24. Tinggal berdua

6.7K 1.2K 1K
                                    


Alira baru selesai mengemasi barang-barangnya karena ia dan Rayyan akan pindah ke rumah baru yang menjadi hadiah pernikahan dari Dul dan Azzam. Gadis itu mengusap peluh keringatnya kemudian duduk di sisi ranjang. Ia menatap ponselnya sejenak, membaca pesan dari Aurora dan Loli yang katanya sunyi karena ia tidak sekolah. Yah, Alira dan Rayyan memang masih izin, dan lusa baru mereka masuk sekolah. Kemudian ia membaca pesan baru dari Aurora yang membahas soal Lingga.

Aurorann: Si Lingga kayak mayat hidup njir. Ngeri liatnya. Tadi aja dia berantem sama adek kelas yang gak sengaja nyenggol dia. Berakhir di ruang BK.

Aurorann: Dia mukul suami gue juga, katanya Devan hancurin hidupnya. Jadi ya gtu, pertemanan mrka sekarang renggang.

Aurorann: pengen gw gorok si Lingganjing, gw jadi kewalahan ngadepin si Devan yg makin manja ke gw krna mukanya lebam. Padahal lebih parah si Lingga

Alira menghela napas panjang  sebelum membalas pesan Aurora seadanya. Entah bagaimana saat ia masuk ke sekolah. Ia yakin, pasti Lingga akan semakin berulah.

"Kenapa sih Ga? Kenapa lo harus sadar di saat hati gue udah kecewa besar sama lo? Sakit Ga! Gue sakit menghadapi ego sama hati gue. Gak mudah lupain perasaan gue seluruhnya sama lo." Alira tidak mau munafik. Perasaannya pada Lingga masih ada, hanya tertutup rasa kecewanya saja. Tidak mudah melupakan cowok yang ia cintai selama ini.

"Lira?" Rayyan berdiri di ambang pintu, menatap khawatir Alira yang matanya nampak berkaca-kaca.

"Ada apa, kok matanya berkaca-kaca hm?" tanya Rayyan, ia memegang bahu Alira dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan ia gunakan untuk mengusap mata Alira dengan lembut. Mata Alira terpejam mendapat sentuhan itu.

Alira tersentak dan menggeleng pelan. Ia menyembunyikan ponselnya dan bersikap biasa-biasa saja. "Gue fine," balas Alira. 

Rayyan menatap tepat di manik matanya, hal itu membuat Alira kelimpungan. Gila, ni cowok pas udah nikah, tatapannya bikin salting oyy!

"Ke-kenapa?"  tanya Alira.

"Enggak, kamu turun makan aja ya, biar saya yang urus barang-barang kamu," ujar Rayyan, mencubit pelan hidung Alira sebelum menarik diri lagi dan mulai mengangkat barang-barang yang Alira akan bawa ke luar kamar.

**

Keduanya di antar oleh Dul dan Nina ke rumah baru mereka. Rumah dua lantai dengan desain modern yang akan menjadi tempat tinggal baru pasutri itu.

"Ray, sekarang kamu punya tanggung jawab besar sama Alira. Jaga dia ya, dan tuntun dia biar jadi perempuan yang lebih baik lagi," ujar Dul pada Rayyan.

"In Shaa Allah Pi. Rayyan pasti akan membimbing Istri Rayyan," balas Rayyan membuat Dul tersenyum hangat. Ia tidak salah menikahkan Putrinya dengan Rayyan.

"Alira, nurut sama Rayyan sekarang. Surga kamu bukan sama Mami lagi, tapi sama suami kamu. Pelan-pelan ubah sikap kamu ya, karena Alira bukan gadis remaja lagi, tapi Alira udah punya tanggung jawab sebagai seorang istri. Layanin suami kamu dengan baik," ujar Nina sembari tersenyum pada Alira.

Alira mengangguk ragu. Ayolah, apa ia bisa melayani Rayyan dengan baik? Masak aja dia gak bisa. Bersih-bersih rumah? Apalagi! Selama ini ia bergantung sama pembantu rumahnya, bahkan dalam membersihkan kamarnya.

"Mami sama Papi pulang dulu, ingat pesan Mami, Sayang." Nina memeluk Alira sebelum mereka berpamitan pulang.

Sepeninggal orang tua Alira, Rayyan menunjukkan kamar mereka yang ada di lantai dua. Ia menata semua barang-barang Alira dengan rapih dalam lemari. Sepatu dan juga alat make up juga berbagai skincare istrinya itu dengan rapih.

Heyy! Rayyan (On Going)Место, где живут истории. Откройте их для себя