11. Bubur Ayan or Ayam?

4.5K 1K 167
                                    

Happy reading 💗

Rayyan menghela napas panjang yang terasa hangat. Pria itu membasuh wajahnya yang terlihat pucat. Setelah selesai, ia berlalu keluar dari kamar mandi dan duduk di sisi ranjang.

Aisyah masuk sembari membawa nampan makanan untuk Rayyan.
"Makan dulu Sayang," ujar Aisyah setelah menaruh nampan di atas meja. Kemudian menghampiri Rayyan yang tersenyum kearahnya.

"Syukron, Umi," ujar Rayyan. Matanya terpejam kala punggung tangan Aisyah mendarat di jidatnya. Mengecek suhu tubuhnya.

"Masih panas. Sekarang kamu makan, habis itu minum obat ya," ujar Aisyah, ia mengusap surai Rayyan dengan lembut.

Ia sedikit terkejut saat kemarin pulang sekolah, Rayyan pulang dalam keadaan pucat dan  saat malam, putranya itu malah demam tinggi.

"Iya Umi. Maaf ya, Rayyan udah buat Umi khawatir, dan udah buat Umi kerepotan karena ngurusin Rayyan yang sakit," ujar Rayyan, ia memeluk pinggang Aisyah dengan erat.

Aisyah tersenyum kecil. "Kamu ini ya, udah sekarang makan, habis itu minum obat." Rayyan mengangguk.

"Umi udah mintakan izin ke sekolah kalau kamu hari ini gak masuk, udah Umi kabarin juga sama teman yang antar kamu kemarin," ujar Aisyah. Rayyan mengucapkan terima kasih lagi.

Aisyah berpamitan untuk keluar dan meninggalkan Rayyan yang sedang makan. Walaupun terasa hambar, Rayyan tetap memaksakan diri untuk menghabiskan bubur itu. Jika saja tidak sakit, pasti Rayyan akan minta tambah, karena masakan Uminya tidak pernah gagal.

Beberapa saat ia telah selesai makan dan juga minum obat. Ia mengantar bekas makannya ke dapur dan tak lupa ia cuci. Jika Aisyah melihatnya, pasti Uminya itu akan menceramahinya lagi. Tapi, Rayyan tidak melihat kehadiran Aisyah. Mungkin sedang di halaman belakang atau di mana.

***

Rayyan membuka gorden jendela kamarnya, tak lupa juga membuka jendela agar udara segar masuk. Cowok yang memakai sarung juga baju kaus hitam itu melipat sajadah dan ia letakkan di atas ranjang.

Rayyan baru saja selesai sholat sunnah Dhuha. Ia mengambil handphonenya dan mengecek pesan masuk.
Teman-temannya mengabari jika akan datang menjenguknya saat pulang sekolah. Rayyan menghela napas, padahal ia tidak bilang jika ia sedang sakit. Tapi dari mana mereka bisa tahu?

"Pasti Umi," gumam Rayyan. Kebiasaan Uminya jika Rayyan sakit, pasti semua orang di kabarkan.

Ia kembali membaca pesan dari Ucok, yang mendoakan semoga ia cepat sembuh. Rayyan membalasnya dengan cepat.

Ucok: sunyi banget gw, lu gak sekolah Ray

Me:
In Shaa Allah, besok saya sekolah.

Ucok: eh iya, lu tadi di tanyain si Alira, Ray, terus gw balas aja, kalau lu lagi sakit

Mata Rayyan membulat sejenak kemudian cowok itu berdehem. Rayyan hanya membaca pesan dari Ucok dan melepas handphonenya begitu saja.

Rasanya mendengar nama Alira, Rayyan sedikit trauma. Gadis itu memang Benar-benar berbahaya.

Yah, berbahaya bagi kesehatan mental dan jantung Rayyan.

Heyy! Rayyan (On Going)Where stories live. Discover now