2. His good looks with a great mouth

2K 372 8
                                    

"Dia menghilang lagi."

Medeia memijit kepalanya yang terasa pening. Sepertinya ia terlalu memanjakan sang adik.

"Bisakah kau mencarinya untukku?"

Permintaan sang puan bagai hal mutlak yang harus dilaksanakan bagi Helio.

Helio tersenyum tipis.
"Sekarang istirahatlah. Akan aku carikan adikmu sampai ketemu."

Jawaban yang pasti. Membuat detak jantung sang puan menormal.

'Gadis itu, masalah apalagi yang ia buat kali ini?' Netra Helio menajam, langkah kakinya bergerak cepat. Seolah satu ikatan batin, sang tuan tau letak pasti si jelita berada.

Benar saja.

Sejam menempuh perjalanan, Helio sampai di sebuah kedai minum daerah terpencil. Tangannya berpangku pada dagu. Sebenarnya apa yang dicari oleh (Name) disini?

Kedai ini penuh berisikan orang negatif. Sebagian besar pengunjungnya adalah pria dan wanita yang ingin melakukan one night stand. Awas saja jika Helio menemukan gadis itu. Lalu ketika ia bertanya mengapa gadis itu kemari dan mendapati jawaban karena penasaran. Helio benar-benar akan memberinya suatu kejutan yang bagus.

Pintu kedai ia buka, sedikit menatapnya sebentar. Dengan penyamaranya yang sekarang tentu tak akan ada yang mengenalinya.

Manik ungu itu mengedar memerhatikan sekitarannya, mencari sosok gadis dengan helaian surai hitam bercampur ungu pendek di dalam sana.

Netranya terfokus pada satu tempat kala hal yang dicarinya telah ia temukan. Gadis dengan rambut panjang dengan helaian bewarna ash blue. Walau dalam bentuk penyamaran, Helio yakin bahwa itu adalah (Name). Kaki jenjang Helio membawanya mendekati sebuah kursi kosong yang berada disamping gadis itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Helaan nafas berat (Name) rasa di gendang telinganya.

Tanpa menoleh gadis itu sudah tau siapa sosok yang duduk disampingnya itu.

Mengaduk minuman beralkohol tinggi yang ia pesan. Sedari tadi (Name) hanya melihatnya tanpa berniat untuk meminumnya.

"Main."

Lagi.

Jawaban sang jelita selalu dapat menyulut emosinya.

"Bosan menjadi bangsawan kau mulai menjajakan tubuhmu disini?" Suara keduanya terdengar kecil, tertutupi dengan bisingnya suara ragam topik dari orang-orang di kedai.

(Name) menoleh, tersenyum manis sembari menyeruput minumannya.
"Memangnya kenapa? Kau mau memakaiku juga?"

Raut wajah Helio tampak mengintimidasi. Tak suka pada candaan yang terlontar dari bibir mungil sang puan.

"Yang lacur itu kau, (Name)." Perkataan sarkas menusuk hati Helio ucapkan agar gadis itu segera sadar dengan apa yang ia ucapkan.

"Memangnya apa masalahnya dengan kau, Helio? Aku mau jadi lacur, simpanannya bangsawan, istri ketiganya orang, menjajakan tubuhku itu kan terserahku. Berhenti mencampuri urasanku, semua yang kau lakukan ini selalu berujung demi kakakku. Kau tau? itu terlihat memuakkan bagiku."

"Berhenti bersikap peduli padahal kenyataannya kau tidak merasakannya sama sekali. Aku akan pulang besok, jadi sekarang biarkan aku send—"

Belum sempat sang jelita menyelesaikan ucapannya, tubuhnya lebih dulu diangkat. Helio menggendongnya dengn mudah. Tidak memedulikan tatapan penuh tanya dari pengunjung kedai. Suasana seketika hening, seluruh pandangan tertuju pada mereka berdua.

"Sekalian saja kau jadi lacur pribadiku, sialan. Pria di luar sana tidak ada yang benar, semuanya hanya menginginkan selangkangan asal kau tau itu!"

"Kau kan seorang pria, itu artinya kau pun sama kan?!"

"Berisik kau!" Pantat sang jelita di tepuk keras. (Name) tersentak kaget.

"Tolong!! Pria ini mau meniduriku!!"

Para pengunjung tak sedikit yang berbisik sinis ke arah keduanya. Ucapan (Name) berhasil membuat sebagian orang mencap Helio dalam bentuk penyamaran sebagai pria bejat.

Tak menurunkan sang jelita. Helio justru tersenyum pada seluruh pengunjung dengan raut bersalah.

"Tolong maafkan istri saya, saya bukannya tidak memperbolehkannya untuk minum-minum. Tapi sekarang dia sedang hamil muda, saya takut kandungannya kenapa-napa."

Senyum manis itu lagi-lagi muncul, membuat sosoknya terpandang baik oleh siapapun yang melihatnya. (Name) menggeram kesal. Tau bahwa dirinya sekarang tak bisa membalikkan perkataan Helio. Bagai sebuah sihir, perkataan Helio mampu membuat pengunjung percaya padanya.

Bukan, sebenarnya bukan itu letak keistimewaannya, melainkan wajah tanpa penuh dosa yang ia miliki. Seolah ia adalah malaikat yang turun dengan sejuta kebaikan. Kenyataannya, Helio merupakan salah-satu bentuk perwujudan iblis. Tak segan-segan menyingkirkan seseorang yang membuatnya tak senang. Dia anjing yang patuh pada majikannya, selalu menuruti tiap perkataan Medeia, suka maupun tidak.

"Kalau begitu cepatlah pulang, selesaikan masalah kalian dengan baik." Pemilik kedai tersenyum ramah. Helio mengucapkan terimakasih sebelum pergi dari kedai itu.

Di luar baru Helio menurunkan gadis itu. (Name) melipat kedua tangannya di dada.

"Puas kau?" Nada tak suka menyapa indra pendengarannya.

"Tidak."

"Aku mau pulang sendiri." Tau bahwa Helio akan mengajaknya satu kuda bersamanya. (Name) lebih dulu menolaknya. Gadis itu tak sudi jika harus satu kuda dengan orang munafik macam Helio.

Helio menatap manik gadis itu dalam. Sebisa mungkin ia tahan emosinya untuk tidak keluar.

"Sekali saja kau menurut. Apa sesusah itu untuk melakukannya?" Nada bicara Helio masih terdengar halus, sang tuan masih menghormati sang jelita.

"Aku tidak mau menuruti perkataan orang munafik sepertimu."

Bukk

Detik itu juga tengkuknya di pukul keras. Gadis itu jatuh ke dalam pelukannya.

Helio menghela nafas lelah. Dia sebenarnya tidak mau melakukan cara kasar seperti itu. Tapi mau tidak mau harus ia lakukan. karena Helio tau, gadis dipelukannya ini sangat membencinya.

Helio mengangkatnya dengan mudah. Menaiki kuda kesayangannya. Kuda melaju dengan kecepatan sedang. Sebelah tangannya menyangga kepala sang jelita.

"Dia terlihat cantik kalau diam begini." Helio bermonolog sendiri. Netra ungu itu terkadang turun untuk melirik wajah yang mirip dengan sang pujaan hati.

Perbedaannya hanya terletak pada sorot mata keduanya, Medeia memiliki sorot mata yang anggun lagi menawan. Sedangkan (Name) lebih ke tegas penuh keangkuhan.

Ah, dia jadi ingat dengan Medeia. Tersenyum dengan pipi bersemu merah. Medeia bagai narkoba untuknya, dan dia adalah pecandu narkoba itu.

Ingatan kembali berputar kala sang jelita yang berada di dekapannya tak suka apabila disamakan dengan sang kakak.

Helio tau, gadis itu memotong rambutnya semata-mata untuk menegaskan bahwa dia ya dia. Medeia ya Medeia. Sayangnya ayahnya tak mengerti sama sekali. Tidak sekali dua Helio dapati (Name) merenung sendiri kala dibandingkan dengan kedua kakaknya, terutama Medeia.

Saat mereka kecil, gadis itu selalu bercerita padanya. Namun, kini tidak lagi ia dapati wajah murung yang sesekali mengeluh padanya itu. Seolah (Name) yang sekarang ingin menutup kelemahannya. Walau tak bisa menerima keadaannya, gadis itu tak ingin terlihat kekurangannya dihadapan siapapun. Bersifat sombong layaknya bangsawan lainnya. Bukankah kehidupan bangsawan semuanya begitu? Penuh tipu daya duniawi.

Helio terkekeh ringan, teringat salah-satu memorinya tentang gadis ini yang mojok di sudut ruangan hanya karena Helio dengan gamblang mengatakan ia lebih menyukai  Nona Medeia daripada (Name).

Seharian penuh gadis itu mengambek tak mau menyapanya kala itu.

"Bodoh, padahal aku selalu bisa membedakan antara kau dengan nona Medeia."

Perkataan yang menguar teramat manis apabila di dengar, namun tiada yang tau apakah perkataannya bersifat statis karena rupa yang hampir mirip atau memang sesuatu yang muncul menggelitik hati sang tuan.

TBC♡

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now