33.

2.8K 498 56
                                    

Suara pecahan beling terdengar berulang kali, di ikuti ringisan dari seorang pria yang penampilannya benar-benar berantakan. Ruangan gelap itu hanya di sinari oleh cahaya bulan dari celah jendela.

Lingga merosot di samping ranjangnya. Cowok itu terlihat menyedihkan. Ia merengkuh bingkai foto Alira yang ia potret dan cetak tanpa sepengetahuan perempuan itu.

"Ai ... Gimana caranya gue buat dapatin lo lagi hmm? Gue udah hancur berantakan karena kehilangan lo, Aira. Tolong balik lagi ke gue, dan kita perbaiki semuanya." Lingga mengusap dasar foto itu dengan tatapan teduh.

"Gue benar-benar gak bisa lihat lo bahagia sama orang lain, Ai. Gue sakit lihatnya."

Lingga terlihat seperti monster sekarang dengan banyaknya luka di tubuhnya yang ia ciptakan sendiri.

"Kalau gue tau, hidup gue bakalan sehancur ini karena kehilangan lo, gue gak bakalan lakuin hal bodoh kayak dulu, Ai. Gue bakalan sayang dan gak akan pernah nyakitin lo. Balik yaa sama gue hmm?" Lingga terkekeh kecil, ia semakin terpesona dengan kecantikan mantan tunangannya ini.

Lingga ingin merengkuhnya, memeluknya sampai ia puas dan tenang. Ia ingin hidup lama dengan perempuan cantik itu.

"Lo mungkin bakalan benci sama sifat gila gue yang sekarang, Ai. Tapi, gue gak bakalan peduli. Gue emang harus egois buat dapatin apapun yang seharusnya memang milik gue."

Di depan pintu kamar Lingga, Rangga dan Ria termenung menatap pintu kamar dari putra semata wayang mereka. Mereka selalu mendengar suara pecahan barang dari dalam.

"Mas ...." Ria tidak tahan lagi, ia menatap suaminya agar segera bertindak. Ia tak sanggup melihat putranya seperti sekarang. Hatinya sebagai seorang ibu benar-benar sakit.

"Ini karma dari semua sikap dia selama ini, Ria," ujar Rangga. Ia memang Prihatin dengan Lingga, namun ia tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak mungkin mengikuti keinginan Lingga yang akan merebut Alira.

"Mas, Lingga anak kita! Apa kamu tega lihat anak kamu seperti itu hah? Apa salahnya kamu bujuk Dul buat suruh Alira dengan suaminya untuk pisah sekarang dan kita akan menyatukan Alia dengan Lingga," ujar Ria membuat Rangga menatapnya tajam.

"Apa kau jadi ikutan bodoh seperti anakmu itu ha?" Emosi Rangga terpancing mendengar penuturan istrinya. Rangga tidak segila itu untuk menuruti permintaan istrinya.

"KAMU BUKAN AYAH YANG BAIK MAS! PIKIRIN PERASAAN ANAK KAMU, LINGGA BISA MATI JIKA BERGINI TERUS! LINGGA ANAK KITA SATU-SATUNYA MAS!" seru Ria, ia memukul dada suaminya dengan air mata mengalir.

Rangga menghela napas berat. Ia langsung merengkuh istrinya yang semakin memberontak.

"Karena aku Ayahnya, aku tidak ingin anakku semakin terjerumus di perasaan yang salah. Tidak menuruti permintaan anak, bukan berarti kami sebagai orang tua tidak menyayanginya." Rangga mengecup pucuk kepala istrinya untuk menenangkan.

"Setelah kelulusan, Mas akan mengirim Lingga untuk sekolah bisnis di LA, berada di Indonesia hanya akan membuat dia semakin gila."

****

Alira dengan celana jins hitam dan juga Hoodie berwarna pink baru saja keluar dari taksi dan segera menuju ke kafe bertemu dengan Aurora dan Loli.

Ia butuh refreshing setelah pusing menangis Lightstick nya yang di jadikan hiasan kandang oleh Rayyan.

"Sorry gue telat, masih minta izin tadi sama Rayyan." Alira duduk di depan Aurora dan Loli.

Aurora terkekeh. "Vibes  lo jadi beda pas udah nikah ya, Al. Biasanya keluar pakai pakaian terbuka, sekarang udah mulai tertutup aja."

Heyy! Rayyan (On Going)Where stories live. Discover now