26. Dia Istri saya!

6.7K 1.1K 261
                                    

Pagi ini, entah sudah berapa kali Rayyan menghela napas berat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini, entah sudah berapa kali Rayyan menghela napas berat. Cowok yang sudah rapih dengan seragam sekolah itu menatap tajam pada sang istri yang memakai rok abu-abu di atas lutut, rambut tergerai dan almamater yang tersampir di lengannya.

Alira menatap pantulan dirinya di cermin. Selalu Perfect. Ia tersenyum cerah, setelah menikah, ini adalah hari pertama ia masuk sekolah dengan status istri orang.

Tidak menyangka di umurnya sekarang ia sudah mempunyai suami. Hm, berbicara soal Suami, lantas Alira langsung berbalik badan, menatap ke arah Rayyan yang duduk di kasur—tengah menatapnya tajam.

"Gue gak mau debat ya," ujar Alira, memutar bole matanya jengah. "Pokoknya gue masih tetap dalam pendirian gue. Jangan ngatur-ngatur, atau gue bakalan pulang ke rumah Mami sama Papi."

Rayyan berusaha mengatur emosinya. Bagaimana pun, Alira adalah istrinya. Ia harus menghadapi Gadis itu dengan lembut dan sabar.

"Permintaan saya hanya itu Alira, tutup aurat kamu. Demi Allah, saya benar-benar tidak rela orang lain melihat aurat kamu selain saya," ujar Rayyan. Mungkin Alira sudah bosan mendengarnya, karena dari semalam sampai pagi ini, mereka terus membahas soal ini.

Rayyan ingin Alira menutup auratnya. Apakah salah jika ia mau istrinya terjaga dari pandangan haram laki-laki lain?

"Gak usah lebay deh. Gerah pake jilbab. Apalagi di pake seharian di sekolah, bisa mampus kepanasan gue," ujar Alira. Tetap sama. Keras kepala.

"Udah ah! Ayo berangkat, kita bisa telat nih, kalau bahas ini mulu." Alira mengambil tasnya dan berjalan lebih dulu keluar kamar.

Rayyan memejamkan mata dan beristighfar. Harus sabar menghadapi tingkah Alira. Dengan enggan, cowok itu beranjak keluar mengikuti sang istri. Setelah memastikan pintu rumah tertutup, Rayyan memasuki mobil di ikuti Alira.

Ya, sebenarnya Rayyan ingin naik motor Vespa kesayangannya ke sekolah--seperti biasa, dan Alira juga oke-oke saja. Tapi mengingat Alira yang memakai rok pendek, Rayyan mengurungkan niatnya. Bahkan saat jam empat subuh, Rayyan keluar dan pergi ke rumah Abinya untuk mengambil mobil yang akan mereka gunakan.

Sebenarnya Alira punya mobil, hanya saja masih di rumah keluarganya.

"Kamu kapan bisa dengerin saya sih, Ra? Saya suami kamu, apapun yang saya katakan, itu bukan untuk saya, tapi untuk kamu. Demi kebaikan kamu juga," ujar Rayyan di sela-sela fokus menyetir.

Alira mendengus pelan, mengabaikan Rayyan dan memilih melihat keluar jendela yang tertutup kaca.

Keadaan menjadi hening hingga mobil mereka memasuki pelataran sekolah. Keduanya belum ada yang beranjak, terlebih Rayyan yang belum membuka kunci pintu.

"Mau sampe kapan kita diam di sini sih?" kesal Alira.

Rayyan tak menjawab, ia melihat keadaan halaman sekolah yang ramai dengan murid-murid berjalan untuk masuk ke kelas. Helaan napas berat kembali terhembus. Masih dengan tangan yang memegang setir, Rayyan menatap Alira lagi.

Heyy! Rayyan (On Going)Where stories live. Discover now