"Kenapa kamu ga nuntut aku hamil dari dulu? Kenapa kamu selalu bilang gapapa kalo ga punya keturunan?" Balas vanya

Arlan diam, ia memilih untuk menancap gas dibanding melanjutkan perbincangan.

"Kamu kan tau sendiri aku pernah di diagnosa ga bisa hamil, terus katanya aku bisa hamil tapi harus pengobatan ini itu, aku kira kamu ga akan keberatan atas apa yang aku pilih, ternyata aku salah."

"Lanjutin dirumah, aku mau fokus nyetir."

Akhirnya keduanya di isi keheningan, sama-sama dibungkam oleh ego masing-masing.

"Intinya kamu ga bahagia atas kehamilan aku ini kan mas?"

"Enggak gitu vanya, gimana nasib anak nayla? Gimana kalo orang tau kalo pesta yang kita adain waktu itu cuman bohongan? Kamu pikirin perasaan eyang sama keluarga nggak?" Ucap arlan dengan suara meninggi

"Sepeduli itu ya kamu sama nayla?"

"Aku sayang anak aku, Nya."

"Terus kamu pikir yang lagi aku kandung ini anak siapa?!"

~282 day~

Happy reading!!!
Buat yg minta next sabar yaa, nikmati aja dulu dramanya okey?




282 day [PO]Where stories live. Discover now