26. Sebatas pengganti

26.2K 1.7K 39
                                    

..
2
8
2
..


Nayla merasa berada dipenjara sekarang padahal sudah jelas ia berada dimeja makan bersama pasutri mesra dihadapannya.

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Nayla hanya bisa menelan ludahnya sendiri, entah sengaja atau tidak tapi sikap Vanya benar-benar membakar hatinya saat ini.

"Mas, kamu jangan gitu haha,"

"Kamu duluan yang mulai,"

"Abisnya kamu ngeselin mas,"

Rasanya Nayla ingin muntah sekarang, ia muak pada Vanya.

"Nay, ayo makan, dengan kamu liatin saya sama mas arlan ga akan buat kenyang." Ujar Vanya

Nayla menarik ujung bibirnya. "Nay ga suka makanannya mbak."

"Lo lagi mau makan apa?" Tanya arlan cepat

Nayla beralih pada Arlan, "Nay pengen yang pedes-pedes."

"Ga baik makan yang pedes malem-malem besok aja," Tolak arlan mentah-mentah
"Tapi nay pengennya sekarang." Keukeh nayla

Vanya berdehem pelan. "Nay ga baik buat kamu makan pedes terus, saya ga mau anak saya kenapa-napa apalagi kamu tadi sempet kontraksi, yakan?"

"Tapikan sekarang nay gapapa mbak,"

"Kalo lo ga mau makan yaudah ga usah makan, ga usah ribet minta ini itu!" Sentak Arlan yang jelas mengheningkan suasana

Nayla hanya mampu membungkam bibirnya, diam-diam matanya melirik Vanya yang juga tengah menatapnya penuh kemenangan.

"Makan lagi mas," Ujar vanya berusaha menetralkan keheningan

Setelah selesai makan Vanya segera melesat menuju dapur, sekedar membawa piring kotor tanpa mencucinya.

"Mbak," Vanya menoleh

"Kenapa mbak ga debut jadi pesinetron aja? Akting mbak bagus loh!" Sindir Nayla

Vanya tersenyum miring menatap Nayla. "Kamu mau jadi lawan main saya? Nay.. Nay, kasian banget ya jadi kamu, udah hidup jadi jalang dan sekarang harus patah hati karna gagal rebut suami orang."

"Nay akan berusaha buat mas arlan percaya kalo istrinya yang katanya setia ini ternyata ratu drama." Balas nayla

Kemarahan Vanya kembali memuncak namun kali ini ia menahannya. Perlahan mata Vanya turun pada perut Nayla.

"Ya saya ratu drama, tapi arlan ga akan percaya itu nay apalagi dari bibir pelacur kayak kamu," Vanya berdecak pelan kemudian tangannya mengelus perut Nayla

"Setidaknya buat pilihan kamu sekarang, dia hancur sekarang atau nanti ketika sudah dilahirkan?" Lanjut Vanya kemudian pergi dari dapur

Nafas Nayla terasa tercekat begitu saja, ia segera memegangi perutnya, hidupnya sudah sangat rumit sejak dulu ia tidak mungkin harus memberikan kutukan itu pada anaknya nanti.

Ting!

Nayla melirik ponselnya.

Tiann : 'Ga usah dipikirin apa kata vanya, lo aman dalam pengawasan gue.'

Perlahan nayla mendongkak, tatapan matanya jatuh pada kamera kecil yang sebelumnya sudah dipasang Tian.

Nayla mengangguk sebagai syarat paham. Tian telah mengatur semuanya bahkan mungkin seisi rumah ini sudah dipenuhi oleh kamera penyadap suara, tujuannya hanya satu untuk melindungi Nayla.

Meja makan telah kosong, ruang tv dan yang lainnya juga, jadi kaki panjang nan mulus Nayla beranjak menuju kamarnya.

Ia duduk kursi kayu, suasana balkon yang damai membuat semuanya terasa aman padahal sebelumnya ia terancam kematian.

"Nay,"

Nayla mendengarnya, suara berat Arlan namun ia lebih memilih mengabaikannya.

"Kok diluar nay?" Arlan berjongkok didepannya, menatapnya penuh kelembutan.

"Dingin, ayo masuk."

Nayla menggeleng. "Nay pengen disini dulu, kalo mas ga suka mas aja yang keluar ga usah ribet."

Arlan menghela nafas panjangnya. "Maaf, lo masih mau makanan pedes? Ayo kita beli,"

"Enggak, udah ga mau."

Tangan Arlan terangkat, menyentuh perut Nayla kemudian mengecupnya beberapa kali. "Ibu kamu lagi emosi kayaknya ya? Dari--"

"Nay bukan ibunya, nay cuman pengganti rahimnya aja." Potong Nayla yang jelas menekankan kata disetiap ucapannya

"Nay, lupain masalah tadi siang, itu salah lo sendiri."

"Salah nay? Apa salah nay?"

Arlan menggeleng berusaha meredam emosinya yang hampir memuncak.

"Kalo aja tadi siang nay telat kerumah sakit mungkin sekarang mas arlan udah tendang nay dari sini," Lirih nayla

"Maaf gue--"

"Nay jatuh cinta sama mas arlan." Arlan diam, menatap manik mata Nayla yang menggambarkan keseriusan

Perlahan kekehan keluar dari bibir Arlan. "Udahlah nay, sekarang lo tidur udah malem."

Arlan bangkit namun Nayla lebih dulu mencekal tangannya, Nayla memeluk Arlan membiarkan laki-laki itu menetap bersamanya.

"Nay, lo harus istirahat." Ujar arlan seraya membelai lembut rambut Nayla

Nayla menggeleng, perlahan terisak dalam pelukan, ia terlalu terbawa hati pada drama yang ia buat sendiri.

"Hei, kok nangis?" Arlan melepaskan tangan Nayla, kembali berjongkok untuk mensejajarkan dirinya

"Kenapa? Ada yang sakit?" Nayla mengangguk, tangannya terangkat mengambil tangan Arlan kemudian menaruhnya didada sebelah kiri.

"Sakit," lirihnya

Arlan mengerti, ia segera meraup Nayla kedalam dekapannya membiarkannya merasa tenang untuk beberapa detik.

"Selama nay hidup di dunia nay ga pernah dapetin perhatian sebesar apa yang mas arlan kasih, makanya itu mas arlan buat nay jatuh hati." Arlan melepaskan peluknya, menghapus jejak air mata dipipi Nayla

"Lo perempuan hebat, lo bisa dapetin yang lebih dari gue." Nayla menggeleng

"Hiks.. Nay pengennya mas arlan."

Kini arlan menggeleng, ia bingung harus bagaimana namun yang jelas ia menolak kehadiran Nayla dihidupnya sejak awal.

"Jangan nangis ntar anak gue ikut sedih." Arlan kembali menghapus jejak air mata dipipi Nayla

Perlahan isak tangis Nayla mereda, ia menatap Arlan penuh rasa sendu, bagaimana malaikat angkuh sepertinya mendapat iblis sepolos vanya?

"Maaf,"

"Berenti minta maaf terus," Arlan melemparkan senyumannya

"Lo boleh cinta sama gue, gue suami lo dalam beberapa bulan tapi lo harus inget gue ga akan balas perasaan lo." Nayla mengangguk paham

Arlan kembali tersenyum, ia tau nayla pasti patah hati karnanya tapi ia bisa apa? Cintanya hanya milik vanya, istrinya yang paling setia.

Nayla memajukan kepalanya mendekati Arlan kemudian bibirnya lebih dulu meraup bibir Arlan, keduanya berciuman membuat seseorang diambang pintu tersenyum miring.

"Ck.. Ck.. Jalang kelas kakap."

~282 day•
Happy membaca sayang.

282 day [PO]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora